SATELITNEWS.ID, TANGERANG–DPRD Kota Tangerang menilai semangat masyarakat mulai kendor dalam melaksanakan protokol kesehatan. Indikasi tersebut terlihat dari sikap warga yang cenderung acuh-tak acuh dalam melaksanakan 3 M.
Wakil Ketua III DPRD Kota Tangerang Tengku Iwan Jayansyah Putra menyampaikan, kondisi tersebut membuat Kota Tangerang ‘keluar masuk’ dari status zona merah Covid-19. “Kuncinya sebetulnya ada pada warga, ya kita semua. Naik turun (penyebaran Covid-red) tergantung kedisiplinan yang dijalankan oleh kita. Kalau kendor, acuh, abai terhadap protokol kesehatan Covid-19, jelas bakal naik, demikian juga kalau kita disiplin pasti turun,” ujar Tengku kepada Satelit News saat ditemui di Gedung DPRD, Kamis (03/12) siang.
Wakil rakyat dari Fraksi PKS ini menyampaikan, sejatinya masyarakat jenuh akibat pandemi yang sudah berlangsung lama. Terlebih lagi pada awal-awal bulan diberlakukannya PSBB, penegakan protokol kesehatan cukup ketat. Karenanya ketika memasuki masa adaptasi baru serta pergeseran aktivitas maka yang terjadi adalah pelanggaran. “Mungkin karena merasa tidak kena, akhirnya lupa, padahal kan tidak bisa begitu,” terangnya.
Dikatakannya, untuk mengembalikan kondisi masyarakat seperti di awal mula terjadinya Covid-19 dinilai sudah agak sulit. “Situasi sekarang sudah berjalan lama, jadi untuk ditarik lagi seperti dulu agak susah,” terang pria yang juga Ketua DPD PKS Kota Tangerang ini. Untuk itu, katanya menjadi tugas pemerintah guna kembali memperketat, mengawasi dan mengontrol protol kesehatan.
Disinggung soal rencana pemberian vaksin seperti yang diwacanakan pemerintah, Tengku mengaku tidak begitu yakin. “Saya terus terang belum terlalu menyambut (soal vaksin). Karena kalau di negara lain juga sepertinya belum menjadi perhatian. Tapi sikap pemerintah seperti apa, kita lihat saja,” terangnya.
Terpisah, Walikota Tangerang Arief R Wismansyah menyampaikan, peningkatan kasus Covid-19 beberapa waktu belakangan hingga kembali membuat Kota Tangerang berada pada zona merah berasal dari bersumber dengan tren serupa. “Kalau saya melihatnya ini almost the third wave, gelombang ketiga. Gelombang pertama yakni pada Maret, April dan Mei, gelombang kedua September khususnya kasus liburan dan sekarang kasus liburan kemarin,” katanya.
Arief menyampaikan, pemerintah tidak melarang masyarakat beraktvitas. Namun untuk diketahui masyarakat, penyakit ini adalah penyakit disebabkan kerumunan. Oleh karenanya, masyarakat sebaiknya memilih tidak berkerumun “Artinya antisipasi segala kerumunan dan laksanakan protokol kesehatan dengan benar dan terapkan 3 M,” jelasnya. (made)
Diskusi tentang ini post