SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Para warga RT 05 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang berharap Pemkot Tangerang “membeli” lahan mereka. Sehingga, para tetangga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing yang sudah menghuni wilayah tersebut selama puluhan tahun itu dapat mencari tempat tinggal baru.
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang, Sumarti mengatakan Pemkot Tangerang sudah bersedia menganggarkan untuk kompensasi kepada warga pada tahun 2015 lalu. Namun, rencana itu tidak dapat terealisasi karena ketika itu warga belum dapat memberikan bukti kepemilikan lahan.
Kemudian di 2017, Pemkot Tangerang kembali menganggarkan sebesar Rp 5 Miliar namun belum dapat terealisasi sampai saat ini. Ketika Pemkot Tangerang ingin membebaskan lahan itu pada tahun 2020, pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Sehingga, anggaran yang sudah disiapkan untuk sementara dialihkan demi kepentingan penanganan wabah.
“Sekarang sudah dianggarkan. Mungkin tahun ini pembebasannya. Tergantung dari tim appraisal-nya. Dianggarkan Rp 5 miliar oleh Pemkot Tangerang,” ungkap Sumarti, kepada satelitnews.id.
Rencananya Pemkot Tangerang akan membebaskan enam bidang di RT 05 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan. Kompensasi pembebasan lahan akan dilakukan secara bertahap.
“Nanti sisanya di tahun berikutnya. Dilakukan secara bertahap. Tahun ini 6 bidang dulu. Sisanya mungkin tahun depan,”pungkas politisi dari PDIP tersebut.
Sebelumnya diberitakan, puluhan warga RT 05 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang berkeluh kesah tentang kehidupannya. Bau tak sedap dan lalat-lalat yang berterbangan sudah tak asing lagi bagi para warga. Bukit sampah yang tepat berada di belakang pemukiman pun menjadi panorama tak elok dipandang.
Salah satu warga Kustini menyatakan banyak dampak yang mereka rasakan kala bertetangga dengan TPA Rawa Kucing. Selain bau tak sedap, air bersih dari tanah pun tak bisa mereka nikmati.
“Karena airnya keruh, mungkin serapan dari sampah itu. Jadi kami tidak bisa pakai air tanah di sini,” kata Kustini, ibu tiga anak tersebut.
Sebagai gantinya, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang memberikan pasokan air bersih. 2.000 liter dari PDAM Tirta Benteng dipasok setiap hari. Air tersebut ditampung ke dalam tangki yang dipergunakan untuk semua warga di kawasan tersebut.
“Sudah sepuluh tahun mungkin kita dapat air bersih. Awalnya bayar. Tapi sekarang gratis, sudah 3 tahun ini,” ungkap Kustini.
Mereka semakin menderita tatkala hujan tiba. Warga harap-harap cemas. Banjir kerap terjadi ketika air hujan turun dari langit lantaran drainase yang buruk. Banjir yang melanda pemukiman itu bercampur dengan limbah cair TPA Rawa Kucing. Yang terparah terjadi pada awal 2020 lalu, air sampai masuk ke dalam rumah.
Masalah kesehatan juga tak dapat mereka hindari. Mulai dari ISPA hingga penyakit kulit kerap mereka rasakan. “Itu anak saya yang laki kena flek di paru-paru. Saya juga gatal-gatal ini,” kata Kustini sembari menunjukkan tangan dan kakinya yang terdapat bekas luka kering dan basah karena penyakit kulit. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post