SATELITNEWS.ID, JAKARTA—PBSI mulai menyusun rencana jangka pendek Olimpiade Tokyo 2020. Sebelum event akbar tersebut berlangsung, mereka akan menggelar training camp (TC). Hal itu ditujukan agar persiapan pemain menjadi lebih intensif.
Kepala Bidang Humas dan Media PP PBSI Broto Happy menjelaskan, pihaknya sedang menggodok rencana tersebut. Ada beberapa penyesuaian yang harus dilakukan. Terutama terkait protokol yang diterapkan Jepang dalam Olimpiade nanti.
’’Kemungkinan akan berangkat ke Jepang duluan sebulan menjelang Olimpiade dan ada training camp di sana. Untuk adaptasi, penyesuaian protokol, dan yang lainnya,’’ kata Broto. ’’Masih komunikasi dengan pihak Jepang nanti TC-nya di mana,’’ ujarnya.
Karena itulah mereka memilih menunda pergelaran Indonesia Masters 2021 dan Indonesia Open 2021. Dua ajang itu awalnya dijadwalkan Juni mendatang. Karena waktunya mepet dengan Olimpiade, mereka lebih memilih fokus pada persiapan jangka pendek.
’’Para pemain pada jangka waktu tersebut memang memilih persiapan untuk TC daripada untuk mengikuti turnamen. Ikut turnamen juga sudah tidak masuk kualifikasi atau tidak ada efeknya ke Olimpiade,’’ jelas Broto.
Pelatih Richard Mainaky mengatakan, soal persiapan TC Olimpiade 2020 mungkin berbeda dengan edisi 2016. Saat itu, sebelum bertolak ke Brasil, mereka melakukan TC di Kudus, Jawa Tengah. Kemudian berangkat ke Sao Paulo dan menjalani persiapan mandiri selama dua pekan. Baru kemudian masuk kamp di Rio de Janeiro.
’’Dulu persiapan seperti itu bisa sangat matang sekali. Kalau sekarang, dengan ada beberapa perubahan jadwal, harus disesuaikan lagi rencananya,’’ jelas Richard.
Kemudian, dengan kondisi yang dibatasi protokol kesehatan, kemungkinan juga tidak bisa TC di Kudus lagi. Dia masih mendiskusikan cara lain agar rencana bisa lebih efektif. Malah, bisa saja semua dilakukan di Pelatnas Cipayung, Jakarta.
’’Ada rencana juga di pelatnas akan dibuat sistem seperti saat di Thailand yang lalu. Karena dilihat ke depan semua turnamen juga akan begitu. Termasuk Olimpiade yang pastinya bakal lebih ketat,’’ terangnya.
Dengan penerapan seperti itu di pelatnas, Richard menyebut pemain akan lebih terbiasa. Seperti ruang makan terpisah per sektor, jarak duduk, hingga interaksi antar pemain.
’’Saat di Thailand, tiga minggu bisa. Harusnya, jika diterapkan di sini selama TC, saya rasa tidak ada masalah. Karena pastinya saat Olimpiade protokolnya lebih keras lagi,’’ imbuh Richard. (jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post