SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Pemerintah Kota Tangerang kembali menutup 25 gedung olahraga dan 6 stadion seiring meningkatnya penyebaran Covid-19 belakangan ini. Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Tangerang menutup prasarana olahraga itu per 5 Desember 2020.
“Menindaklanjuti instruksi Pak Wali Kota, untuk menekan penyebaran virus Covid-19 di Kota Tangerang maka kita tutup kembali GOR dan stadion yang ada di Kota Tangerang. Stadion ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,”ujar Kepala Dispora Kota Tangerang Engkos Zarkasyh, Senin (7/12).
Pemkot Tangerang sudah pernah melakukan penutupan GOR dan stadion. Perintah penutupan baru dicabut pada awal November 2020 lalu. Namun dalam perkembangannya, GOR dan stadion sering dipergunakan aktivitas masyarakat untuk berolahraga.
“Baru dibuka awal November kemarin sekarang kami tutup kembali, dikhawatirkan masyarakat yang akan berolahraga tidak mengindahkan protokol kesehatan. Untuk itu kita tutup sementara sebagai langkah antisipasi,”tegasnya.
Wakil Ketua III Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Tangerang, Herman Suwarman menyampaikan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi kepada Satgas Covid-19 tingkat kecamatan agar memantau kegiatan-kegiatan yang bersifat pengumpulan massa atau kerumunan. Termasuk aktivitas olahraga yang dilakukan di tempat milik perorangan maupun swasta.
“Diharapkan pihak swasta maupun perorangan yang memiliki sarana olahraga untuk umum agar lebih taat pada protokol kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” pungkas Herman.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Liza Puspadewi mengatakan peningkatan kasus Covid-19 di wilayahnya saat ini memang mengkhawatirkan. Dia menjelaskan kalau pada pekan ke-38 ini terjadi peningkatan hingga 206 kasus.
“Di Minggu 37, kita cuma 134 kasus. Sementara Minggu ke-38 itu ada 206 kasus. Rata-rata 60 kasus per hari. Kalau total kasusnya sebanyak 3.000-an,” jelasnya.
Dari hasil analisa kata Liza kasus penyebab kasus Covid-19 di Kota Tangerang meningkat karena interaksi sosial. Seperti kegiatan keolahragaan hingga keagamaan yang tidak terkendali protokol kesehatan.
“Kalo Minggu kemaren (Minggu 37) di rumah tangga. Minggu 38 ini kenaikannya di interaksi sosial itu seperti kamu berhubungan dengan temen kamu, olahraga, termasuk kegiatan keagamaan,” kata Liza.
Menurut Liza dari hasil penelitian dengan FKM Universitas Indonesia, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap penggunaan masker juga masih rendah. Masyarakat abai dan terlalu percaya diri tak mengenakan masker.
“Justru kalau kita sebenarnya ada kajian dari FKM. Jadi itu bekerja sama dengan relawan memang tingkat kepatuhan masih belum optimal. Biasanya dia (masyarakat) over convidence nggak mungkin kena (Covid-19) mikirnya,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post