SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Bukan perkara mudah buat Irna tidak menomorsatukan keluarga. Tetapi rasa berat itu hilang karena suami dan anak-anaknya sudah mengikhlaskan, mendoakan dan sekaligus mendukung dirinya untuk mengabdi kepada negara, khususnya memajukan Kabupaten Pandeglang.
“Ahamdulillah keikhlasan suami dan anak-anak menguatkan saya untuk benar-benar mementingkan urusan rakyat, sehingga sampai saat ini saya total mengurusi rakyat Kabupaten Pandeglang,” katanya. Selain itu, bupati perempuan pertama di Pandeglang ini pantang ingkar terhadap sumpah jabatannya. Terlebih dia juga sudah mengucapkan dan menandatangani pakta integritas.
Maka itu, ia bertekat menomorsatukan kepentingan rakyat di atas kepentingan keluargannya. Terlebih prinsipnya menjadi manusia itu harus khaerunas anfauhum linnas (sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain)
“Karena saya disumpah dengan Alqur’an dan ada pakta integritas, lalu harus bisa menjadi manusia yang dapat mengamalkan khaerunas anfauhum linnas. Kan ada peribahasa juga, ‘macan mati meninggalkan belangnya’ dan ‘manusia mati kan meninggalkan nama baik’. Itulah yang saya pegang teguh selama memimpin dan yang melatar belakangi saya menomorsatukan urusan rakyat saya.
Ditambahkannya lagi, dirinnya memiliki niat tulus ingin menjadikan Kabupaten Pandeglang lebih maju lagi, sehingga ia fokus terhadap urusan memenuhi kebutuhan rakyat dari berbagai aspek baik itu pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, perekonomian dan sosial.
“Kan benar selama empat tahun setengah nggak lama, urusan membangun infrastruktur dengan kondisi uang sedikit, kan tidak hanya jalan, akan tetapi harus memikirkan kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Saya berpikir saya ingin Pandeglang ini maju terdepan sebelum habis masa jabatan saya. Walau pun saya perempuan, hanya casingnya saja, tenaganya dua kali laki-laki loh, pokoknya strong women (wanita kuat).
Menjadi bupati ujarnya tidak selalu indah. Ia berujar ada hal-hal yang membuat senang, sedih dan bahkan kesal. Soal senang, menurutnya bukanlah urusan gaji maupun limpahan materi. Namun lebih kepada etos kerja yang dijalankannya. Bahkan, kritikan dari masyarkatnya saja membuat dirinya senang karena ia merasa diperhatikan oleh masyarAkatntya.
Sementara perihal kesedihan dirasakannya kala difitnah oleh para oknum yang tidak bertanggungjawab. Bahkan, ia pernah sampai merasa terpuruk semangatnya.
“Dukanya banyak, ada saat-saat lagi sedih. Namanya juga bukan manusia yang sempurna dan bukan malaikat. Pernah saya difitnah, saya down juga pada saat itu. Tapi saya pikir, kan semua rencana Allah yang atur, kita mah kan cuma bisa menjalani aja dan setelah itu (pasrah) Allah kan yang mengurusi kita, tawakkaltu alallah aja,” ungkapnya.
Selain itu duka dirasakannya juga. Terlebih pada saat malam hari tidak ada suami maupun anak-anak di sampingnya. “Karena saya harus tinggal di Pandeglang sedangkan suami dan anak-anaknya di Jakarta,” terangnya. (nipal/made)
Diskusi tentang ini post