SATELITNEWS.COM, BENDA—Angka kematian akibat Covid-19 selama bulan Juni melejit. Permintaan terhadap peti mati pun meningkat tajam. PT Funisia Perkasa, salah satu perusahaan pembuat peti jenazah bagi pasien Covid-19 kewalahan memenuhi pesanan.
Manajer PT Funisia Perkasa Frans Hendrik mengungkapkan pihaknya kewalahan memenuhi permintaan peti mati yang mencapai 300 pesanan perhari. Pihaknya bahkan menjual 2.500 peti dalam 10 hari pada bulan Juni 2021.
Perusahaan yang beroperasi di Jalan Yos Sudarso Kelurahan Jurumudi Baru Kecamatan Benda Kota Tangerang itu mendapatkan permintaan dari RSUD Kabupaten Tangerang dan lima rumah duka. Dari luar Tangerang terdapat permintaan dari Bekasi, Depok, Cikampek, Purwakarta, Pemalang, Cirebon dan Cilacap.
“Untuk bulan ini hanya dalam 10 hari semenjak meningkatnya kasus Covid-19, kami menjual 2.500 peti mati lebih. Bahkan akhir-akhir ini sudah 300 peti per hari,”ungkap Frans Hendrik kepada Satelit News, Senin (28/6/2021),
Frans menjelaskan pihaknya hanya membutuhkan waktu selama 20 menit untuk membuat satu peti mati. Untuk itu, PT Funisia Perkasa mengoperasikan mesin hotpres. Kendati demikian, dia mengaku para pekerjanya tetap kelabakan menangani permintaan yang melonjak tajam pada bulan Juni.
“Karena kami ini seperti tenaga kesehatan. Kami itu di hulu, sementara petugas tempat pemakaman umum di hilir. Mereka capai, kita juga capai,”ungkapnya.
Dia menjelaskan sejal November 2020, pihaknya hanya menjual 170 peti per hari. Pada bulan Februari hingga Maret bahkan terjadi penurunan menjadi 75 sehari. Dan mulai naik kembali pada pertengahan Juni ini menjadi 3 kali lipat.
“Yang paling parah di bulan ini. Dari yang enggak pernah pesan, sekarang yang menghubungi saya banyak banget,”katanya.
Dia menuturkan pihaknya membuat 25 hingga 30 peti per hari untuk wilayah kabupaten Tangerang dan kota Tangerang Selatan. Sementara untuk keseluruhan, PT Funisia Perkasa membuat 250 hingga 300 peti mati setiap hari.
Frans menuturkan saking banyaknya pesanan di bulan Juni, pihaknya terpaksa melakukan pembatalan pesanan. Itu terjadi karena pembeli membutuhkan peti secara mendadak.
“Banyak order yang tertunda atau dibatalkan. Kurang lebih 5 persen karena mereka butuh di waktu yang mendadak dan tidak mau menunggu antrean. Kita baru bisa kirim dua hari setelah pemesanan sementara saat ini yang meninggal dunia lebih banyak dari pada yang buat peti. Itulah kesulitannya,” pungkasnya.
PT Funisia Perkasa berdiri sejak 1994 sebagai perusahaan pembuat furniture. Namun selama pandemi Covid-19, perusahaan yang dimiliki Lie A Min (59) itu banting setir menjadi pabrik pembuat peti mati.
Lie A Min mengaku mulai memutuskan untuk memproduksi peti pada pertengahan Mei 2020. Awalnya, pada 24 April 2020, salah satu adik iparnya meninggal dunia serta dimakamkan dengan peti seadanya. Setelah dua minggu kemudian, besannya meninggal dunia serta kembali mendapatkan peti agak jelek.
“Akhirnya saya tergerak untuk mikir, kenapa saya enggak coba untuk buat. Dari situ akhirnya kita buat sampel bersama Jimmy,”ujarnya.
Pada awalnya, perusahaannya hanya menjual ke area Jakarta. PT Funisia Perkasa memproduksi 50 peti perhari.
Lie A Min menyatakan saat ini penjualan sudah mencakup area Jabodetabek bahkan sampai ke Indonesia bagian timur. Dahulu perusahaan tersebut hanya mempunyai 60 pegawai, namun pada bulan Juni 2021 mengalami peningkatan penjualan peti sampai 3 kali lipat.
Dan pada akhirnya menambah jumlah karyawan menjadi 135 orang. Bukan hanya itu waktu operasional kerja pun menjadi dua shift, yang tadinya proses pengerjaan mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Saat ini proses pengerjaannya pun dilembur sampai pukul 22.00 wib.
Di pertengahan tahun 2020, peti mati yang dijual seharga 850 ribu. Untuk tahun ini harga satu peti menjadi 1,3 juta rupiah karena bahan baku pembuatan kayu meningkat serta untuk membayar upah karyawan.
“Untuk saat ini kita fokus pengiriman ke pulau Jawa, sehari kita produksi 250-300 peti khusus untuk pasien Covid-19,”ujar Lie A Min. (mg3/gatot)
Diskusi tentang ini post