SATELITNEWS.ID, RANGKASBITUNG—Kegiatan belajar mengajar online atau dalam jaringan (daring) berdampak buruk terhadap ratusan siswa SMP di Kabupaten Lebak. Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak mencatat sebanyak 300 pelajar putus sekolah karena tidak mampu mengikuti kegiatan belajar secara online.
Kepala Dindik Lebak Wawan Ruswandi menyatakan 300 siswa SMP di wilayahnya telah berhenti sekolah akibat terlalu lama belajar daring. Selain itu 6.000 siswa lainnya tidak aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar online.
“Khusus yang 6.000 ini, saat diberita materi belajar atau tugas dalam proses pembelajaran daring maupun luring, tidak pernah mengikutinya dengan baik. Begitu pula saat dicek kekediamannya oleh guru dimasing-masing SMP tempat dia sekolah, jarang berada di rumah,”ujar Wawan, Jumat (28/5/2021).
Namun demikian, pihaknya bersyukur, karena saat ini, belajar tatap muka di Kabupaten Lebak sudah mulai dilakukan. Sehingga kekhawatiran terhadap peningkatan jumlah siswa yang berhenti sekolah, bisa segera dicegah.
“Bila daring masih terus dilakukan ataupun diperpanjang, kami khawatir jumlah siswa yang berhenti atau putus sekolah akan semakin meningkat jumlahnya,”kata Wawan.
Wawan menambahkan dari 773 SD negeri dan swasta, sebanyak 626 SD diantaranya sudah belajar tatap muka. Sedangkan untuk SMP negeri dan swasta sebanyak 217 sekolah, 84 SMP diantaranya sudah melaksanakan belajar tatap muka.
“Untuk SMP yang hingga kini belum melaksanakan belajar tatap muka, sebagian SMP yang berada di Rangkasbitung karena para gurunya belum divaksin. Untuk itu, agar bisa melaksanakan belajar tatap muka, kami sudah melakukan kordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Lebak, agar para guru SMP di Rangkasbitung bisa diprioritaskan pemberian vaksinya,”terangnya.
Dase Erwin Juansyah, pengamat pendidikan Kabupaten Lebak, mengatakan, belajar menggunakan sistem daring dengan jangka waktu yang cukup lama, memang berpotensi memutuskan berhenti sekolah. Mereka diduga jenuh, dan untuk mengisi kekosongan itu memilih kerja.
“Kalau saja, belajar sistem daring ditambah satu tahun kedepan, maka bukan 300 siswa SMP saja yang berhenti, tetapi bisa semakin bertambah ke 500 hingga 700 siswa yang akhirnya memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah,”ujarnya.
Namun, karena Lebak saat ini sudah ditetapkan sebagai zona kuning, ia berharap belajar tatap muka bisa lebih dimaksimalkan untuk kembali memompa semangat para siswa untuk kembali belajar.
“Belajar tatap muka bisa dilaksanakan kembali, sehingga kekhawatiran pemerintah daerah, terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan siswa yang putus sekolah, mampu diminimalisir. (mulyana/gatot)
Diskusi tentang ini post