SATELITNEWS.ID, BANDARA—Anggota keluarga dan sanak saudara penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak berbondong-bondong mendatangi posko krisis di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (10/1). Mereka membawa data diri termasuk foto serta dokumen yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi para korban pesawat yang jatuh di kawasan Kepulauan Seribu Jakarta, Sabtu (9/1) lalu itu.
Rasa haru dan isak tangis pecah di posko krisis tersebut. Keluarga korban masih kaget dan terkejut dengan tragedi itu.
Ebta adalah salah-satunya. Dia memiliki saudara sepupu yang berada di dalam pesawat naas tersebut. Sepupu Ebta yang menjadi korban bernama Rizky Wahyudi.
Ebta menjelaskan, tak lama sebelum kejadian dia sempat berkomunikasi dengan korban. Namun, alangkah terkejutnya dia tatkala mengetahui pesawat yang ditumpangi Rizky itu telah hilang kontak. Yang kemudian ikuti kabar pesawat tersebut jatuh disekitaran Kepulauan Seribu.
“Dengan korban kita komunikasi siang, pas mau berangkat ke sini (bandara). Dia bilang dia udah berangkat di Bandara. Tadinya kita mau anter,” kata Ebta, Minggu (10/1).
Rizky merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dia bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat. Kala itu, kata Ebta, Rizky berniat menjemput keluarganya yang terdiri dari istri, ibu dan dua anaknya untuk dibawa ke Pontianak.
Nahas, niat tersebut tak kesampaian. Rizky beserta keluarga malah menjadi korban jatuhnya pesawat yang mereka tumpangi.
“Jadi beberapa bulan lalu karena tugasnya di Pontianak, (Meninggalkan) istrinya (yang sedang) hamil. Jadi istrinya melahirkan di Palembang. Nah ini kebetulan dia mau jemput anak sama istrinya buat diajak ke Pontianak,” kata Ebta.
Pria 40 tahun itu membawa lengkap identitas Rizky dan keluarga saat mendatangi crisis centre. Kemungkinan kata Ebta semua korban akan dibawa ke RS Polri, Jakarta Timur.
“(Saya membawa) kartu keluarga, dan identitas pendukung lainnya. Iya (RS Polri) kemungkinan kesana nanti,”ujar Ebta.
Duka mendalam juga dirasakan oleh Nania, adik kandung dari korban yang bernama Rahmania. Nania berusaha nampak tegar namun dia tak dapat menutupi kesedihannya. Ketika mendapat kabar pesawat yang ditumpangi kakaknya jatuh, Nania langsung pergi dari Bali menuju Bandara Soetta.
“Ini saya langsung terbang dari Bali, karena kemarin keluarga yang mengurus di sini diminta untuk menghadirkan keluarga kandungnya,” ujarnya sembari menahan sedih.
Saat itu, Nania datang sendiri sebagai perwakilan keluarga kandung untuk mengurus data yang dibutuhkan. Beruntung, dia langsung dibantu petugas di posko crisis center setelah sempat kebingungan.
“Petugas minta memberitahukan ciri- ciri fisik. Data-data, sekarang disuruh tunggu. Harapan semoga diperlancar prosesnya,” kata dia.
Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.36 WIB setelah menit detik lepas landas dari Bandara Soetta.
Kemudian, di hari yang bersamaan pesawat tersebut dikabarkan jatuh dengan ikuti penemuan sejumlah puing-puingnya. Total ada 62 orang yang ada di pesawat tersebut. Terdiri dari 40 penumpang dewasa 7 anak-anak dan 3 bayi. 12 diantaranya merupakan awak pesawat.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menjelaskan kronologi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air bernomor penerbangan SJ182 rute Jakarta-Pontianak. Pesawat tersebut lepas landas dari Bandara Soetta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB. 1 menit setelahnya melewati 1700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach.
Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure. Pukul 14.40 WIB, Jakarta Approach melihat pesawat Sriwijaya Air tidak ke arah 075 derajat melainkan ke Barat Laut oleh karenanya ditanya oleh ATC untuk melaporkan arah pesawat.
Tak lama kemudian, dalam hitungan detik, Pesawat hilang dari radar. Manajer operasi langsung berkoordinasi dengan Basarnas, Bandara tujuan dan instansi terkait lainnya.
Saat ini, tim penyelamat telah menurunkan sejumah kapal untuk melakukan pertolongan. Yakni kapal dari KPLP Ditjen Perhubungan Laut, Kapal Basarnas yang terdiri dari 3 kapal dan 3 kapal karet dan 2 sea rider. Kemudian kapal TNI Angkatan Laut yakni KRI Lalat, KRI Kurau, KRI Siwar, dan KRI Cut Nyak Dien.
“Mohon doa dari seluruh anggota masyarakat agar semua proses pencarian dan penyelamatan agar berjalan dengan lancar,” tutur Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi di Jakarta, kemarin.
Menhub Budi menjelaskan, Presiden RI Joko Widodo telah memberikan arahan langsung untuk memaksimalkan upaya pencarian pesawat tersebut. Saat ini Kemenhub telah melakukan koordinasi dengan Basarnas, KNKT, TNI-Polri dan instansi terkait lainnya untuk melakukan upaya pencarian.
“Untuk itu kami turut prihatin atas kejadian ini,” ujar Budi.
Hingga kemarin, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri telah menerima tujuh kantong jenazah yang diduga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Tim DIV berencana mulai melakukan identifikasi jenazah pada hari ini, Senin (11/1).
’’Dapat kami informasikan sampai saat ini tim telah menerima sampel DNA sebanyak 21 sampel, kemudian kantong jenazah tujuh kantong jenazah,’’ kata Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (10/1).
Kata dia, tim DIV akan mulai bekerja mengidentifikasi potongan tubuh korban besok. Tim akan menyesuaikan jasad korban dengan data-data yang diberikan keluarga korban di posko RS Polri.
’’Mulai besok (Senin, 11/1) tim akan melakukan tugas, melakukan identifikasi terhadap kantong-kantong jenazah maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan kecelakaan pesawat tersebut,’’ beber Rusdi.
Sementara itu, dari pengakuan sejumlah nelayan di Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang saat kejadian, mereka mendengarkan bunyi ledakan. Mereka bingung asal ledakan tersebut.
Mulanya mereka berpikir kalau ledakan tersebut bersumber dari petir. Namun, saat itu cuaca sedang cerah.
“Bukan ledakan di udara. Kayaknya itu (pesawat) meledak di air,” ujar salah satu nelayan, Sobirin.
Saat sampai kedaratan kata dia pun terkejut dengan kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air bernomor penerbangan SJ182 rute Jakarta-Pontianak. “Lihat di berita ternyata ada pesawat jatuh,” imbuhnya.
Hal senada diungkapkan oleh nelayan lainnya Soleh. Diakui Soleh dia juga sempat mendengar ledakan. Bahkan keesokan harinya saat dia melaut mendapat kabar kalau rekannya sempat melihat sesosok jasad mengapung di laut yang diduga korban dari pesawat tersebut.
“Ketemu mayat nelayan di Pulau Lancang. Tapi didiemin aja. Karena kalau nelayan lihat mayat itu pantang. Jadi dibiarin saja sama mereka,” pungkasnya.
Sementara itu, Head of Corporate Communication Sriwijaya Air Ary Mercyanto dalam keterangan resminya mengungkapkan pesawat yang jatuh diawaki oleh 6 kru aktif serta mengangkut 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi. Selain itu pada penerbangan tersebut juga terdapat 6 awak sebagai penumpang (kru tambahan).
“Sriwijaya Air menyatakan turut prihatin serta menyampaikan duka cita yang mendalam kepada seluruh keluarga dari penumpang serta awak pesawat pada penerbangan SJ-182, agar kiranya terus diberikan ketabahan oleh Tuhan Yang Maha Esa,” tutur dia.
Pihaknya pun akan terus melakukan pemantauan terkait dengan perkembangan pencarian bangkai pesawat dan juga para korban. “Kami akan terus memberikan dukungan penuh dan pendampingan bagi keluarga penumpang SJ-182 selama proses evakuasi dan identifikasi berlangsung,” jelasnya.
Sriwijaya Air juga akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang dalam upaya bersama untuk melakukan proses evakuasi dan investigasi atas pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Guna keperluan komunikasi maka Sriwijaya Air telah menyiapkan Crisis Center/Posko Darurat yang berada di 4 lokasi, yakni Bandara Soekarno Hatta Terminal 2D (Posko Keluarga) di Koridor dalam dan (Posko Media) di Koridor luar,Bandara Supadio Pontianak, Dermaga II, Jakarta International Container Terminal (JITC) Tanjung Priok dan Posko Antemortem RS POLRI, Kramat Jati, Jakarta Timur. (irfan/jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post