SATELITNEWS.ID, JAKARTA—Kotak hitam atau black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu telah ditemukan. Black box berisi data penerbangan yang bisa digunakan untuk mengungkap penyebab jatuhnya pesawat Boeing 737-500 tersebut.
Menhub Budi Karya Sumadi menyatakan, black box FDR (Flight Data Recorder) telah ditemukan di perairan Kepulauan Seribu pada Selasa (12/1). Menurutnya black box tersebut akan dibawa ke JICT untuk kemudian dilakukan penelitian.
“Kita bersyukur black box FDR sudah ditemukan,” kata Budi Karya Sumadi di JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1).
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengungkapkan, tim SAR hingga kini masih memburu CVR yang juga diduga berada di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air. Hadi meyakini, CVR milik pesawat Sriwijaya Air juga berada pada lokasi yang sama. Sehingga tidak lama lagi akan segera ditemukan.
Seperti diketahui, black box terdiri dari dua perangkat antara lain cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR). CVR berisi rekaman percakapan dalam kokpit pesawat dan FDR berisi rekaman data penerbangan.
Sementara itu, Tim penyelam Dislambair Koarmada I menceritakan keberhasilannya mengangkat kotak hitam atau blackbox flight data recorded (FDR) milik pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
Mayor Laut Teknik Iwan Kurniawan mengaku, butuh waktu tiga hari untuk menemukan titik koordinat blackbox. Penelusuran bawah laut itu menggunakan KRI Rigel mencari lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.
“Prosesnya dari awal penyelaman sekitar tiga hari, mulai pertama kita survei dulu setelah itu kita lihat titik-titik bongkahan besar. Hari kedua, ketiga kita angkat. Begitu sudah kita angkat semua, harapannya bongkahan besar itu bisa mempermudah pencarian,” kata Iwan di Dermaga JICT II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1).
Iwan mengaku, penyelam Dislambair Koarmada I sejak awal fokus mencari blackbox FDR dan cockpit voice recorder (CVR). Sebab penting untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
“Hari ini fokus pencariannya FDR dan CVR,” ujar Iwan.
Menurut Iwan, KRI Rigel milik Pushidrosal TNI AL mampu menangkap sinyal dengan menembakan sonar ke bawah laut. Di tak memungkiri, blackbox Sriwijaya Air tertimpa bongkahan besar pesawat Sriwijaya Air.
“Jadi setelah kita ploting awal lagi baru kita mulai survei lagi, lalu dimana material atau objek yang besar dan berat kalau perlu kita angkat kita angkat,” urai Iwan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB. Pasawat yang bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta tersebut mengangkut penumpang sebanyak 62 penumpang, terdiri dari 6 awak aktif, 40 dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi dan 6 awak sebagai penumpang.
Sementara itu Tim Disaster Victim Identification (DVI) kembali berhasil mengidentifikasi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Kali ini, ada tiga identitas korban yang berhasil diidentifikasi. Mereka yaitu Asyhabul Yamin (36), Fadly Satrianto, (38) dan Khasanah (50).
“Ada 3 korban yang kami bisa identifikasi dari 4 kantong mayat yang diperiksakan. 1 kantong mayat ada bagian satu tubuh. Sehingga sebenarnya ada 3 korban yang kami dapatkan,” kata Kepala Pusat Inafis Polri, Brigjen Pol Hudi Suryanto di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, Selasa (12/1).
Asyhabul Yamin teridentifikasi dari kantong mayat nomor 0072 dan 0029. Dia merupakan warga Jalan Sakti Nomer 7A RT 05/06 Petukangan Selatan, Pesanggarahan, Jakarta. Dia terdaftar sebagai penumpang dengan nomor manifes 40. Identitas mereka terkuak berdasarkan persamaan sidik jari e-KTP dengan jempol kanan jenazah korban.
Jenazah kedua yakni Fadly Satrianto. Dia merupakan warga Teluk Penanjung RT 04/05 Jawa Timur. Dia terdaftar dalam manifest nomor 31.
“Ini ternyata co-pilot Sriwijaya perbandingan sidik jari dari e-KTP telunjuk kanan dan 1 dari potongan body part identik 12 titik persamaan,” imbuh Hudi.
Kemudian korban ketiga yakni Khasanah. Dia teridentifikasi dari kantong mayat 0040. Dia merupakan warga asal Pontianak, Kalimantan Barat. Dia terdaftar dalam manifes nomor 28.
“Ini juga sudah kami perbandingkan sidik jarinya jempol kanan di kantong mayat dan e-KTP menemukan 12 titik persamaan, jadi identik,” tandas Hudi. (jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post