SATELITNEWS.ID, CIPUTAT–Sudah puluhan tahun Syamsul Arifin Nababan atau sering disapa dengan ustaz Nababan menemani dan membimbing para mualaf menemukan serta mendalami Islam. Pendiri Yayasan An-Naba Center Indonesia yang menaungi pondok pesantren pembinaan mualaf di jalan Cendrawasih 4 No 1, Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan itu punya banyak lika-liku ketika berdakwah di berbagai daerah. Bagaimana kisahnya?
Postur Syamsul Arifin Nababan tidak terlalu tinggi. Gaya bicaranya ramah dan senyum seringkali menghiasi wajahnya. Sedangkan suaranya memiliki ciri khas, tegas dan berwibawa.
Ustaz Nababan merupakan pengasuh pondok pesantren pembinaan mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia. Dia mendirikan pesantren itu pada tahun 2008 lalu. Seiring berjalannya waktu, ponpes-nya sudah berkembang hingga memiliki enam cabang. Tiga bangunan berada di Kupang, Nusa Tenggara Timur, 1 di Bogor Jawa Barat dan 2 unit gedung berada di Kota Tangerang Selatan.
Sehari-hari, dia mengisi kesibukan dengan berdakwah. Medianya pun bermacam-macam. Selain mengajar di pondok pesantren, dia juga melakukan dakwah melalui channel youtube-nya yang bernama AnnabaTV. Ustaz Nababan juga sedang intens berdakwah ke berbagai daerah di Indonesia yang minoritas penduduknya Muslim.
Syamsul Arifin Nababan awalnya seorang mualaf. Dia masuk Islam pada tahun 1991 lalu. Dia memilih Islam sebagai agamanya bukan lantaran ingin menikahi gadis muslimah.
Keputusannya masuk Islam diambil setelah sempat bergulat dalam pemikiran keagamaan karena mempelajari ilmu perbandingan agama. Ilmu itu dipelajarinya selama tiga tahun.
“Ya, proses saya menjadi mualaf karena ilmu yang sudah saya pelajari. Jadi saya mempelajari konsep Islam ini adalah Agama yang benar,”ujar Nababan kepada Satelit News, Rabu (5/5/2021).
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memulai kehidupannya yang baru sebagai seorang muslim, dia menimba ilmu dasar-dasar Agama Islam di Pesantren Raudhatul Ullum, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Seperti orang yang merasa haus di gurun pasir Nababan melanjutkan kembali pendidikan S1 di Pendidikan Tinggi Saudi Arabia (LIPIA) Jakarta dan berlanjut S2 di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Setelah mendapatkan bekal ilmu yang cukup, Ustaz Nababan mulai berdakwah dari masjid ke masjid. Banyak peristiwa yang dialaminya saat menyampaikan syiar Islam. Salah satu yang paling membekas dalam ingatannya adalah ketika dia dikepung massa saat sedang membimbing 10 orang mualaf di wilayah Indonesia bagian timur. Dia dan sepuluh orang yang hendak masuk Islam itu tiba-tiba dikepung. Rumah salah satu tokoh desa tempat mereka berada dilempari batu oleh penduduk setempat. Nababan bahkan sempat berpikir malam itu adalah hari terakhirnya melihat dunia.
“Saat itu saya menyerahkan hidup dan mati kepada Allah swt,”kata Nababan.
Beruntung, ketika suasana sangat mencekam, aparat Kepolisian dan TNI datang menghentikan massa yang penuh amarah. Mereka pun berhasil diselamatkan.
Meski sempat terancam kehilangan nyawa, ustaz Nababan tidak kapok. Dia menilai tidak ada perjuangan yang berhasil tanpa mengalami kendala.
“Saya sering diancam mau dibunuh, ya sudah risiko kalau takut diancam dan diteror ya jangan berjuang. Kalau siap berjuang artinya siap dengan segala konsekuensinya,”tambahnya.
Dalam menyampaikan dakwah, Nababan menggunakan tiga metode yang diterapkannya dari Al-Qur’an Surah An-Nahl. Metode pertama adalah metode keilmuan untuk segmen orang yang terdidik dan terpelajar. Cara yang kedua dengan memberikan contoh-contoh yang konkrit atau dari tingkah laku keseharian yang dapat langsung dicontoh serta yang terakhir adalah dialog atau diskusi.
Sebagai wadah dari langkah dakwahnya, Syamsul Arifin Nababan kemudian membangun pondok pesantren pembinaan mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia. Melalui pondok pesantren itu, dia ingin memberikan perhatian dan membina para mualaf.
“Harapannya, masyarakat dapat lebih perhatian lagi kepada mereka mualaf, Fokus pondok pesantren ini adalah untuk membina orang-orang mualaf agar tahu akidah Islam yang baik dan benar seperti apa? Di yayasan pesantren mualaf ini, kami membiayai kebutuhan anak-anak mualaf. Termasuk juga biaya sekolahnya,”ujar Syamsul.
Menurut ustaz Nababan, tidak banyak orang yang memiliki kepedulian terhadap para mualaf. Sehingga dia ingin menambah jumlah ponpes khusus orang-orang yang baru masuk Islam. Terutama di wilayah-wilayah dimana Islam menjadi minoritas.
“Karena sedikit yang perduli dengan para mualaf ini saya memiliki cita-cita menambah cabang lebih banyak lagi terutama di berbagai daerah minoritas Muslim,” tutupnya. (mg4/jarkasih/gatot)
Diskusi tentang ini post