SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pandeglang mengecam keras adanya dugaan perilaku oknum agen dan pangkalan, yang menjual gas elpiji 3 Kg lebih dari harga eceran tertinggi (HET) di Desa Surianen, Kecamatan Patia.
Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Pandeglang, Anton Haerulsamsi mengatakan, sangat tidak dibenarkan jika ada agen dan pangkalan menjual gas elpiji 3 Kg mencapai Rp28 ribu hingga Rp32 ribu. Sebab sesuai aturan yang berlaku, harga gas di Kecamatan Patia itu Rp16 ribu/ tabung.
“Desa Surianen, Kecamatan Patia itu masuk dalam region II. Jadi sesuai HET-nya itu hanya Rp16 ribu/ tabung. Jadi jelas jika ada yang menjual lebih dari itu pelanggaran dan harus segera ditindak tegas oleh para pihak terkait,” kata Anton, saat dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (7/4).
Adanya keluhan dari warga menurut Anton, jangan dibiarkan begitu saja oleh berbagai pihak terkait. Serta harus segera disikapi dengan tegas oleh Pertamina atau Hiswana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) Pandeglang. Karena dia tak menginginkan terus menerus warga jadi korban oleh para oknum yang tak bertanggungjawab.
“Ini akibat lemahnya pengawasan. Maka dari itu, kami minta segera ditindak tegas para oknum yang memainkan harga tersebut oleh pihak Pertamina atau Hiswana Migas, serta Pemerintah Daerah (Pemda) Pandeglang,” tegasnya.
Harusnya menurut politisi Golkar Pandeglang ini, jika di Desa Surianeun ada agen dan pangkalan, harga gas tak melambung tinggi dan tidak terjadi kelangkaan. “Dengan terjadinya harga tinggi dan langka, berarti ada yang tidak benar dalam pendistribusian gas tersebut. Nah, ini harus segera ditindak tegas,” tandasnya.
Ditambahkannya, dalam waktu dekat pihaknya juga bakal menyampaikan dan membahas keluhan tersebut di internal Komisi II DPRD Pandeglang. “InsyaAllah, nanti kami bahas. Karena pekan lalu juga kami membahas persoalan tersebut. Ini sudah tanggungjawab kami sebagai wakil rakyat,” tandasnya.
Terpisah, Camat Patia, Cecep Rohman mengaku, belum mendapatkan informasi soal keluhan warganya terkait mahalnya harga gas elpiji 3 Kg tersebut. “Tidak tahu, karena tidak ada laporan,” katanya saat dihubungi via telepon.
Menurut Cecep, kalau memang harganya tak sesuai, pihaknya bakal membangun koordinasi dengan berbagai pihak hingga memusyawarahkan persoalan tersebut. “Kami koordinasikan dulu dengan pihak desa, soal agennya siapa, harga sebenarnya berapa. Kalau memang tak sesuai dan kemahalan, bakal dimusyawarahkan saja,” ujarnya.
Jika sudah dimusyawarahkan masih saja harganya tinggi, dia menegaskan tanggung resikonya. “Kalau memang begitu saja, terserah itumah, tanggung sendiri resikonya gitu,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga di Desa Surianeun, Kecamatan Patia, mengeluhkan tingginya harga eceran gas elpiji 3 Kg. Warga harus mengeluarkan biaya sebesar Rp28 ribu hingga Rp32 ribu, untuk mendapatkan gas per tabungnya. Padahal sesuai aturan harga eceran tertinggi (HET) gas bersubsidi tersebut rata-rata hanya Rp16 ribu/ 3 Kg atau per tabung.
Warga Desa Surianen, Agus mengaku kesal dengan tingginya harga elpiji bersubsidi tersebut. Bahkan kata dia, warga membeli gas Elpiji 3 Kg dengan harga yang tidak menentu dan kerap mengalami kelangkaan.
“Padahal di wilayah Surianeun ada pangkalan gas elpiji 3 Kg, tapi harganya tetap mahal dan tidak jelas. Ada yang dua puluh delapan ribu ada yang tiga puluh dua ribuan per tabungnya, itu pun sulit didapat,” ungkap Agus, Selasa (6/4). (nipal/aditya)
Diskusi tentang ini post