SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Ekonomi masih menjadi faktor utama terjadinya tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Tangerang. Perlu adanya sosialisasi terkait hal ini untuk menguragi jumlahnya yang cenderung meningkat.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Tangerang, Irna Rudiana mengatakan, KDRT ini bisa dikatakan seperti gunung es yang terjadi di masyarakat. Bila tak dikendalikan maka akan semakin besar. “Jika ditelusuri, hampir setiap saat terjadi di kalangan masyarakat. Baik itu kepada anak atau istri atau bahkan suaminya. Ini perlu adanya pendekatan satu sama lain,” ujarnya, Jumat, (14/2).
Berdasarkan data yang tercatat di DP3AP2KB, pada tahun 2019 ada 197 kasus. Sementara untuk tahun ini sudah mencapai 22 kasus yang ditangani pihaknya dengan berbagai penyebab. “Salah satu faktornya adalah permasalahan ekonomi dan juga adanya pihak ketiga yang ikut campur dalam rumah tangga,” tuturnya.
Menurutnya, keluarga yang harmoni akan terbebas dari KDRT. Maka dari itu pihaknya sedang menggencarkan sosialiasi di masyarakat dengan kegiatan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di tingkat kelurahan. “Dimana pada kegiatan ini masyarakat diberikan pengarahan agar mereka siap menanggung resiko dalam menjalin kehidupan saat berumah tangga,” katanya.
Hal senada diungkapkan Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota Kompol Abdul Rachim. Menurutnya, KDRT di di wilayah hukum Polres Metro Tangerang Kota semkin meningkat. Kendati demikian kasus tersebut tak melulu berakhir di meja hijau. Sebagian memutuskan untuk diselesaikan secara musyawarah. “Ada yang sudah masuk pengadilan dan ada yang selesai lewat musyawarah kedua belah pihak,” ujarnya.
Menurut Abdul, meningkatnya kasus KDRT rata-rata dikarenakan faktor ekonomi. Diawali dari faktor ekonomi itu seringkali terjadi ketidakharmonisan hingga pertikaian dalam rumah tangga. Bahkan juga dipengaruhi oleh alkohol. “Ada juga permintaan cerai istri, itu juga karena sering terjadinya kekerasan,” pungkasnya. (irfan/made)
Diskusi tentang ini post