SATELITNEWS.ID, JAKARTA—Angka kematian harian akibat Covid-19 di tanah air memecahkan rekor tertinggi pada Kamis (21/1), berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19. Sebanyak 346 jiwa meninggal dunia dalam sehari. Kini total orang yang meninggal akibat Covid-19 sebanyak 27.203 jiwa.
Angka kematian harian paling banyak terjadi di Jawa Tengah sebanyak 101 jiwa. Indonesia pernah memecahkan rekor kematian beberapa hari lalu pada Selasa (19/1) sebanyak 308 jiwa sehari. Angka kematian tersebut menjadi cerminan semakin sulitnya ketersediaan tempat tidur (BOR) di rumah sakit dan sulit menampung semua pasien.
Sementara itu pertambahan kasus positif harian juga bertambah 11.703 orang. Kini total sudah 951.651 orang terinfeksi Covid-19 sejak Maret 2020. Jumlah itu terdeteksi dari 67.454 spesimen yang diperiksa. Dan ada 43.725 orang yang diperiksa. Angka positivity rate mencapai 16,6 persen.
Sebaran kasus positif di DKI Jakarta sebanyak 3.151 kasus. Jawa Tengah 1.976 kasus. Jawa Barat 1.228 kasus. Jawa Timur 1.134 kasus. Dan Sulawesi Selatan 645 kasus.
Pasien sembuh dalam sehari bertambah 9.087 orang. Paling banyak pasien sembuh harian terdapat di provinsi DKI Jakarta sebanyak 2.570 orang. Kini total sudah 772.790 orang sembuh dari Covid-19. Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Ada 3 provinsi di bawah 10 kasus dalam sehari. Dan tak ada satupun provinsi dengan nol kasus harian.
Sementara itu, perubahan perilaku disiplin masyarakat atas kepatuhan terhadap protokol kesehatan diyakini bisa menekan angka kasus Covid-19. Lonjakan kasus yang terjadi beberapa bulan terakhir diyakini karena masyarakat masih abai dengan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.
Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan pihak Satgas Covid-19 terus melakukan monitoring perubahan perilaku yaitu rata-rata kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak di tingkat nasional khususnya selama penerapan pembatasan kegiatan. Secara tren, rata-rata kepatuhan protokol kesehatan pekan lalu cenderung meningkat dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu dari 50,27 persen menjadi 62,46 persweb atau naik sebesar 12,9 persen. Dalam memakai masker, dari 35,98 persen menjadi 53,09 persen, atau naik 17,9 persen dalam menjaga jarak.
“Namun kenaikan rata-rata ini belum bisa menyerupai tingginya kepatuhan di awal upaya monitoring di bulan September dan Oktober yaitu menembus angka 84,77 persen dalam memakai masker dan 69,04 persen dalam menjaga jarak,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/1).
Hasil ini, kata dia, dapat memberikan cerminan sebenarnya bahwa upaya untuk meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan belum tampak signifikan hasilnya. Data itu menurutnya seharusnya mampu menjadi bahan refleksi diri bagi pemerintah daerah maupun masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan individu maupun komunitas serta bahan evaluasi program operasi yustisi yang sudah dilakukan oleh aparat penegak hukum setempat.
“Perlu diingat bahwa efek positif perubahan perilaku ini membutuhkan waktu yang lama untuk berdampak pada penurunan kasus namun dapat menghasilkan perbaikan penanganan Covid-19 yang berkelanjutan apabila dijalankan terus-menerus,” tegasnya.
Kesimpulannya, kata Wiku, ada peningkatan kepatuhan masyarakat untuk memakai masker sebesar 12 persen dan menjaga jarak sekitar 20 persen. Meski demikian, jumlah ini masih jauh di bawah apabila dibandingkan tingkat kepatuhan pada awal dilakukan pemantauan yaitu pada bulan September 2020.
“Maka dari itu kami terus mengimbau masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan. Dan pemda agar menggerakkan posko-posko di daerah untuk mendukung upaya preventif serta melakukan pengawasan apabila terjadi pelanggaran,” tuturnya. (jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post