SATELITNEWS.ID, TANGERANG—DPRD Kota Tangerang meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang bergerak cepat menginvestigasi penyebab kasus kematian warga RT 3/ 3, Kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang yang meninggal setelah delapan hari sebelumnya divaksinasi yakni nama Joko Susanto. Anggota DPRD mengatakan, seharusnya begitu mendapat informasi tersebut pihak Dinkes langsung bergerak.
“Seharusnya begitu dapat kabar itu harus ditindaklanjuti, gerak cepat, karena ini kaitan lama,” ujar Sekretaris Komisi II DPRD kota Tangerang, Anggraini Jatmika Ningsih. Politisi PDI Perjuangan ini menilai tindakan Dinkes untuk membahas persoalan tersebut pada Sabtu (26/06) mendatang terlalu lama.
“Harusnya Dinkes hari ini langsung investigasi, tunggu Sabtu depan lagi, lama dong. Harusnya dapat kabar langsung tindaklanjuti. Buat saya Sabtu itu kelamaan, apalagi itu satu pasien. Kecuali kasus itu banyak,” katanya, kemarin.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Liza Puspadewi menyampaikan, akan melakukan pembahasan dengan Kelompok Kerja Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Pokja KIPI) pada Sabtu, (26/06) mendatang. “Sudah 251 ribu warga Kota Tangerang divaksin. Jadi sekecil apapun efek dari vaksin akan kami bahas dengan Pokja KIPI,” kata Liza di kantornya di Jalan Daan Mogot, Kecamatan Tangerang, Kamis, (24/06).
Sementara, pihaknya bersama Pokja KIPI akan mengumpulkan semua data sebelum atau pasca vaksin yang dilakukan terhadap Joko Susanto. Jawaban penyebab kematian Joko kata Liza akan dibagikan secepatnya. “Kita sekecil apapun akan dibahas. Sepeti tempo hari ada warga yang divaksin di mini ICU dia mengeluhkan pusing itu kita bahas apa sebabnya,” kata Liza.
Mantan Kepala BPLH ini mengklaim, selama proses vaksinasi terhadap 251 ribu warga, belum ada yang meninggal. Kalaupun ada, kata Liza bukan disebabkan oleh vaksin. Namun, coincidence. Artinya, dia meninggal lantaran mempunyai penyakit dan kebetulan meninggal setelah divaksin. “Kalau coincidence itu artinya lu udah punya penyakit. Itu kan hasil dari kajian dari Pokja,” ungkap Liza.
Terkait dengan tensi darah. Sebelumnya, istri Joko, Putri Rahmawati mengatakan suaminya divaksin pada saat tensi 160. Menurut, Liza masyarakat awaM dapat divaksin dengan maksimal tensi darah 180. “Kalau 160 tensi warga awam bisa,” katanya.
Joko juga disebut tak memiliki penyakit bawaan. Sebelum divaksin, kata sang istri, Joko juga tak tanyai saat dikrIning sebelum divaksin. Hanya ditensi dan langsung divaksin oleh pihak puskesmas Namun begitu, Liza belum dapat memastikan hal tersebut.
“Kami akan meng-counternya semua dengan data. Semua terdata terekam. Kita bisa lihat di datanya itu, kalau dia bohong pasti datanya tidak itu hasil wawancara kita, sabar pasti ada press rilis,” tutur Liza.
Istri Joko Susanto Putri Rahmawati sebelumnya menyampaikan, Sehari pasca vaksin Joko kata Putri langsung demam dan batuk-batuk. Keluhan ini terjadi hingga 8 hari berturut-turut. Sampai, Joko menghembuskan nafas terakhirnya. “Sehat suami saya sehat sebelum menerima vaksin. Selama ini nggak pernah sakit kayak gitu. Cuma paling flu dan batuk biasa,” ungkapnya.
Sebelum meninggal, Putri sempat mengantarkan Joko ke Puskesmas Kunciran Baru untuk mendapat tindakan medis. Dari sana, Joko diberikan oleh oleh pihak Puskesmas. Diantaranya obat darah tinggi, radang, batuk dan antibiotik.
“Kita ke puskesmas naik motor. Tapi hanya dikasih obat, dia (Joko Susanto) minta rujukan rumah sakit tapi pihak puskesmas bilang tidak perlu dan kondisi rumah sakit katanya lagi penuh,” ungkapnya. Setelah menerima jawaban tersebut, lanjut Putri, dirinya bersama sang suami tak bisa berbuat banyak. Mereka melajukan kendaraannya untuk kembali ke rumah.
“Kami hanya dikasih obat. Dan akhirnya kembali ke rumah, tapi bapak semakin lemas dan akhirnya saya putuskan untuk membawa ke RS. Tapi belum sampai di rumah sakit suami saya sudah tidak ada,” ujarnya. (irfan/made)
Diskusi tentang ini post