SATELITNEWS.ID, SERANG–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang sedang mencari wisma, untuk dijadikan tempat isolasi para pasien Covid-19. Hal itu dilakukan, karena ruang isolasi di Rumah Sakit Drajat Prawiranegara (RSDP) sudah penuh.
Wakil Bupati (Wabup) Serang, Pandji Tirtayasa mengatakan, secara realita di Kabupaten Serang pasien Covid-19 setiap harinya sangat memberatkan bagi para petugas medis. Karena, hampir setiap hari mencapai puluhan pasien Covid-19 yang masuk ke rumah sakit.
“Kemarin saya kehadiran beberapa dokter spesialis, memohon kepada kami untuk dibuat kebijakan yang proporsional, agar tidak terjadi penambahan pasien yang setiap hari sangat membebani mereka. Kalau tidak salah, ada tiga orang dokter spesialis yang kena (Positif Covid-19,red), belum lagi perawatnya,” kata Pandji, Kamis (7/1).
Katanya, saat ini kapasitas rusang isolasi di RSDP sudah melebihi (penuh). Oleh karena itu, untuk menghindari semakin bertambahnya jumlah penderita Covid-19, pihaknya saat ini sedang melakukan gerakan terbatas dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
Selain itu, pihaknya juga sedang mencari wisma untuk dipergunakan sebagai tempat isolasi bagi pasien Covid-19. “Rumah sakit kita, dimulai dari 14 ruang isolasi ditambah 30, tambah 40, tambah 50, sekarang sudah 56. Itu sudah over load. Jadi sekarang kita sedang upayakan bagi mereka yang OTG, yang pasti mereka itu harus mendapat pelayanan,” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Serang, drg Agus Sukmayadi mengatakan, Satgas saat ini tetap mengupayakan mencari rumah isolasi untuk warga Kabupaten Serang. “Tapi seperti diketahui, untuk mencari rumah isolasi agak sulit,” tandas Agus.
Ia berharap dalam satu dua hari, satgas bisa memberi solusi karena rumah isolasi sangat diperlukan manakala OTG meningkat. “Yang dikhawatirkan bila OTG isolasi di rumah, terjadi penularan klaster keluarga. Karena sampai saat ini, klaster keluarga masih dominan,” pungkasnya.
Ditambahkannya, selama ini ketika ada pasien OTG mereka melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Namun demikian, tetap dengan pengawasan puskesmas masing-masing. Sedangkan untuk menunjuk hotel sebagai rumah isolasi, pihaknya juga sudah melakukan sejak awal namun perlu kesepakatan dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
“Karena kalau rumah singgah di hotel, sangat membantu kami (satgas,red). Tapi satu sisi, kita harus pikirkan keberlangsungan wisata di Anyer, jadi perlu banyak pertimbangan. Kita berharap, ada peran PHRI mendorong anggotanya agar mau jadi tempat isolasi mandiri yang disiapkan Pemda,” imbuhnya. (sidik/mardiana)
Diskusi tentang ini post