SATELITNEWS.ID, BATUCEPER–Rumah nyaman menjadi idaman setiap orang. Tak terkecuali Marsiah, seorang warga yang tinggal di RT 01 / 04 Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper. Sudah 20 tahun ini janda beranak satu itu tinggal di rumah yang tak layak huni.
Hidup di tengah keterbatasan ekonomi membuatnya tak sanggup merenovasi rumah peninggalan orangtuanya itu. Kondisi rumah yang terletak di tengah perkampungan padat penduduk tersebut kondisinya memprihatinkan. Lantai tak berubin dan hanya beralaskan semen. Rumahnya juga kerap terendam banjir manakala diguyur hujan lantaran posisi di dalam lebih rendah ketimbang terasnya.
“Kalau banjir sedengkul. Bocor sih enggak karena rembesan air karena lebih rendah ini,” kata dia, kemarin. Tak ayal, Marsiah harap harap cemas ketika hujan mengguyur terlebih saat malam hari. Terkadang dia harus mengungsi ke rumah tetangganya untuk bermalam. “Nggak bisa tidur kalau banjir,” ucapnya.
Saat dikunjungi Satelit News saat itu Marsiah baru saja pulang dari bekerja. Saat memasuki rumahnya wartawan ‘disambut’ dengan pintu yang hampir roboh. Kondisinya nampak remang-remang, tak memiliki plafon. Sebagian penerangan hanya mengandalkan sinar matahari saja. Sebagian alat elektronik zaman dulu yang sudah usang masih terpajang. Namun sudah tak berfungsi lantaran dimakan zaman. Sebagian pula rusak akibat terendam banjir.
Terdapat lima ruangan di rumah yang seluas kurang lebih 6 X 20 meter ini . Dua kamar tidur ditempati oleh Marsiah dan anak lelakinya. Satu ruang tengah, dapur, dan kamar mandi. Belum termasuk teras. Semuanya nampak tak layak.
Sebelum itu, terasnya pun nampak memperhatikan, atap yang ambruk namun kini sudah usai direnovasi. Uang yang digunakan untuk renovasi kata Marsiah berasal dari arisan yang dikumpulkan selama tiga tahun. “Habis Rp 5 juta uang arisan. Selesainya enam hari,” ujarnya.
Diakuinya baru sekali ini dia merenovasi rumah. Lantaran dia tak mampu. Marsiah hanyalah seorang asisten rumah tangga (ART) yang dibayar Rp 500 ribu per bulannya. Apalagi, kini ia telah ditinggal mati oleh suaminya. Terdakang untuk memenuhi kebutuhannya Marsiah harus memulung, mengumpulkan plastik bekas untuk kemudian dijual kembali.
“Saya tinggal berdua sekarang sama Joko (anak tiri), suami meninggal. Anak kandung saya perempuan sudah menikah. Kalau Joko kadang nguli (kuli proyek),” katanya. Selama ini, diakui Marsiah belum ada bantuan untuk membedah rumahnya. “Belum ada. Paling cuma uang Rp 600 ribu, baru dua kali,” imbuhnya.
Sementara Kepala Bidang Pembangunan pada Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kota Tangerang, Surya Fani Silitonga yang dikonfirmasi mengatakan pihak Kelurahan Batusari telah berkoordinasi. Data tentang keberadaan rumah Marsiah telah sudah ada, tinggal realisasinya saja.
Namun, kata dia hal ini terkendala dengan anggaran Perkim yang masih belum jelas. Lantaran masih bersifat perencanaan saja. Kendati bila bersifat darurat pihaknya akan mengarahkan ke Badan Amil dan Zakat Nasional (BAZNAS ) Kota Tangerang.
“Itu sementara kita bantu dengan BAZNAS kalau darurat pakai BAZNAS seadanya. Kita kan liat kemampuan BAZNAS nya mereka punya anggaran nggak. Di Batusari sudah memang mengajukan, pemilik sudah tanda tangan. Dinas Perkim sudah mengeluarkan surat rekomendasi. Nanti setelah itu kewenangannya di BAZNAS. Kalau tidak bisa ya dengan kita. Cepat atau lambat akan terealisasi,” kata Surya.
Surya mengatakan dalam perencanaan di 2021 Dinas Perkim Kota Tangerang bakal membedah 250 rumah. Namun, kata dia hal ini belum pasti lantaran melihat kondisi anggaran Kota Tangerang, terlebih kini masih pandemi Covid-19. “Kan kita melihat kondisi saat ini bebas saja kalau rencana. Tapi kan setelah nanti liat dokumen ada nggak anggarannya, kan ini masih pandemi,” kata Surya.
Dia mengatakan rumah yang akan dibedah mulanya akan direkomendasikan oleh kelurahan. Lalu dari kelurahan ke kecamatan baru kemudian diajukan ke Perkim. “Karena kan kalau melihat aturan yang layak dan dibedah kan pihak kelurahan lebih tahu atas dasar itu nanti kita verifikasi di lapangan sama temen temen Perkim setelah diverifikasi nanti ada komposisinya layak atau tidak. Data data per item dari sister siBaru dari Kemenpupr,” jelasnya. Bila ada yang data yang terlewat, Perkim mempersilakan masyarakat untuk melapor. Namun mengikuti tata caranya yang ke kelurahan dahulu. “Silakan melapor mumpung masih di awal tahun,” pungkasnya. (irfan/made)
Diskusi tentang ini post