SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Bencana banjir yang melanda akhir pekan lalu menyebabkan munculnya gelombang pengungsi di Kota Tangerang. Pemerintah Kota Tangerang pun mewaspadai munculnya klaster Covid-19 dari pengungsian.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang telah melakukan tes usap kepada warga terdampak banjir yang mengungsi. Dari 250 pengungsi yang dites, 1 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinkes Kota Tangerang, Liza Puspadewi. Dia mengatakan tes usap yang dilakukan pada Senin, (22/2) lalu merupakan antisipasi Pemkot Tangerang dalam penyebaran Covid-19 klaster pengungsian.
“Saya lupa jumlahnya ada sekitar 250 pengungsi di beberapa pengungsian. Hasilnya hanya 1 orang yang positif dan langsung dibawa ke RSUD Kota Tangerang,” ujarnya kepada Satelit News, Rabu (24/2).
Diketahui, saat banjir yang menerjang terdapat 44 titik di Kota Tangerang yang terdampak. Dengan jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 15.876 jiwa di 12 Kecamatan.
Meski begitu, diakui Liza tak semua pengungsi yang mendapat fasilitas tesusap . Pihaknya hanya memprioritaskan pengungsi yang memiliki gejala Covid-19. Seperti suhu badan di atas 36 derajat celcius, batuk dan pilek.
“Kami prioritasnya yang bergejala. Random (acak) memang. Jadi kan kalau misalkan terpapar juga sudah kelihatan,” kata Liza.
Saat mendapati pengungsi yang positif Covid-19, pihaknya pun langsung sigap memindahkannya ke RSUD Kota Tangerang untuk diisolasi. Kemudian melakukan tracing kepada keluarga. Beruntung, tak ada warga yang ikut terpapar Covid-19.
“Tracing keluarganya langsung kita tes usap. Langsung dipisahin untungnya dia langsung cepat dan baru mulai sempet ketahuan. Keluarganya negatif semua. Keluarganya langsung kita bawa ke rumah isolasi,” jelasnya.
Namun Liza enggan mengungkap identitas pengungsi yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut. Menurut dia hal itu akan riskan bila diketahui publik.
“Gak usah itu nanti heboh,” katanya.
Sejauh ini kata Liza, pihaknya telah mengambil langkah antisipasi untuk mengindari penyebaran Covid-19 klaster pengungsian. Seperti menyalurkan masker, jaga jarak, kemudian pengungsian yang tak dipusatkan pada 1 titik.
“Jadi kita selalu mengingatkan untuk selalu menjaga Prokes. Kita memberikan masker,” ujarnya.
Kemudian posko kesehatan yang mencapai 60. Di posko kesehatan juga terdapat fasilitas tes usap.
“Setiap posko ada tes usap. Tapi kita masih persuasif, kan dia lagi tertekan kan maka kita persuasif, pengarahan dulu baru dites. Jadi kalau tidak semuanya tidak masalah. Yang penting sudah ada pemetaannya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten juga mengantisipasi penyebaran Covid-19 dari klaster bencana banjir di wilayah Tangerang Raya dengan melakukan rapid antigen di posko-posko bencana banir di Tangerang.
“Mereka yang ditampung di posko-posko bencana dilakukan rapid antigen, kita juga lakukan pembagian masker,” kata Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti, Selasa (23/2).
Ati mengatakan, rapid antigen terhadap para korban banjir di posko-posko penampungan di wilayah Tangerang Raya tersebut dalam upaya mengantisipasi klaster baru penyebaran Covid-19 dari adanya bencana banjir.
“Alhamdulillah hasilnya semuanya negatif, baik di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang maupun Tangsel. Jadi tidak khawatir adanya klaster baru,” ujarnya.
Ia mengatakan, sampai saat ini para pengungsi korban banjir hanya mengalami sakit biasa seperti pegal-pegal, batuk dan pilek biasa.
“Gatal belum, biasanya terjadi nanti setelah bersih-bersih,” kata dia.
Menurutnya, posko kesehatan yang disiagakan biasanya satu komando dengan pusat, sehingga selalu beriringan berintegrasi dengan kabupaten/kota.
“Kalau di kabupaten seluruh puskesmas sebagai posko utama. Posko darurat ada 23 titik untuk Kota Tangerang, di kabupaten posko daruratnya ada 15 titik. Kalau di Tangsel karena airnya cuma lewat, jadi posko daruratnya keliling,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post