SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Sendimentasi sungai dan hutan gundul dinilai Bupati Pandeglang Irna Narulita, menjadi penyebab banjir di Kabupaten Pandeglang. Sehingga butuh normalisasi sungai dan peremajaan hutan di gunung. Permintaan itu pernah disampaikan, namun belum ada respon. Pihaknya berencana melakukan koordinasi kembali dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi selaku pihak berwenang.
Bupati Irna mengaku, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang sudah sering menjalin koordinasi dengan instansi terkait untuk mengatasi banjir di Pandeglang, khususnya wilayah selatan. Koordinasi itu dilakukan, karena sejatinya Pemkab Pandeglang tidak memiliki kewenangan penanganan sejumlah sungai yang melintasi wilayah Pandeglang.
Irna mengungkapkan, sejumlah sungai yang melintasi wilayah Pandeglang merupakan kewenangan Pemprov Banten dan Pemerintah Pusat, serta belum lagi soal penanganan hutan di beberapa hulu.
“Kan Ibu (Irna menyebut dirinya) juga koordinasi, karena memang curah hujan debitnya sangat tinggi. Karena kewenangan sungai sama sekali tidak ada di kita (Pemkab Pandeglang), adanya itu di Provinsi dan Pusat,” kata Irna, Minggu (31/1).
Menurut Irna, hasil kajian yang dilakukan Pemkab Pandeglang bahwa rutinnya banjir melanda wilayah Kabupaten Pandeglang, yakni didasari oleh dua hal utama seperti berkurangannya lahan di pegunungan dan terjadinya sedimentasi di aliran sungai.
“Kami koordinasi juga dengan Perhutani dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Provinsi Banten agar ada tidak peremajaan?. Kami khawatir di atas gunung sana sudah gundul. Harapan kami mana tupoksinya peremajaan. Bahkan Pusat juga, supaya bisa dilakukan penanganan sedemikian rupa,” harapnya.
Wanita berkerudung ini menegaskan, bahwa dia sudah berkali-kali memohon kepada Pemprov Banten melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), untuk menormalisasi sejumlah aliran sungai, seperti Sungai Cilemer dan Cilatak.
Namun sampai saat ini permohonan itu belum juga terealisasi. Akibatnya saat ini beberapa kecamatan kembali terendam banjir. Padahal bencana banjir sudah rutin terjadi setiap datangnya musim hujan.
“Koordinasi dan usulan tiap tahun kami sampaikan ke Provinsi. Tapi kan gak mungkin juga masyarakat tahu. Masyarakat tahunya itu tanggungjawab Pemkab. Tapi kami paham, mungkin fiskal terbatas. Tapi prioritas lah. Kalau usulan kami dari 4 tahun sama, wayahna (mohon pengertiannya),” harapnya.
Bupati wanita pertama di Kabupaten Pandeglang ini kembali meminta agar Pemprov Banten dan Pemerintah Pusat, segera melakukan tindakan penanganan masalah banjir. Mengingat banjir tidak hanya merendam pemukiman warga, tetapi areal persawahan juga ikut terdampak.
“Karena kami merupakan lumbung pangan Provinsi Banten loh, hampir 34 persen (kontribusinya). Kan khawatir, mungkin mereka sudah tumbuh ada yang 4 minggu padinya. Ini kan mengganggu produktivitas pangan. Produktivitasnya juga akan terganggu,” tandas mantan Anggota DPR RI ini.
Terpisah, Ketua Taruna Siaga Becana (Tagana) Pandeglang, Ade Mulyana mengungkapkan, kondisi banjir di 8 kecamatan saat ini sudah surut. Namun jika intensitas hujan tinggi, tidak menutup kemungkinan adanya banjir susulan.
“Alhamdulillah, sudah semua kecamatan yang mengalami banjir, surut. Hanya saja kami masih tetap waspada karena tak menutup kemungkin ada banjir susulan. Kalau intensitas hujannya tinggi seperti tiga hari kebelakang,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, tak henti-hentinya hujan dan angin lebat yang melanda wilayah Kabupaten Pandeglang selama tiga hari berturut-turut. Mengakibatkan air sungai meluap dan membanjiri permukiman warga. Bahkan bencana longsor pun turut terjadi di sejumlah kecamatan.
Data yang berhasil dihimpun, banjir melanda 8 kecamatan yakni, Patia, Pagelaran, Saketi, Labuan, Carita, Bojong, dan Munjul. Begitu juga bencana longsor terjadi di Kecamatan Cisata, Carita dan Bojong.
Kepala Desa Sukadame, Kecamatan Pagelaran, Amad mengungkapkan, hujan deras selama 3 hari berturut-turut mengakibatkan banjir diwilayahnya. Kejadian banjir kata dia, pada Kamis (28/1) pagi, sekitar pukul 00.30 WIB dan hingga saat ini belum mengalami surut.
“Ketingian air banjirnya yang merendam pemukiman sekitar 40-70 cm dan di area pertanian sekitar 40 cm-1 meter,” kata Amad, Kamis (28/1). (nipal/aditya)
Diskusi tentang ini post