SATELITNEWS.ID, KARANGTENGAH—Pandemi virus corona menyebabkan sebagian besar masyarakat terkena dampaknya. Baik secara ekonomi, kesehatan hingga kehidupan sehari-hari. Namun di Kampung Cupang, RW 05 Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, hanya dampak positif yang dirasakan warga setempat.
Wabah Covid-19 yang menyebabkan aktivitas masyarakat menjadi sangat terbatas mendongkrak minat terhadap ikan cupang atau ikan beta. Sementara ikan yang kini digemari beragam kalangan tersebut sudah lama dibudidayakan warga Kampung Cupang.
Hampir seluruh warga RW 05 Kampung Karang Tengah merupakan pembudi daya ikan cupang. Bila berkunjung ke kampung yang berada di pemukiman padat penduduk itu, nampak mereka sudah lihai dalam menangani ikan hias tersebut.
Sekretaris Beta Karang Tengah, Matroji mengungkapkan masyarakat di Kampung Cupang sudah lama menggeluti dunia ikan hias. “Bahkan ada yang sudah bermain ini (ikan cupang-red) sejak tahun 90an. Tapi itu dicampur dengan ikan hias lain,” ujar Matroji kepada Satelit News.
Di kampung itu, terdapat kelompok pembudi daya yang sudah resmi terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta di Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang sejak tahun 2018 lalu.
“Karena sudah terdaftar kita dapat bantuan dari KKP. Bantuan itu berupa uang yang kemudian kita belanjakan untuk peralatan budi daya ikan cupang,” kata kepada Satelit News.
Diakui Matroji, saban hari pembudi daya ikan cupang memang kian menjamur. Pada tahun 2018, anggota kelompoknya berjumlah 54 orang. Angka itu melonjak di tahun 2021 menjadi 200 orang lebih.
“Anggota kita terus bertambah. Yang terdaftar di 2018 itu ada 54 orang. Tapi sekarang sudah lebih sekitar 200-an. Itu dicampur dengan anggota yang belum resmi terdaftar,” kata Matroji yang sehari-hari bekerja sebagai staf laboratorium perikanan Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) itu.
Menurut pegawai yang berencana pensiun dini itu, selama pandemi Covid-19, warga Kampung Cupang tidak terdampak negatif secara ekonomi. Yang terjadi adalah sebaliknya. Warga setempat mengeruk keuntungan besar dari bisnis ikan cupang lantaran permintaan yang terus meningkat.
Dia mengatakan keuntungan dari budi daya ikan cupang sangat menggiurkan. Dalam satu bulan, pembudi daya dapat meraih omzet hingga belasan juta rupiah. Tak heran, banyak masyakarat yang memutuskan bergelut di bisnis ini.
“Hitungan kotornya anggaplah 1 cupang 5 ribu rupiah. 1 peternak itu bisa menghasilkan ribuan ikan sekali panen dan langsung habis karena kita punya pangsa pasarnya masing-masing,” ungkapnya.
Tak hanya lokal, kelompok ini juga sudah menjamah pasar internasional. Seperti, Malaysia, Britania Raya, Amerika Serikat, Singapura dan Thailand.
Salah satu penjual ikan cupang yang mengambil produk di Kampung ini, Yueel Alexander Barus mengatakan harga jualnya bahkan bisa 4 kali lipat. Tergantung kesepakatan saat transaksi.
“Biasanya saya posting di media sosial. Nanti yang di luar negeri ada yang tertarik ya kita jual. Kalau harga bervariasi. Biasanya kalau sudah suka berapa pun rela walaupun jutaan rupiah,” katanya.
Begitu juga dengan kolektor. Yueel mengaku tak dapat memberikan harga pasti. Lantaran, kolektor rela menggelontorkan biaya berapapun dengan ikan yang mereka suka.
“Saya nggak bisa mastiin harganya tergantung kesepakatan. Karena kalau kita posting jenis Gold Cooper, Tembaga atau Avatar kalau disukai kolektor suka dengan harga tinggi ya mereka ambil,” ujarnya.
Menurut Yueel, ikan yang juara pada kontes akan semakin mahal harganya. “Dalam kontes sebenarnya yang dicari bukan uangnya tapi juaranya. Kalau juara terus ikan akan semakin malah harganya,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post