SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Kota Tangerang mengalami inflasi sebesar 0,26 persen dengan Indeks Harga Konsumen 105, 65 pada bulan Februari lalu. Angka itu merupakan yang tertinggi di Provinsi Banten. Hal tersebut merupakan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang.
Kepala BPS Kota Tangerang, Muladi Widastomo mengatakan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok penyediaan kebutuhan sekunder dan primer. Diantaranya makanan dan minuman atau restoran sebesar 0,57 persen. Kemudian, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,49 persen.
“Kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,38 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,24 persen; kelompok transportasi sebesar 0,16 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,08,” ujar Muladi kepada Satelit News, Selasa (30/2).
Lalu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen, kesehatan 0,01 persen, informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,01 persen. Sementara kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok pendidikan mengalami perubahan indeks namun tidak signifikan sebesar kurang dari 0,01 persen.
“Inflasi di Kota Tangerang paling tinggi di Banten. Yang kedua Cilegon sebesar 0,25 persen dengan IHK sebesar 107,71 dan kota Serang sebesar 0,19 persen dengan IHK sebesar 108,11,” kata Muladi.
Muladi mengatakan 3 daerah tersebut merupakan sentral perputaran ekonomi di Banten. Terlebih di Kota Tangerang yang terdapat Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Kata Muladi, inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak ketersediaan barang dan jasa di pasaran. Keinginan yang terlalu berlebihan menyebabkan permintaan menjadi bertambah.
“Sedangkan penawaran masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik,” kata dia.
Pandemi Covid-19, kata Muladi juga menyebabkan sandang pangan mengalami kenaikan. Sebut saja cabai dan daging sapi. Belum lagi kebutuhan primer lainnya seperti pakaian.
“Karena mungkin salah satu faktornya dirumah terus. Sementara untuk kebutuhan pakaian menurun ya karena itu tadi orang di rumah tidak banyak yang memerhatikan model pakaian,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post