SATELITNEWS.ID, PAMULANG—Suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Isti Yudha Prastika (35) pramugari yang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki. Keluarga korban berkumpul di rumah duka di jalan perumahan Reni Jaya, Jalan Sumatra 9, Blok K3/11, Kelurahan Pondok Benda, Pamulang.
Usai menyerahkan DNA, kini mereka harus sabar menanti kabar anggota keluarganya itu dari tim SAR. Pihak keluarga berkumpul sambil menunggu hasil pencarian korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor resgistrasi PK-CLC SJ-182.
Orang tua korban, Ujang menyebutkan pihak keluarga terus menunggu kabar terbaru dari kasus ini. “Kami di sini semua menunggu. Keluarga, tetangga dan teman-teman Isti dari maskapai juga datang dan menginap”, terang Ujang, saat ditemui Satelit News di rumahnya, Selasa (12/1).
Dirinya mengaku sudah mengambil sampel DNA untuk keperluan pengecekan jenazah korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182. “Dua hari saya gak di sini. Saya di RS Polri Kramat Jati untuk pengambilan sampel DNA”, terangnya.
Pantauan di lokasi, tampak di depan rumah Isti terlihat barisan karangan bunga sebagai ucapan belasungkawa atas musibah kecelakaan yang menimpa Isti.
Dua di antaranya dari Kapolres Tangsel AKBP Dr Iman Imanuddin SH, SIK, MH, dan dari Kapolsek Pamulang Kompol Supiyanto SH. Ada juga karangan bunga dari teman kakak korban dari Alumni Institut Teknologi Indonesia.
Pencarian korban dan evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta pada 9 Januari lalu masih berlangsung. Keluarga korban tak hentinya menanti kabar dari sejumlah tim pencarian yang terus berusaha keras untuk mencari berbagai bukti dan evakuasi korban pesawat tersebut. Sebelumnya, kakak korban Irfan Defrizon, mengaku sempat berfirasat tidak enak saat kejadian jatuhnya pesawat tersebut.
“Firasat saya sebagai abang kandung, perasaan kemarin sore saja sudah enggak enak. Perasaan saya sudah mulai tidak enak, apalagi adik saya gitu kan. Waktu abang saya ngabarin, benar bahwa adik saya di dalamnya, ya sudah sakit lah hati saya dan keluarga juga syok,” ujar Irfan di kediaman orang tuanya tersebut.
Meski keluarga besar sudah ikhlas dengan keadaan Isti, Irfan dan keluarganya hanya berharap, jasad adik kandungnya itu dapat ditemukan apapun kondisinya.
Kita berdoa saja. Ya sudahlah, kita Wallahualam saja, berharap bisa ketemu jasadnya. Enggak terkubur di laut, kasihan. Supaya kita bisa menguburkan, kita bisa nyekar,” ungkap Irfan sembari menahan kesedihan.
Isti sendiri merupakan pramugari dari Nam Air, anak maskapai Sriwijaya Air yang tergabung dalam satu grup maskapai Sriwijaya Air Group. Saat kejadian Isti menggantikan tugas rekannya untuk rute Pontianak-Jakarta. “Jadi, dia gantikan rekannya untuk penerbangan Jakarta-Pontianak PP. Sriwijaya sama Nam Air kan satu grup,” tutur Irfan.
Sehari sebelum peristiwa nahas tersebut, Isti sempat berkomunikasi dengan ibundanya melalui video call.
Kakak kandung Isti lainnya, Dian Firlita mengatakan, beberapa hari sebelum mendapat kabar duka, dirinya sempat melakukan video call terakhir dengan Isti Yudha Prastika.
“Memang sebelumnya kita kontek-kontekan dengan (Isti Yudha, red) terakhir dua tiga hari yang lalu, hanya lewat video call aja,” ujarnya saat ditemui wartawan di kediamannya, Jalan Sumatra 9, Blok K3/11, Kelurahan Pondok Benda, Pamulang.
Pada saat itu, Dijelaskan Dian, korban melakukan video call bukan hanya dengan dirinya, melainkan kepada keluarganya yaitu suami dan ibu kandung korban.
“Dua tiga hari yang lalu (suaminya, red) video callnya dengan istinya (Isti, red) langsung. Kalau jumat dengan mamahnya, terakhir video call dengan orang tua itu hari Jum’at, memang sempat video call terakhir dengan mamahnya,” ungkapnya.
Dian mengatakan, korban sebenarnya berdasarkan informasi hari Sabtu tidak ada jadwal penerbangan atau libur. Maka dari itu keponakannya diajak main kerumah korban yang berada di Pamulang.
“Hari Sabtu informasinya dia sempet ada info dia (Isti, red) libur, ponakannya suruh pada ke rumah, pada maen ke rumahnya dia,” terangnya.
Pada saat korban mengajak, Dian menerangkan, posisi saat itu dirinya sedang tidak berada di Pamulang (rumah orang tua Isti). “Jadi kalo selebihnya kita lagi gak di rumah, dan memang awal dengernya dari media, dari tv,” sambungnya.
Dian menjelaskan, pihak keluarga saat berkumpul itu mendapatkan informasi bahwa korban masuk kedalam daftar manifes Sriwijaya Air penerbangan SJ-182 Jakarta – Pontianak. “Kemudian karena kami ada rekan-rekan yang memang dari Sriwijaya bekerja disana, dapat informasi bahwa Isti dari salah satu daftar manifes,” tutupnya. (ahmad naufal/jarkasih)
Diskusi tentang ini post