SATELITNEWS.ID, SETU—Suara gemuruh ditimpa teriakan histeris memecah keheningan pagi hari di Kampung Keranggan RT 10/04 Kelurahan Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Warga terkejut melihat tanah dan pepohonan yang berada di atas tebing mendadak longsor hingga menimpa bagian belakang rumahnya.
“Masya Allah, itu tanah jeng kebon awi longsor nimpa imah, tulungan anak aing aya dijero imah (Masya Allah, itu tanah dan pohon bambu longsor menimpa rumah, tolong anak saya ada di dalam rumah),” tutur Maryati (53) menirukan teriakannya saat menceritakan detik-detik terjadinya longsor, kepada Satelit News, Selasa (18/5/2021).
Longsor yang terjadi sekitar pukul 07.30 Wib mengakibatkan dua rumah warga rusak berat, terutama pada bagian belakangnya yang menempel ke tebing. Rumah tersebut masing-masing milik Karwati, Maulana dan Nani Sumarni. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Saat kejadian, pemilik rumah sedang berada di bagian depan rumahnya.
Pasca kejadian, para penghuni rumah langsung diungsikan ke tempat yang lebih aman. Tampak rasa cemas dan takut masih terlihat di wajah emak-emak yang baru saja mendengar suara gemuruh dan menyaksikan luncuran material tanah dan akar bambu jatuh menimpa rumah warga.
“Saya khawatir di dalam rumah yang tertimpa longsor tadi masih ada penghuninya. Serem banget suaranya, sampe gemerusuk gitu,” ungkapnya.
Nani, pemilik rumah yang dapurnya kini dipenuhi material tanah merah dan akar pohon bambu, terlihat diam seribu bahasa. Dengan sapu yang masih menempel di tangannya, wanita paruh baya itu masih berupaya membersihkan tanah merah yang menempel di lantai rumah miliknya.
Di lokasi yang sama, Maulana, menyebutkan, pada saat terjadi longsor, ia dan keluarganya tidak ada di tempat. Sebab sebelumnya sudah mengetahui akan adanya potensi longsor. Hal itu setelah dirinya melihat ada sebagian pohon bambu yang jatuh. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia dan istrinya sepakat untuk sementara tidak menempati rumahnya itu dan lebih memilih tinggal di rumah orang tuanya.
“Kemarin sudah ada tanda-tanda sebagian pohon bambu jatuh. Takutnya nanti yang gede pisan jatuh. Nanti malah jadi ribet. Makanya saya dan istri sepakat ninggalin rumah dulu,” ungkap Maulana.
Dia menjelaskan, rumah miliknya itu berada di atas lahan bekas galian tanah. Dimana, pada tebing tanah tak jauh dari rumahnya berdiri, tebing tersebut tidak dipasangi turap. Kondisi diperparah karena pada malam sebelum terjadinya longsor, hujan deras sempat mengguyur wilayahnya.
“Kami sih mintanya diturap, biar lebih aman. Ditambah di atas nggak ada saluran air, kalau hujan kadang-kadang air turun ke sini. Jadi airnya meresap, akhirnya ya longsor,” ujar dia.
Ketua RT10, Amsori mengatakan, ada dua rumah warga yang tertimpa longsor. Pertama yang mengalami kerusakan cukup parah, lalu yang rusak sedang, karena cukup jauh.
“Longsor menimpa dua rumah warga, di lingkungan RT10/04, Keranggan, No 90. Tidak ada korban, kebetulan rumah dalam keadaan kosong,” kata Amsori.
Petugas BPBD Kota Tangsel sudah berada di lokasi dan melakukan evakuasi warga rumah rumahnya diterjang longsor. “Rawan longsor kalau di sini. Emang gak ada turap, tanah merah jaman dulu lah. Ketinggian perkiraan 15 meter. Jadi, bawahnya bangunan rumah, ketiban akar pohon bambu rumahnya,” ungkapnya.
Pohon bambu di tebing itu mengelilingi permukiman di bawahnya. Tidak ada turap. Sehingga, saat terjadi hujan deras, tanah menjadi rawan bergerak dan pohon bambu di jurang mudah longsor.
“Iyah, jadi yang longsor akar bambunya, tanahnya gak gerak. Maunya sih, pohon bambu ditebang, bangun turap. Panjang banget ini mah keliling, muter,” tukasnya. (jarkasih/gatot)
Diskusi tentang ini post