SATELITNEWS.ID PAMULANG—Pencarian korban dan evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta pada 9 Januari lalu masih berlangsung. Keluarga dari korban sabar menunggu kabar dari tim SAR. Isti Yudha Prastika (35) pramugari cantik yang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Keluarga korban tak hentinya menanti kabar dari sejumlah tim pencarian yang terus berusaha keras untuk mencari berbagai bukti dan evakuasi korban pesawat tersebut.
Isak tangis orang tua dan kerabat Isti tak terbendung kala menyambangi rumahnya yang beralamat di Perumahan Reni Jaya, Jalan Sumatera 9, Blok K 3/ 11, Pamulang, Tangerang Selatan.
Kesedihan terlihat dari raut wajah sang kakak, Irfan Defrizon (37), yang kini hanya bisa berpasrah akan nasib adik kandungnya tersebut. Irfan mengaku sempat berfirasat tidak enak saat kejadian jatuhnya pesawat tersebut.
“Firasat saya sebagai abang kandung, perasaan kemarin sore saja sudah enggak enak. Perasaan saya sudah mulai tidak enak, apalagi adik saya gitu kan. Waktu abang saya ngabarin, benar bahwa adik saya di dalamnya, ya sudah sakit lah hati saya dan keluarga juga syok,” ujar Irfan di kediaman orang tuanya tersebut.
Meski keluarga besar sudah ikhlas dengan keadaan Isti, Irfan dan keluarganya hanya berharap, jasad adik kandungnya itu dapat ditemukan apapun kondisinya.
Kita berdoa saja. Ya sudahlah, kita Wallahualam saja, berharap bisa ketemu jasadnya. Enggak terkubur di laut, kasihan. Supaya kita bisa menguburkan, kita bisa nyekar,” ungkap Irfan sembari menahan kesedihan.
Isti sendiri merupakan pramugari dari Nam Air, anak maskapai Sriwijaya Air yang tergabung dalam satu grup maskapai Sriwijaya Air Group. Saat kejadian Isti menggantikan tugas rekannya untuk rute Pontianak-Jakarta. “Jadi, dia gantikan rekannya untuk penerbangan Jakarta-Pontianak PP. Sriwijaya sama Nam Air kan satu grup,” tutur Irfan.
Sehari sebelum peristiwa nahas tersebut, Isti sempat berkomunikasi dengan ibundanya melalui video call. Kesedihannya pun semakin memuncak, lantaran ia sudah lama tak bertemu dengan adiknya tersebut. Irfan terakhir kali bertemu dengan adiknya sekitar lima bulan lalu.
“Saya bertemu terakhir itu Idul Adha. Makanya sedihnya itu, saya sudah lama enggak ketemu. Makanya saya sangat sedih karena dia juga waktu itu terbang terus,” tuturnya.
Seraya mengenang adiknya, Irfan pun berlinang air mata dan tak kuasa mala mengingat semasa hidup sang adik yang jasadnya kini belum diketemukan. “Orangnya tuh baik banget sama orang, enggak jahat. Saling bantu sama saudara, sama keponakan. Apalagi dia belum dikasih momongan, sempat keguguran empat bulan. Memang dia orangnya baik banget,” ucapnya.
Kakak kandung korban, Dian Firlita mengatakan, beberapa hari sebelum mendapat kabar duka, dirinya sempat melakukan video call terakhir dengan Isti Yudha Prastika.
“Memang sebelumnya kita kontek-kontekan dengan (Isti Yudha, red) terakhir dua tiga hari yang lalu, hanya lewat video call aja,” ujarnya saat ditemui wartawan di kediamannya, Jalan Sumatra 9, Blok K3/11, Kelurahan Pondok Benda, Pamulang.
Pada saat itu, Dijelaskan Dian, korban melakukan video call bukan hanya dengan dirinya, melainkan kepada keluarganya yaitu suami dan ibu kandung korban.
“Dua tiga hari yang lalu (suaminya, red) video callnya dengan istinya (Isti, red) langsung. Kalau jumat dengan mamahnya, terakhir video call dengan orang tua itu hari Jum’at, memang sempat video call terakhir dengan mamahnya,” ungkapnya.
Dian mengatakan, korban sebenarnya berdasarkan informasi hari Sabtu tidak ada jadwal penerbangan atau libur. Maka dari itu keponakannya diajak main kerumah korban yang berada di Pamulang.
“Hari Sabtu informasinya dia sempet ada info dia (Isti, red) libur, ponakannya suruh pada ke rumah, pada maen ke rumahnya dia,” terangnya.
Pada saat korban mengajak, Dian menerangkan, posisi saat itu dirinya sedang tidak berada di Pamulang (rumah orang tua Isti). “Jadi kalo selebihnya kita lagi gak di rumah, dan memang awal dengernya dari media, dari tv,” sambungnya.
Dian menjelaskan, pihak keluarga saat berkumpul itu mendapatkan informasi bahwa korban masuk kedalam daftar manifes Sriwijaya Air penerbangan SJ-182 Jakarta – Pontianak. “Kemudian karena kami ada rekan-rekan yang memang dari Sriwijaya bekerja disana, dapat informasi bahwa Isti dari salah satu daftar manifes,” tutupnya. (jarkasih)
Diskusi tentang ini post