TRANSFORMASI digital sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana yang baru berbagai perbincangan, regulasi pendukung dan upaya konkret menerapkan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia. Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum berhasil membuat industri pendidian (universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga sekolah dasar menengah) mencapai progress signifikan pada transformasi digital pendidikan Indonesia, Covid-19 atau virus corona justru memberikan dampak luar biasa dalam aspek ini. (Suteki, 2020).
Ditinjau dari berbagai aspek, jelas Covid-19 adalah musibah yang memberi dampak negatif kepada hampir semua sektor kehidupan manusia. Terutama upaya pencegahan penyebaran Covid-19 melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau lockdown dengan berbagai imbauan di rumah saja work from home (WFH), learn from home, stay home dan lain-lain.
Namun, tentu saja proses belajar mengajar tidak boleh berhenti. Saat ini semua harus menjalankan belajar online. Mau tidak mau, bisa tidak bisa, merasa gaptek atau tidak gaptek. Hasilnya, saat ini dominan dosen, guru, mahasiswa dan siswa mulai mahir menggunakan berbagai perangkat dan media pendukung belajar online. Walaupun mungkin menghadapi berbagai kendala dan berbagai keterbatasan, bagaimanapun ini adalah suatu kemajuan yang layak disyukuri dan membiasakan diri untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran.
Webinar merupakan singkatan dari web seminar, yaitu seminar yang dilakukan melalui aplikasi berbasis internet seperti zoom, google meet, dan lain-lain. Dengan webinar memungkinkan terjadi proses knowledge transfer tanpa batasan jarak dan ruang. Semenjak pembatasan aktivitas sosial untuk pencegahan Covid-19 di Indonesia, banyak dosen dan para pendidik melakukan webinar. Ada webinar yang berbayar dan juga banyak yang menawarkan webinar berkualitas secara gratis. Ini tentu merupakan salah satu indikasi perkembangan positif bagi proses transformasi digital pendidikan di Indonesia.
Education 4.0 dapat dilihat sebagai sebuah respon kreatif di mana manusia memanfaatkan teknologi digital, open sources contents dan global classroom dalam penerapan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong ilearning), flexible education sistem, dan personalized learning, untuk memainkan peran yang lebih baik di tengah-tengah masyarakat. Di sisi lain, new normal pembelajaran secara e-learning bukanlah jawaban dari sebuah pertanyaan, tetapi adaptasi dari sebuah kondisi yang semua orang “terpaksa” melakukannya.
Pascapandemi Covid-19 nantinya, new normal pendidikan yang telah dimulai seharusnya diteruskan dan disempurnakan hingga memenuhi konsep blended learning, yakni sebuah konsep pendidikan yang mengkombinasikan metode kuliah tatap muka di ruang kelas dengan e-learning, dan pada gilirannya, dunia pendidikan akan benar-benar berada dalam era education 4.0.
Terkait e-learning di perguruan tinggi, jika yang menjadi ukuran adalah “dapat dilakukan”, maka tidak bisa dipungkiri bahwa semua kampus dapat melakukannya. Pengajar maupun peserta didik dipacu untuk memahami setidaknya penggunaan teknologi digital. Di sisi lain peserta didik juga dipaksa untuk mengeksplor teknologi informasi dan menyalurkan kreatifitasnya melalui inovasi-inovasi dalam tugas-tugas yang diberikan.
Ada berbagai platform teknologi informasi yang berpeluang untuk dimanfaatkan dalam mendukung kegiatan pembelajaran daring dan sekaligus berpeluang pula memaksa para dosen agar melek teknologi informasi. Beberapa di antaranya adalah e-learning, google classroom, kelas online schoology dan lain-lain.
E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa untuk belajar kapanpun dan di manapun Dahiya dalam (Hartanto, 2016). E-learning memiliki dua tipe, yaitu: pertama Synchronous. Synchronous berarti pada waktu yang sama. Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Hal iini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online. Synchronous training merupakan gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan semua peserta didik terhubung melalui internet. Synchronous training sering juga disebut sebagai virtual classroom.
Kedua, Asynchronous berarti tidak pada waktu bersamaan. Peserta didik dapat mengambil waktu pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi. Asynchronoustraining populer dalam e-learning karena peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Peserta didik dapat pemaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannnya setiap saat sesuai rentang jadwal yang sudah ditentukan. Pembelajaran dapat berbentuk bacaan, animasi, simulasi, permainan edukatif, tes, quis dan pengumpulan tugas.
Google Classroom atau ruang kelas Google merupakan suatu serambi pembelajaran campuran untuk ruang lingkup pendidikan yang dapat memudahkan pengajar dalam membuat, membagikan dan menggolongkan setiap penugasan tanpa kertas, Afrianti (dalam Yustianti dan Novita, 2019). Google Classroom digunakan untuk memaksimalkan proses penyampaian materi kepada peserta didik tetapi dilakukan secara online sehingga materi bisa tersampaikan secara keseluruhan. Google Classroom adalah layanan berbasis internet yang disediakan oleh Google sebagai sebuah sistem e-learning. Service ini didesain untuk membantu pengajar membuat dan membagikan tugas kepada pelajar secara paperless (Hakim, 2016).
Schoology merupakan sosial network berbasis lingkungan sekolah (school ibased ienvironment) yang dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O’Hara tahun 2008, schoology ditujukan untuk penggunaan bagi guru, siswa dan orang tua siswa. Tampilan Schoology hampir sama dengan jejaring sosial facebook, situs jejaring sosial facebook sudah lumrah di kalangan remaja bahkan anak usia SD pun sudah mengenal apa yang namanya facebook.
Zoom adalah aplikasi pertemuan HD gratis dengan video dan berbagi layar hingga 100 orang. Zoom merupakan aplikasi komunikasi dengan menggunakan video. Aplikasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai perangkat seluler, desktop, hingga telepon dan sistem ruang.
WhatsApp merupakan salah satu media komunikasi yang sangat populer yang digunakan saat ini. WhatshApp merupakan salah satu aplikasi yang digunakan untuk melakukan percakapan baik menggunakan teks, suara, maupun video. WhatshApp untuk tetap terhubung dengan teman keluarga, kapanpun dan dimanapun. WhatshApp gratis dan menawarkan pengalaman bertukar pesan dan panggilan yang sederhana, aman, reliable, tersedia pada telepon di seluruh dunia.
Selanjutnya menurut Niken, sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, whatshapp adalah aplikasi yang paling diminati masyarakat dalam berkomunikasi lewat internet. “83% dari 171 juta pengguna internet kita adalah pengguna WhatshApp yang menghubungkan antara masyarakat”.
Dari beberapa platform mode digital yang disebutkan di atas, WhatsApp-lah yang paling familiar di kalangan mahasiswa dan dosen, karena sebelum masa pandemi Covid-19, mahasiswa dan dosen juga sudah intensif berkomunikasi dan berinteraksi terkait pembelajaran melalui WhatsApp group. Namun, pembelajaran online pada masa pandemi ini hendaknya dapat dimanfaatkan oleh dosen untuk mengembangkan kompetensi digital sehingga mode digital yang dimanfaatkan oleh setiap dosen bisa lebih variatif. Hal ini bertujuan untuk menghindari kebosanan mahasiswa dalam belajar dan menyerap informasi terkait materi ajar, di samping juga untuk menghindari pola-pola monoton yang dilakukan oleh sebagaian besar dosen.
Sistem konvensional yang terjadi selama ini semestinya dipadukan dengan media komunikasi multimedia, khususnya sejak ditemukannya media komunikasi multimedia ini. Karena sifat internet yang dapat dihubungi kapan saja, itu berarti siswa dapat memanfaatkan program pendidikan yang disediakan di internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka, sehingga ruang dan kendala waktu yang mereka hadapi dalam menemukan sumber belajar dapat diatasi.
Dengan perkembangan pesat di bidang telekomunikasi, multimedia, dan teknologi informasi; mendengarkan ceramah, membuat catatan di atas kertas tentu sudah ketinggalan zaman. Terdapat klasifikasi pemanfaatan ICT (Information, Comunication and Technology) ke dalam tiga jenis, yaitu: pertama, ICT sebagai media (alat ibantu) pendidikan yaitu hanya sebagai pelengkap untuk memperjelas uraian yang disampaikan. Kedua, ICT sebagai sumber yakni sebagai sumber informasi dan mencari informasi. Ketiga, ICT sebagai sistem pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan ICT (Information, Comunication and Technology), muncul berbagai model pembelajaran secara online. Selanjutnya muncul istilah sekolah berbasis web (web-school) atau sekolah berbasis internet (cyber-school), yang menggunakan fasilitas internet. Bermula dari kedua istilah tersebut, muncullah berbagai istilah baru dalam pembelajaran yang menggunakan internet, seperti, online learning, distance learning, web-based learning, e-learning.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini menjadi gerbang untuk datangnya revolusi industri 4.0 atau industri 4.0. Ini sebagai cyberphysical systems yang berarti teknologi bukan lagi menjadi ‘alat’ melainkan tertanam pada kehidupan masyarakat.
Artificial intelligence, nanotechnology, biotechnology, autonomus vehicles, dan 3D printing merupakan contoh semakin luasnya perkembangan teknologi saat ini. Kecepatan, jangkauan/cakupan, dan dampak merupakan tiga alasan dari Schwab (World Economic Forum, 2016) yang menjelaskan bahwa transformasi teknologi saat ini bukan perpanjangan dari revolusi industri ketiga, melainkan kedatangan revolusi industri 4.0. Beberapa aplikasi tersebut bisa menjadi langkah awal bagi perguruan tinggi saat menyusun e-learning dalam menerapkan Blended Learning guna mewujudkan Education 4.0 yang akan menjadi New Normal di era Industrial Revolution 4.0 pasca pandemi Covid-19.
Kesimpulan
Pandemi Covid-19 sangat memberikan pengaruh terhadap pendidikan tinggi di Indonesia. Pemberlakuan kebijakan physical distancing yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan perkuliahan online, dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti WhatsAap group, Google Classroom, kelas online Schoology.
Namun ada beberapa kendala yang dialami seperti fasilitas yang belum memadai. Berdasarkan pengamatan, masih ditemukan adanya mahasiswa yang belum mempunyai laptop, mahasiswa menyatakan susah mendapatkan sinyal dan boros penggunaan paket data. Ini disebabkan karena banyak mahasiswa yang tinggal jauh dari daerah perkotaan. Banyak yang merasakan perkuliahan online tidak efektif, ini disebabkan karena belum terbiasa melakukan perkuliahan secara online sehingga perlu penyesuaian terlebih dahulu. Hal ini juga disebabkan karena sebelum pandemi Covid-19 banyak mahasiswa yang menyatakan belum pernah menggunakan media perkuliahan online.
Ditinjau dari berbagai aspek, jelas Covid-19 adalah musibah yang memberi dampak negatif kepada hampir semua sektor kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 juga memberikan kesempatan bagi lembaga pendidikan untuk melek teknologi dan dengan pemberlakukan perkuliahan online ternyata menjadi pemicu percepatan proses transformasi digital pendidikan Indonesia.
Jika sebelumnya berbagai wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum membuat industri pendidikan (universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, hingga sekolah dasar menengah) mencapai progress signifikan pada transformasi digital pendidikan Indonesia, Covid-19 atau virus corona justru memberikan dampak luar biasa terhadap transformasi digital menuju era pendidikan 4.0. (*)
(*Guru SD Islam Ruhama, Mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana Prof. Dr. Hamka)
Diskusi tentang ini post