SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Usia boleh saja muda, namun untuk urusan kepedulian terhadap kaumnya, Vilenta Ramadana Ovilia begitu concern. Milenial asal Kota Tangerang begitu aktif menyuarakan hak untuk bersuara, pendidikan dan hak berbagi kaum perempuan.
Mahasiswi Universitas Budi Luhur ini mengatakan, berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2020, dalam kurun waktu 12 tahun kekerasan terhadap perempuan meningkat sekitar 800 persen dan dimasa pandemi. Total kasus kekerasan mencapai 14.719.
“Ini yang mengkhawatirkan mental dan pikiran saya melihat banyak sekali di masa pandemi ini perempuan yang menjadi korban kekerasan baik di rumah tangganya maupun kekerasan di tempat lain yang pada hakikatnya mereka mendapatkan kekerasan tersebut karena faktor-faktor yang abstrak bagi si pelaku-nya tersebut entah dia belum gajian, dia di PHK lalu melampiaskannya kepada perempuan-perempuan tersebut,” papar dia.
Kemudian, saat ini banyak perempuan yang belum berani untuk berbicara apa yang dirasakan apa yang dialami baik kesehatan mentalnya yang terganggu kekerasan fisik yang mereka alami. “Perempuan di indonesia masih acuh tak acuh, saling tak ingin mendengarkan kisah masing-masing,” katanya.
Lalu masalah fundamental lainnya yang terjadi terhadap perempuan Indonesia adalah masih banyak perempuan di Indonesia yang belum mendapatkan hak pendidikan secara merata. “Latar belakang ekonomi, patriarki mendominasi, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai pondasi kehidupan berkelanjutan,” tuturnya.
Keresahan serta kekawatiran Vilenta melihat berbagai fenomena sosial terutama tiga masalah fundamental perempuan yakni hak pendidikan hak bersuara dan hak untuk dapat berbagi mendorongnya mendirikan Komunitas Shedeserves Indonesia.
Komunitas Shedeserves Indonesia didirikan oleh Vilenta bersama rekannya Alif Hafiz mahasiswa perguruan tinggi di Mesir untuk mewadahi perempuan Indonesia agar bersuara dan menyampaikan pendapat dan kisahnya atas berbagai fenomena dan isu yang terjadi.
Komunitas yang memiliki anggota mencapai ratusan perempuan dari berbagai daerah di Indonesia ini rutin mengadakan berbagai kegiatan pengembangan diri perempuan. “Fokusnya perempuan, pemegang perannya perempuan. Kita fokus aspek pendidikan dan aspek bersuara,” ujarnya.
Shedeserves Indonesia juga mewadahi perempuan Indonesia untuk mengambil tindakan lanjut terhadap kasus kekerasan dan penindasan yang menimpa dirinya. Kemudian juga memberikan saran terbaik bagi perempuan untuk mendapatkan akses pendidikan skill , moral, potensi yang berkualitas.
“Kami rutin adakan forum pertemuan dan diskusi membahas fenomena yang terjadi serta memperjuangkan hak perempuan,” ujar dia Di balik aktivitasnya sebagai aktivis perempuan Vilenta Ramadana Olivia memiliki prestasi debat yang luar biasa mengharumkan nama kampus dan Kota Tangerang. Warga Cipondoh ini berhasil menduduki peringkat 9 dari 132 debater mahasiswa se Indonesia tingkat nasional pada tahun 2019.
Alumni Pondok Pesantren Daar El Qolam ini mengatakan, prestasi itu diraih setelah mempersiapkan diri selama tiga bulan dengan mendalami public speaking, serta mempelajari bagaimana menjadi debater yang baik ke senior-senior maupun referensi lainnya kemudian juga menyiapkan materi yang akan diperdebatkan.
“Debat tidak dinilai penampilan, secantik atau setampan seorang debater, tetapi bagaimana kita menyampaikan dan mempertahankan pesan, menyanggah lawan debat kita, yang dinilai bagaimana kita berbicara dan mengangkat statement kita dengan baik dan tegas dan disetujui banyak pihak,” ungkap Vilenta.
Ia pun membagikan tips untuk menjadi debater bagi pemula yakni pertama percaya diri. Kedua menyiapkan materi sebanyak-banyaknya sebab menjadi debater adalah mengeluarkan statement sesuai dengan topik yang diangkat. “Tidak mungkin percaya diri tapi ga membawa topik apapun, misalkan soal covid-19, jika kita tidak research dan mencari tau sama saja kita ga bisa membawa statement kita dengan tegas dan disetujui banyak pihak,” tukasnya. (made)
Diskusi tentang ini post