TANGERANG, SN—Persoalan antara Kota dan Kabupaten Tangerang terkait penyerahan aset masih masih belum menemukan titik terang. Pertemuan kedua wilayah ini juga untuk membahas serah terima aset ini juga belum kunjung ada kejelasan.
Walikota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, dari kesepakatan kedua belah pihak, seharusnya Pemerintah Provinsi Banten yang akan menjadi inisiator pertemuan. Setelah sebelumnya pada penandatanganan serah terima naskah perjanjian hibah dan kesepakatan bersama aset daerah milik Pemerintahan Kota dan Kabupaten Tangerang, Kamis, (06/02) lalu batal terlaksana.
“Pertemuan selanjutnya kita belum tahu. Kan kalau kemarin kesepakatannya akan diinisiasi oleh Pemprov Banten tapi sampai sekarang Pemprov nggak ada infonya lagi,” ujar Arief kepada Satelit News, kemarin.
Arief menjelaskan, sebenarnya polemik ini bisa saja usai dengan segera, apabila Kabupaten Tangerang menyetujui kesepakatan terkait penyerahan aset PDAM Tirta Kerta Raharja. Namun, negosiasi kesepatan antara kedua wilayah pemekaran ini masih berjalan alot.
Kabupaten Tangerang bersedia menyerahkan PDAM TKR dengan catatan. Kota Tangerang harus membeli air dari PDAM TKR sebesar Rp 4.300 per meter kubik. Kendati demikian harga tersebut masih dinilai terlalu mahal. “Nah sedangkan kira beli air itu harganya Rp 2197, jadi kan selisihnya kurang lebih Rp 2.100,” ujarnya.
Dia juga menyatakan, apabila Kota Tangerang menyetujui harga yang diajukan Kabupaten Tangerang maka dampak yang akan ditimbulkan sangat akan membebani masyarakat. Arief merinci dari 77 ribu sambungan pipa, apabila 1 rumah menghabiskan 25 meter kubik per bulan kemudian dikali 12 bulan, maka kebutuhan masyarakat 23 juta kubik per tahun. Maka dana yang akan digelontorkan Pemkot Tangerang untuk kebutuhan air bersih yakni sebesar Rp 98 miliar dari yang sebelumnya hanya Rp 50 miliar setahun.
“Jadi saya harap ini bisa duduk bareng kembali kita cari jalan tengahnya. Mereka ingin tiga tahun ya sudah teman- teman setuju tapi jangan segitu harganya. Lah sekarang emang mau masyarakat harganya naik duas kali lipat,” harapnya. Menurut Arief, harga air curah di Kota Tangerang belum pernah mengalami kenaikan sejak 2007. Dia menilai kenaikan harga air akan sangat membebani masyarakat.
“Jadi sekarang nih kita beli air Moya saja, tahun 2013 atau 2014 itu kontrak pertamanya saja Rp 3.750 kita turunin sampai ke harga Rp 2.200. Kan tiap tahun ada kenaikan ya eskalasi ya. Nah sekarang di Rp 3,100. Nah sekarang kita suruh beli air Rp 4300 gimana,” ungkapnya.
Kemudian, lanjut Arief dari 77 ribu sambungan pipa PDAM TKR, Kabupaten Tangerang juga enggan menyerahkan pipa yang tersambung di industri. Seperti yang tersambung di Tangcity, Modernland dan bandara. Kabupaten Tangerang hanya mau menyerahkan pipa yang tersambung di perumahan saja. Padahal kata Arief apabila diserahkan, itu dapat menjadi subsidi. “Yang jadi konsen untuk kita harganya lah jangan ketinggian, belum lagi infonya ada 37 persen kebocoran pipa jadi kita harus tanggung itu,” pungkasnya. (irfan/made)
Diskusi tentang ini post