SATELITNEWS.ID, JAKARTA—Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa 285 orang yang telah menjalani observasi selepas evakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, dalam kondisi sehat. Mereka akan dipulangkan ke rumah masing-masing dan kembali berkumpul bersama keluarga.
Menurut Presiden Jokowi, mereka telah menjalani masa observasi selama 14 hari di Natuna yang mana hal tersebut sesuai dengan protokol kesehatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Itu proses protokol kesehatan dari WHO yang kita ikuti secara ketat. Karantina di Natuna juga ketat diawasi, dicek harian. Sekarang sudah 14 hari, memang protokolnya seperti itu,” ujar Presiden dalam keterangannya di Kabupaten Magelang, Jumat (14/2).
Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah ini juga sekaligus menepis kekhawatiran mengenai kondisi mereka selepas kembali ke tengah keluarga dan masyarakat. “Jadi kalau sekarang mereka kembali ke masyarakat ya itu dipastikan bahwa prosedur sudah dilalui dan kembali,” tuturnya.
Untuk diketahui, sebanyak 285 orang akan segera dipulangkan dari Natuna selepas observasi tersebut. Mereka terdiri atas 237 WNI yang tinggal di Provinsi Hubei, 1 WNA (suami dari WNI), lima anggota tim pendahulu KBRI Beijing, dan 42 orang dari tim penjemput termasuk kru pesawat dan petugas kesehatan.
Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut, perekonomian Indonesia tetap stabil di tengah meningkatnya tekanan ekonomi global akibat wabah virus korona. Meskipun demikian, dampak wabah virus korona tetap harus diantisipasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Nufransa Wira Sakti mengatakan, wabah virus korona berdampak terhadap perekonomian banyak negara. Apalagi Tiongkok sebagai sumber penyebaran virus. Beberapa institusi melihat, jika penyebarannya berlangsung cukup lama, maka pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan mengalami perlambatan.
“Tekanan ekonomi Tiongkok berpotensi memberi efek limpasan ke negara-negara mitra termasuk Indonesia melalui beberapa transmisi seperti sektor pariwisata, perdagangan internasional, dan aliran investasi,” ujarnya dalam keterangannya, Jumat (14/2).
Akan tetapi, lanjutnya, dampak perlambatan ekonomi Tiongkok ke Indonesia tak akan sebesar ke negara-negara lain. Sebut saja Thailand, Malaysia, Vietnam, atau Singapura yang punya hubungan lebih dengan ekonomi Tiongkok.
Dia menyebut, dampak paling terasa adalah berkurangnya pergerakan arus orang dari Tiongkok ke Indonesia. Hal ini terlihat pasca diberlakukannya larangan penerbangan dari dan menuju Tiongkok. “Pergerakan penumpang masuk asal Tiongkok mencapai puncak pada 25 Januari 2020 dan mengalami penurunan drastis hingga saat ini jumlah penumpang Tiongkok mencapai lebih dari 500 orang,” tuturnya.
Sementara itu pada arus pergerakan barang, dampak virus korona pada awal tahun belum terlalu terasa, karena ada faktor lain. Salah satunya, Hari Raya Imlek.
Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Arif Baharudin melanjutkan, guna mengantisipasi dampak wabah virus korona, pemerintah akan mendorong konsumsi pada kuartal I. Pemerintah akan mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama belanja bantuan sosial (bansos) seperti PKH dan kesehatan, serta belanja nonoperasional.
“Kemudian, mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas, antara lain Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika,” imbuh Arif. (jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post