SATELITNWS.ID, SERANG–Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Serang menyebut, pasokan daging di Indonesia khususnya Kabupaten Serang, masih mengandalkan impor dari India. Akibatnya, berpengaruh terhadap kenaikan harga daging.
Kepala Distan Kabupaten Serang, Zaldi Dhuhana mengatakan, berdasarkan hasil pencermatannya selama ini, harga daging dan telur mengalami kenaikan. Hal itu terjadi, karena pasokan berkurang.
“Namun kita tetap memantau, kalau terjadi lonjakan harga drastis itu kekurangan pasokan kita kawal terus. Tapi sampai hari ini, masih aman,” kata Zaldi, Minggu (9/5).
Katanya, untuk harga daging mengalami kenaikan, karena masih impor. Terlebih kebanyakan impor masih dari India. Sedangkan saat ini, India masih krisis. Sehingga mereka membatasi ekspor ke Indonesia. “Jadinya kita kurang pasokan. Sehingga harga naik. Daging kerbau (khususnya), itu dampak Covid India,” ujarnya.
Sedangkan untuk daging ayam kata Zaldi, saat ini produksi masih surplus. Namun demikian setelah diamati di pasar modern, harganya naik jadi Rp 38 ribu per ekor. Kenaikan tersebut, ada kaitan dengan bahan baku jagung.
Diketahui, bahan baku jagung saat ini tembus diangka Rp 5 ribu sampai 5.800 per kilogram, di feed mill atau pabrik pakan. “Biasanya Rp 4 ribu sampai Rp 4.500, ini sama sebenarnya. Jadi di kita belum panen jagung, impor tahan stok. Sehingga harga pakan naik, harga ayam juga naik. Pengaruh banget,” tuturnya.
Sementara, Pimpinan Bulog Sub Divre Serang, Budhi Indrawan mengatakan Bulog mendapatkan kiriman stok daging dari Kanwil Bulog Jakarta. Daging sebanyak 5 ton kerbau dan 1 ton sapi, akan di distribusikan pada masyarakat umum.
Stok yang dikirim, lebih banyak kerbau. Karena frekuensi konsumen kerbau, lebih banyak daripada sapi. Ia mengatakan, stok daging tersebut dipersiapkan hingga hari raya. Jika kurang, pihaknya akan minta kembali ke Jakarta.
“Daging Frozen impor dari Indo,” imbuhnya. (sidik/mardiana)
Diskusi tentang ini post