SATELITNEWS.ID, KEMIRI—Jalan yang dilewati Mukti Hartani untuk menjadi seorang guru pegawai negeri sipil (PNS) sangatlah berat. Guru SMP Negeri 1 Kemiri Kabupaten Tangerang juga harus mengambil pilihan yang sulit sebelum akhirnya menjadi pendidik seperti sekarang.
Mukti yang lahir pada 10 Oktober 1975 di Pemalang, Jawa Tengah itu pernah menjadi guru honorer selama 13 tahun. Itu dilakukannya sejak tahun 2000 hingga tahun 2013. Dia pernah mengajar di empat sekolah berbeda masing-masing SMP-SMA Darul Abror, MTS-MA Taswiquq Thulab, SMP-SMA Darul Muztahidin dan SMP PGRI Rajeg.
“Dari tahun 2000 sampai 2003 mengajar di empat sekolah. Akhirnya sejak 2003 hanya mengajar di SMP Permata dan SMPN 1 Kemiri karena dapat jam mengajar yang padat di dua sekolah tersebut,”ungkap Mukti kepada Satelit News.
Mukti awalnya bekerja sebagai penyanding penyuluhan pertanian di Pandeglang selama satu tahun setelah lulus kuliah D3 di IPB. Setelah itu, tepatnya pada tahun 1999, dia kemudian pindah ke Bekasi hingga tahun 2000. Dia kemudian mendapat tawaran menjadi guru honorer di wilayah Tangerang.
“Dari 1998-2000 di pertanian tapi ternyata jiwa ngajar saya lebih mendominasi. Akhirnya saya memilih untuk mengajar karena sesuai hati nurani walaupun gaji dulu kecil cuma 60 ribu, “tuturnya.
Setelah memastikan ingin menjadi guru, Mukti memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai penyanding penyuluh pertanian. Dia meneruskan kuliah D3-nya dan mengambil pendidikan strata-1 untuk memenuhi kualifikasinya sebagai guru. Wanita berjilbab itu memilih jurusan biologi di Universitas Terbuka Rawa Mangun. Perempuan yang kini tinggal di Perumahan Pondok Sukatani Permai Kecamatan Rajeg itu kemudian lulus kuliah pada tahun 2006.
Pada tahun 2013, dia mengikuti tes CPNS sebagai guru. Perempuan yang kerap kali disapa Nani itu dinyatakan lulus sebagai calon pegawai negeri sipil. Setelah menjadi PNS pada tahun 2014, ibu dari Moh. Fairuz Ululalbab (13) dan Moh. Wildan Ulilabsar (11) itu akhirnya memutuskan hanya mengajar di SMPN 1 Kemiri. Dia ingin memajukan sekolah yang menjadi tempat mengajarnya hingga saat ini tersebut.
Nani mengaku banyak suka duka yang dialaminya sebagai seorang guru, baik sebagai guru honorer maupun PNS. Namun dia menegaskan lebih banyak suka yang dirasakannya.
“Kebanyakan rasa sukanya karena punya amanah untuk mencerdaskan anak bangsa. Dukanya pada saat Covid-19 ini karena tidak mengajar secara langsung dan anak pun dibiarkan bermain ponsel seharian di rumah,”ujar Nani.
Kini, setelah 21 tahun berkarir, Nani semakin yakin akan keputusannya menjadi guru sebagai pilihan yang benar. Apalagi dia dapat mengaplikasikan ilmunya di bidang pertanian di sekolah. Selain mengajar, Mukti Hartani juga memiliki kegiatan lain yakni menjadi mentor untuk program sekolah Kehati. Tugas itu sudah diembannya selama dua periode.
“Saya menjadi guru karena bisa bagi waktu untuk keluarga dan dapat membagi ilmu pendidikan ke generasi penerus. Sebagai guru saya juga dapat mengaplikasian ilmu pertanian yang saya miliki ke sekolah. Saya dipercaya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang untuk menjadi mentor dalam program sekolah kehati selama 2 periode,”tandasnya. (mg3/gatot)
Diskusi tentang ini post