SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Seni merupakan sebuah karya yang dibuat berdasarkan ide dan gagasan sehingga memiliki nilai estetika. Seni pun memiliki banyak jenis, salah satunya lukis. Dalam seni lukis pula terdapat banyak pelukis yang mengaplikasikan karyanya dalam berbagai bentuk media.
Biasanya seorang pelukis menggambar imajinasi atau objeknya diatas kanvas. Namun, tidak bagi seorang pelukis yang tinggal di Gang Warung Mangga, RT 01, RW 02, Kelurahan Panunggangan, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Sasongko Cahyo Soyoto.
Sasongko mengganti kanvas dengan berbagai barang bekas. Dia memanfaatkan barang bekas sebagai media untuk menggambar. Seperti kayu, kaleng, botol dan yang paling terkenal yakni genting.
“Karena saya melihat banyak barang bekas yang tidak terpakai namun berserakan. Saya piker dari pada menjadi sampah lebih baik saya manfaatkan jadi media lukis,” ujarnya kepada Satelit News, Kamis, (20/5).
Sudah tiga tahun, Sasongko fokus pada bidang seni ini. Sejak saat itu pula, ratusan karya seni lukis telah ia buat. Hasil karyanya pun banyak diminati para penikmat seni. Terutama lukis genting. Bahkan, sudah diekspor hingga ke Eropa.
“Karena ini unik. Jarang ada orang yang menggambar di atas genting. Apalagi barang bekas,” kata dia.
Pria lulusan Universitas Negeri Surakarta (UNS) ini mengatakan karya seninya diminati banyak penikmat seni di mancanegara. Seperti Inggris dan Skotlandia.
“Saya mendapat order dari Eropa karena mereka melihat karya saja di online. Saya pasarkan di Instagram dan Facebook,” ungkapnya.
Harga yang ditawarkan pun terjangkau. Mulai dari Rp 60 hingga Rp 250 ribu. Tergantung tingkat kesusahannya. “Rata-rata mereka pesen gambar wajah,” imbuh Sasongko.
Menurut Sasongko harga tersebut mulanya bukan dia yang menentukan namun pelanggan. Awalnya dia bingung terkait harga yang harus ditentukan. Pasalnya menurut Sasongko, karya seni tak memiliki nilai.
“Penikmat seni kalau udah seneng sama seni berani mengeluarkan berapa pun. Jadi tidak ternilai, tidak bisa ditentukan. Harga itu (Rp 60 – Rp 250 ribu) ditentukan oleh pelanggan. Memang murah karena saya ingin memperkenalkan seni ini juga,” jelas Sasongko.
Bakat Seni Sasongko Turun Dari Sang Ayah
Kecintaan Sasongko terhadap kesenian sudah ada sejak dari ia masih kecil. Kecintaannya itu turun dari sang ayah. Namun, kecintaan sang ayah terhadap seni tak sampai membuatnya menjadi seniman.
Oleh karena itu, sang ayah menaruh harapan besar kepada Sasongko untuk menjadi seniman. Terutama seni lukis.
“Ayah saya bilang ingin saya menjadi pelukis,” ujarnya kepada Satelit News, Kamis (20/5).
Untuk memperdalam ilmunya tersebut, pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 14 Oktober 1978 ini pun dimasukkan Kuliah di UNS pada 1996. Saat itu Sasongko mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual di Fakultas Seni Rupa.
Lulus pada 2004 silam tak membuat Sasongko langsung terjun menjadi seorang pelukis. Dia sempat bergabung ke beberapa perusahaan dan yang terakhir bergabung di salah satu industri hiburan Televisi Nasional.
“Kemudian saya keluar pada pada 2018 dan langsung fokus melukis,” kata ayah 3 anak ini.
Sasongko juga sempat melakukan pameran seni lukisnya di Broadway The Flavor Bliss Alam Sutera. Melakukan pameran selama 2 tahun sejak 2018 membuat karyanya banyak dilirik.
“Setelah itu berhenti pameran karena pandemi ini,” tutur Sasongko.
Bakat seni yang dimiliki Sasongko tak hanya pada lukis saja. Sasongko mengusai beberapa seni, sepeti musik, tari dan teater. Oleh sebab itu, dia dan beberapa kawannya mendirikan sanggar Budaya yang diberi nama Sekar Nusantara Tangerang. Bermarkas tak jauh dari rumahnya, Sanggar Budaya Sekar Nusantara Tangerang memiliki puluhan anak didik.
“Untuk saat ini saya tidak memungut biaya yang ingin bergabung silahkan. Sanggar Budaya ini didirikan berdasarkan keingin teman-teman yang peduli pada kesenian budaya. Sanggar Budaya kami juga selalu berpartisipasi pada Karnaval yang diadakan Pemerintah Kota Tangerang,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post