SATELITNEWS.ID, SERANG–Menjadi imbas dari naiknya harga daging sapi impor, pedagang daging sapi di Kabupaten Serang mengaku menyerah dan takut kehilangan pelanggan, apabila harga terus melonjak. Sebab, mereka tidak mampu untuk menutupi modal untuk menjual kembali, karena harga semakin melambung.
“Kalau semakin naik, saya juga gak bisa jualan. Buat belinya aja ga mampu, mending mogok jual daging sekalian,” ungkap salah satu pedagang sapi di Kabupaten Serang, yang enggan disebutkan namanya, Rabu (20/1).
Ia berharap, Pemerintah dapat menetralisir harga daging yang isunya akan melebihi harga pasaran di atas Rp130.000. Meski begitu, untuk saat ini, apabila harga jual daging masih di kisaran Rp120.000, ia masih mau berjualan, mengingat para pelanggan yang setia memesan daging kepadanya.
“Pasti saya pertahankan kalau harganya masih segitu, tapi kalau lebih dari itum tolong lah Pemerintah juga ikut andil. Jangan sampai kita yang sudah lama mencari rejeki dari jual daging, malah gak bisa makan karena gak mampu beli,” tuturnya.
Terpisah, penjual daging di Pasar Baros Kabupaten Serang, mengatakan bahwa dirinya masih menjual harga daging sapi dengan harga Rp110.000. Ia mengaku mendengar dengan adanya isu kenaikan harga daging sapi, namun beruntungnya, dia masih bisa berjualan daging sapi dengan harga yang masih normal.
“Kalau bapak (menyebut dirinya sendiri) masih jual daging dengan harga biasa. Dengar sih ada isu harga daging naik, tapi tadi (kemarin) masih sama, karena kita langsung dari jagal (orang yang bertugas menyembelih atau memotong binatang ternak),” jelas bapak yang tak mau disebutkan namanya.
Terpantau, pukul 12.30 WIB daging yang ia jual ludes diburu pembeli. Kemudian ia pun bersiap untuk menjual sayuran yang ia bawa, sembari membereskan kebuthan jualan. “Kalau bapak ada tiga tempat jualnya di sini (pasar Baros), tapi alhamdulillah sudah habis semua. Nanti kalau mau ngobrol lebih panjang lagim besok kesini lagi aja,” tandasnya.
Sementara, kenaikan harga daging sapi juga terjadi di Kota Serang. Harga daging sapi yang semulanya berada di kisaran Rp110 ribu per kilogram, saat ini naik menjadi Rp120 ribu per kilogram. Kenaikan itu disebut sebagai rentetan kenaikan harga daging sapi di Jabodetabek. Beberapa pedagang pun berencana melakukan mogok dagang seperti di Jabodetabek.
Salah satu pedagang daging sapi di Pasar Induk Rau, sebut saja namanya Heri, mengatakan bahwa saat ini harga daging sapi memang sedang naik. Meskipun kenaikan tersebut hanya Rp10 ribu saja, namun hal tersebut cukup memberatkan pembeli.
“Memang hanya Rp10 ribu, tapi kan tetap saja konsumen kan jadi enggak beli. Tapi dari pada begini, mending kita gak jualan dulu sampai benar-benar stabil,” ujarnya, Rabu (20/1).
Terpisah, salah satu pedagang masakan padang, Maftukhah, mengatakan bahwa hingga saat ini dirinya masih bisa membeli daging sapi dengan harga Rp110 ribu. Namun jika memang terjadi kenaikan harga, dirinya mungkin akan mengurangi produksi.
“Kalau naik, cari yang murah, cari yang biasa harganya. Kalau naik lebih tinggi lagi, akan mengurangi pembelian. Karena gak sanggup. Orang buat jualan, kecuali buat dimakan baru bisa aja beli sekilo,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Disperindagkop UKM Kota Serang, Akhmad Zubaidillah, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan di lapangan, untuk memastikan apakah harga daging sapi naik atau tidak. “Kami tadi memantau juga, saya sudah ke pasar Rau. Menurut pegawai dari perdagangan itu, kalau di Serang Alhamdulillah katanya tuh lancar-lancar saja. Emang ada kenaikan dikit, yah itu mah rasional lah yah,” ujarnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Menurutnya, saat ini bukan hanya daging saja yang harganya naik, namun beberapa komoditas lain pun juga mengalami kenaikan. Namun tetap saja, pihaknya telah mewanti-wanti agar pedagang di Kota Serang tidak mengikuti langkah dari pedagang di Jabodetabek, khususnya Tangerang Raya.
“Justru yah dengan kejadian di Tangerang Raya ini, kami meminta kepada para pedagang daging, agar tidak mengadopsi kejadian-kejadian yang ada di Tangerang,” ungkapnya.
Ia menegaskan, antara para pedagang daging dengan para pembeli memiliki hubungan yang sangat erat. Jangan sampai karena keinginan untuk mencari untung dalam kejadian yang ada, kedua pihak justru malah saling rugi.
“Karena bagaimana pun juga pedagang itu kan mempunyai ketergantungan terhadap para konsumen, konsumen juga ketergantungan kepada para pedagang. Jangan menjadikan kesempatan ini untuk melakukan semacam mark up harga lah, jangan seperti itu,” katanya.
Apabila kenaikan harga yang terjadi melebihi batas kewajaran, maka pihaknya pun akan mekaukan upaya intervensi, sehingga harga daging sapi akan kembali stabil seperti biasanya. “Kalau sampai terjadi, yah kami akan intervensi. Permasalahannya di mana, apakah pasokanya. Nanti kami akan melakukan intervensi sehingga harganya akan kembali stabil,” tandasnya. (muf/dzh/bnn)
Diskusi tentang ini post