SATELITNEWS.ID, GUNUNGKENCANA—Surga yang tersembunyi, kata itu tepat disematkan untuk Curug Sata di Kampung Leuwikopo, Desa Cimanyangray, Kecamatan Gunungkencana, Kabupaten Lebak. Ibarat kata, untuk masuk surga itu harus banyak amal baik, begitupun untuk masuk Curug, pelancong butuh perjuangan dan kesabaran untuk bisa ke lokasi itu.
Curug Sata, wisata alam yang sangat cocok bagi pencinta alam atau suka tantangan. Bahkan bisa sekalian dijadikan tempat liburan bersama teman maupun keluarga. Tempat ini sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas sehari-hari.
Sangat disayangkan jika berada di Kabupaten Lebak tidak mengunjungi objek wisata tersebut. Walaupun saat ini Curug Sata yang berada di perbatasan antara Desa Cimanyangray dengan Desa Keramatjaya, belum dikembangkan sebagai destinasi wisata komersil.
Namun lokasinya sangat berpeluang menjadi destinasi wisata. Ditambah keberadaan air terjun yang merupakan aliran Sungai Ciliman yang alami dan tak banyak sampah, sungguh menakjubkan. Apalagi, lokasi Curug Sata ini berada areal perhutani, yang artinya dikelilingi hutan hijau asri dan menambah pesona keindahan yang memanjakan mata dan pikiran.
“Curug Sata ini tidak terlalu tinggi tapi memiliki debit air yang sangat tinggi dengan air yang jernih (saat musim kemarau). Tapi, kalau musim hujan ya keruh, tapi tidak mengurangi kesejukan. Apalagi udara di sekitar Curug, sangat sejuk dikombinasikan dengan alam sekitar yang alami,” kata Relawan Gunungkencana, Dedi, kemarin.
Untuk menjaga kelestariannya, Dedi berharap pengunjung bisa bersadar diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Lantaran, objek wisata ini belum dikelola, yang artinya untuk sarana pembuangan sampah belum ada.
“Jadi yang perlu diingat saat mengunjungi tempat ini atau tempat-tempat bertema alam, adalah untuk tidak meninggalkan sampah di lokasi biar kelestariannya bisa terjaga,” ujar Dedi.
Bagi pelancong yang belum tahu lokasi ini, jangan khawatir. Kata Dedi bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan rute Gunungkencana-Malingping.
Bagi kendaraan pribadi bisa meminta panduan menggunakan google maps yang terpasang di smartphone. Tapi, jika pun menggunakan kendaraan umum itu agak sulit, lantaran kendaraan umum terbilang masih jarang.
“Untuk kondisi jalan sendiri, baik dari arah Rangkasbitung-Gunungkencana, begitu juga dari Gunungkencana-Malingping (lokasi Curug Sata) cukup bagus,” imbuhnya.
Menuju Curug Sata, pelancong harus keluar keringat terlebih dahulu. Sebab, dari jalan raya (parkir) itu jarak tempuhnya sekitar kurang lebih 2 kilometer, dengan medan naik turun.
Walaupun demikian, pelancong akan disuguhkan pemandangan indah dan udara yang segar, serta suara aliran sungai yang dikeluarkan alam setempat. Lantaran, selain masih di lingkup permohonan yang rindang menuju lokasi menyisir aliran sungai.
Namun perlu kehati-hatian selama dalam perjalanan, karena jalan yang berbatu dan tanah merah ketika hujan maupun pascahujan kondisinya licin. Parahnya lagi, jalan menuju lokasi tidak besar alias jalan setapak, tidak bisa untuk kendaraan roda empat. Sehingga pelancong harus siap mempersiapkan diri baik fisik maupun yang lainnya.
Butuh Sentuhan Infrastruktur
ALASAN Curug Sata hingga kini belum menjadi objek wisata komersil, karena objek wisata tersebut berada di wilayah perhutani. Serta berada diantara dua desa yakni Desa Cimanyangray dan Desa Keramatjaya.
Hal itulah yang menjadi problem Curug Sata belum menjadi seperti objek wisata alam lainnya, yang memiliki sarana dan prasarana lengkap. Baik dari infrastruktur jalan maupun sarana pendukung lainnya. Selain itu, pengunjung juga masih terbilang minim. Terlebih di tengah pandemi Covid-19, menjadi faktor besar wisata tersebut tak ramai dikunjungi.
Curug Sata, yang dialiri aliran Sungai Ciliman tersebut, kini sudah menjadi pembahasan pihak kecamatan agar wisata tersebut bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Yakni untuk menarik Pendapatan Asli Desa (PAD) maupun bagi pertumbuhan ekonomi warga setempat.
“Kita sudah dorong untuk dikelola ya minimal infrastruktur jalan. Karena, saat ini jalannya belum memadai, serta sarana penunjang lainnya pun tidak ada. Ya semoga bisa segera dikelola,” kata Camat Gunungkencana, Firman Arif Hidayat.
Tidak hanya itu, pengelola juga harus memperhatikan keselamatan pengunjung. Sebab, kondisinya cukup curam sehingga jika sepertinya kurang optimal sangat membahayakan bagi pengunjung. Hal inilah yang menjadi perhatian serius baginya, ketika objek wisata itu dijadikan objek wisata komersil.
“Batas alam yang memisahkan curug tersebut, sehingga sampai sekarang belum ada penataan. Tapi kedepan sudah menjadi perhatian di dua desa itu untuk bisa dikelola,” ucap Firman.
Usut punya usut, rupanya Curug Sata pernah dijadikan pertambangan emas. Namun aktivitas itu tidak berlangsung lama, karena ada insiden yang membuat aktivitas itu dihentikan oleh pemerintah berdasarkan tuntutan masyarakat.
“Ya betul, beberapa tahun lalu pernah dijadikan aktivitas pertambangan emas oleh investor asing, tapi itu juga tidak berjalan lama. Karena ada insiden yang saya juga tidak tahu, akhirnya aktivitas itu dihentikan. Ya kalau berbicara legalitas itu jelas legal karena diketahui orang banyak,” pungkasnya. (mulyana/aditya)
Diskusi tentang ini post