SATELITNEWS.ID, RANGKASBITUNG—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak mencatat hasil penimbangan bulan Agustus tahun 2020 terdapat 9.583 anak di Kabupaten Lebak mengalami stunting. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2019 lalu.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Lebak, dr Nurul menerangkan, banyaknya anak stunting akibat kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama serta gangguan pada perkembangan anak itu menyebabkan perkembangan otak serta tumbuh kembang terhambat. Anak yang menderita stunting umumnya bertubuh lebih pendek dari anak pada umumnya.
“Jumlah stunting di Kabupaten Lebak pada bulan penimbangan Agustus 2020 sebanyak 9.583 anak atau sebesar 9,29 persen, terdiri atas balita pendek sebanyak 7.336 anak atau 7,12 persen dan sangat pendek sebanyak 2.247 anak atau sebesar 2,18 persen,” kata Nurul, kemarin.
Jika melihat dari perkembangan, kata Nurul angka stunting di Lebak mengalami peningkatan. Walaupun demikian, angka tersebut terbilang masih rendah jika mengacu pada pemerintah pusat.
“Setahun ada dua kali penilaian Bulan Penimbangan balita (BPB) yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Dari itu kita ketahui pada bulan Agustus 2019 ke tahun 2020 naiknya justru lebih tinggi, jumlah stuntingnya 3,66 persen,”ujarnya.
Nurul menerangkan terdapat lima kecamatan yang menjadi penyumbang tinggi stunting seperti Kecamatan Cirinten sebesar 11,0 persen, Kecamatan Rangkasbitung sebesar 10,8 persen, Kecamatan Curugbitung sebesar 10,2 persen, Kecamatan Cijaku sebesar 9,9 persen dan Kecamatan Sajira 9 persen.
“Tingginya kasus stunting tersebut dapat disebabkan oleh semua indikator, misal kesalahan pengasuhan tidak hanya pada orang tidak mampu, tetapi juga bisa terjadi orang mampu,” ungkapnya.
Menurutnya, jumlah tersebut tidak tergolong tinggi. Bahkan, sudah di bawah target nasional yang dibawah 14 persen. Namun katanya, Dinkes Lebak sendiri tidak akan berpuas diri dan akan selalu melakukan upaya dalam melakulan penanganan stunting itu.
“Ada intervensi spesifik dari Dinkes yang hanya punya daya ungkit 30 persen dan intervensi spesifik dari seluruh sektor terkait yang bisa memberikan daya ungkit sebesar 70 persen,” tandasnya.(mulyana/made)
Diskusi tentang ini post