SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Sejumlah warga di Desa Surianeun, Kecamatan Patia, mengeluhkan tingginya harga eceran gas elpiji 3 Kg. Warga harus mengeluarkan biaya sebesar Rp28 ribu hingga Rp32 ribu untuk mendapatkan gas per tabungnya. Padahal sesuai aturan harga eceran tertinggi (HET) gas bersubsidi tersebut rata-rata hanya Rp16 ribu/ 3 Kg atau per tabung.
Warga Desa Surianen, Agus mengaku kesal dengan tingginya harga elpiji bersubsidi tersebut. Bahkan kata dia, warga membeli gas Elpiji 3 Kg dengan harga yang tidak menentu dan kerap mengalami kelangkaan.
“Padahal di wilayah Surianeun ada pangkalan gas elpiji 3 Kg, tapi harganya tetap mahal dan tidak jelas. Ada yang dua puluh delapan ribu ada yang tiga puluh dua ribuan per tabungnya, itu pun sulit didapat,” ungkap Agus, Selasa (6/4).
Menurut Agus, penjualan gas elpiji bersubsidi itu seperti barang selundupan. Lantaran warga tidak diperbolehkan beli langsung ke pangkalan sesuai harga HET. Sementara, lanjut dia, kalau beli ke pengecer warung sembako harganya cukup mahal bisa mencapai di atas Rp30 ribu per tabung.
“Padahal pangkalan sangat dekat, tapi tetap saja harganya sangat mahal. Tentu saja kondisi ini mencekik kami, bagaimana tak mencekik harganya di penjual sangat tinggi sekali,” keluhnya.
Maka dari itulah, dia meminta semua pihak, baik aparatur Desa Surianeun, Kecamatan Patia, dan Polsek Patia, dapat melakukan pengawasan pendistribusian gas elpiji bersubsidi tersebut, agar tidak terjadi pungutan liar (Pungli) di lapangan pada program yang digulirkan Pemerintah Pusat tersebut.
“Ini kan program pemerintah pusat melalui PT. Persero Pertama untuk meringankan beban masyarakat miskin dalam hal kebutuhan Sembako. Jangan sampai ada Pungli pada program yang bagus itu. Makanya kami minta diawasi ketat,” katanya.
Senada, warga lainnya, Asep mengaku sangat miris kondisi harga gas elpiji di wilayahnya yang sangat mahal dan tak sesuai ketentuan yang berlaku. Maka dari itulah, dia meminta agar segera ditindak tegas para oknum yang mempermainkan harga.
“Harusnya Kades turun tangan, namun kami mengeluh hingga saat ini tak ada upaya dari Kadesnya. Tentu saja hal itu mengundang tanya bagi kami, kenapa ada pembiaran harga mahal. Kami minta semua pihak segera menindak tegas para oknum tersebut,” harapnya.
Terpisah, Kades Surianeun, Buang tak menampikan bahwa di wilayahnya ada agen atau pangkalan gas elipiji 3 Kg. Namun katanya, masih saja harganya mahal dan menjadi keluhan para warganya. Bahkan katanya lagi, warga juga kerap mencari gas tersebut hingga keluar desa, karena selain mahal harganya sering terjadi kelangkaan.
“Iya kang (sebutnya ke wartawan Satelit News) banyak keluhan dari warga, sudah mahal ditambah tidak ada (langka). Kadang warga banyak nyari ke luar desa dan bahkan kecamatan. Padahal di Surianeun ada agen tabung,” kata Buang saat dikonfirmasi via WhatsAap (WA).
Walau kondisi demikian, Buang tak menampikan pihaknya tak melakukan pengawasan terkait persoalan tersebut. Ia mengetahui hal itu karena banyak warganya yang mengeleuhkan. “Pengawasan sih tidak, tapi banyak keluhan dari warga,” ujarnya singkat.
Pemilik pangkalan tabung gas elpiji 3 Kg di Desa Surianeun, Ahmad Kosid beberapa kali dikonfirmasi melalui telepon selurer, namun tak menjawab. (nipal/aditya)
Diskusi tentang ini post