SATELITNEWS.ID, NEGLASARI–Sebagian wilayah di Kecamatan Neglasari Kota Tangerang terkenal kumuh. Apalagi, di kecamatan itu, terdapat tempat pembuangan akhir (TPA) Rawa Kucing yang merupakan lokasi penampungan sampah bagi seluruh warga kota seribu industri sejuta jasa itu. Kendati demikian, perlahan tapi pasti, masyarakat Neglasari ingin mengubah stigma itu melalui program ketahanan pangan dan kelompok wanita tani.
Tanpa banyak gembar-gembor, warga Neglasari bekerja keras menyulap wilayahnya menjadi lebih indah sekaligus tangguh. Melalui program ketahanan pangan, warga telah membuat 17 lumbung pangan yang telah berdiri di setiap wilayah Kecamatan Neglasari.
Salah satunya adalah kampung wisata dan rumah bibit yang berlokasi di Tangga Asem, RT 01 RW 05, Kelurahan Mekar Sari. Di lokasi itu, warga berhasil memanfaatkan lahan seluas 1.300 meter yang dahulunya digunakan untuk menumpuk sampah menjadi lokasi pembibitan tanaman.
Tak hanya menyulap lahan, keberadaan kampung wisata dan rumah bibit juga berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat setempat untuk hidup lebih baik. Dulunya, warga abai dengan kondisi kumuh di lingkungan tersebut. Sampah dibiarkan menumpuk. Namun saat ini, warga sadar dan mulai gotong royong menjadikan lahan itu layak dikunjungi dengan pertanian.
“Dahulu tempat ini sangat kumuh. Sampah dimana-mana bau dan kumuh. Alhamdulillah sekarang warga mulai sadar dan mereka semangat membangun ketahanan pangan,” ujar Sekretaris Camat Neglasari, Edih kepada Satelit News, Kamis, (18/2).
Lokasi tersebut kini nampak elok dengan ditanami berbagai macam tanaman pangan dan budidaya ikan. Terlebih, lokasinya yang tepat berada di bantaran aliran sungai Cisadane membuat suasana tambah asri. Ditambah dengan pemandangan bendungan pintu air 10.
Di kampung wisata dan rumah bibit juga terdapat gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk bersantai ria. Fasilitasnya pun cukup lengkap dengan adanya toilet.
Edih mengatakan upaya masyarakat dalam mengubah stigma lingkungan kumuh ini dilakukan secara mandiri. Untuk di kampung wisata dan rumah bibit ini warga mulai gotong royong sejak 10 Januari lalu. Anggaran yang didapat masyarakat kata Edih berasal dari patungan.
“Kita tidak minta ke Pemerintah. Untuk pembelian bibit dan pembuatan gazebo ini hasil patungan masyarakat. Namun setelah ini berjalan pemerintah masuk dengan membantu kebutuhan perlengkapan seperti paving blok,” kata Edih.
Lahan yang dimanfaatkan, kata mantan Lurah Gandasari, adalah milik negara. Pihaknya melakukan komunikasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane Ciliwung (BBWSCC) untuk memanfaatkan lahan tersebut.
“Rata-rata lahan yang kami gunakan adalah milik negara,” kata Edih.
Tak sulit dalam mendorong masyarakat Negalasari untuk mensukseskan program ketahanan pangan ini. Lantaran semangatnya sama, mereka ingin mengubah stigma kawasan kumuh menjadi layak dikunjungi.
“Supaya warga mandiri dan menikmati manfaat ketahanan pangan ini. Karena mereka juga ingin belajar,” kata Edih.
Edih mengatakan mulanya mereka membeli bibit berbagai macam tanaman pangan dan ikan. Namun seiring berjalannya waktu, warga mulai mandiri dan sudah dapat menyemai bibit sendiri.
“Tapi sebagian ada yang masih kita beli seperti caisim. Selebihnya, warga sudah kita ada penyemaian bibit mandiri, begitu juga dengan pupuk,” kata Edih.
Ketahanan pangan memang menjadi program pemerintah yang dianjurkan kepada masyarakat untuk mencukupi kebutuhan makanan sehat sekaligus mengurangi stunting. Terlebih, di masa Pandemi Covid-19 yang mempengaruhi roda perekonomian masyarakat.
“Dibangun untuk biar tahu, bahwa manfaat ketahanan pangan bisa mereka nikmati. Di sini (kampung wisata dan rumah bibit) warga yang terlibat atau tidak, bebas mengambil sayur untuk kebutuhan,” katanya.
Saat ini di Kecamatan Neglasari terdapat 17 kampung ketahanan pangan. Tiga diantaranya terdapat di Kelurahan Selapajang yakni kampung Taubat, Santri Mengabdi dan Merpati Syahdu. Lalu di Kelurahan Karanh Sari ada Kampung Pisang, Purba Bakti, Bandara dan Kunyit.
Kemudian, di Kelurahan Karang Anyar ada Kampung Tertib Indah dan Nyaman (TIN) serta Pendidikan Olahraga (Pandora). Lalu di Kelurahan Kedaung Baru ada kampung Berseri dan Kedaung Baru, Pelangi.
Di Kelurahan Neglasari ada kampung Anggur Sari dan Rukun. Serta di Karang Sari ada Kampung Wisata dan Rumah Bibit, Sirih Merah, Naga Merah dan Tangga Asem.
“Kedepannya saya ingin di setiap rumah ada ketahanan pangannya. Jadi masing-masing rumah tidak usah beli lagi sayuran,” tutur Edih.
Tak jauh dari Kampung Wisata dan Rumah Bibit, sekira 200 meter ada Tangga Asem. Ketahanan pangan yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) tersebut bahkan telah diakui sebagai Kampung Tangguh Jaya Siaga Corona (KTJ-SIGACOR). Kampung ini pula akan mewakili Polres Metro Tangerang Kota di Lomba KTJ SIGACOR tingkat Polda Metro Jaya.
Ketua KWT Kampung Tangga Asem, Yazu mengatakan berdirinya program ini merupakan jerih payah warga yang ingin berubah. “Selama ini kita tidak ada kendala dalam mengajak warga gotong royong membangun KWT ini. Kita mau mengubah kesan wilayah kumuh dan miskin,” kata ibu dua anak ini.
Yazu mengatakan KWT Kampung Tangga Asem mulai didirikan sejak September 2020 lalu. Meski, terbilang baru Tangga Asem yang berdiri diatas lahan 2.000 meter ini sudah menjadi percontohan bagi KWT lainnya.
“Sudah ada beberapa kota yang menjadikan kita percontohan seperi Kota Malang. Bahkan KWT Tangga Asem sudah menjadi salah satu tempat penyemaian. Kita sudah memberikan 7.000 bibit ke KWT lain di Kota Tangerang,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan pembina KWT Kampung Tangga Asem, Aula Ismar Wahidin. Menurutnya Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang akan turun tangan seiring dengan kemandirian warga menciptakan kemajuan.
“Mereka memberikan contoh, istilahnya kita melempar bola panas. Baru kemudian Pemerintah akan mendukung dengan memenuhi fasilitas. Kita tidak punya kekuatan untuk membangun, masyarakat punya kekuatan gotong royong,” ujar Aula.
Aula berharap semangat yang dikerahkan masyarakat tersebut dapat mengubah kawasan Neglasari ini menjadi agrowisata. Sehingga ini pun akan berpengaruh terhadap kepopuleran Kota Tangerang. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post