SATELITNEWS.ID, JAKARTA–Lonjakan penyebaran kasus konfirmasi positif Covid-19 pada Juni lalu membuat kebutuhan oksigen meningkat tajam. Data dari Kemenkes dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan permintaan oksigen menjadi lima kali lipat.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pasokan ketersediaan oksigen juga menjadi masalah yang langsung segera ditangani. Oleh karenanya, Luhut meminta kepada Kemenperin agar pencatatan kebutuhan oksigen dirapikan di setiap kota.
“Sekarang kita butuh data yang detail. Kita bikin konversi oksigen industri semua full ke oksigen farmasi. Kekurangan kita ini bisa nanti terpenuhi, jika oksigen industri itu semua kita fokus ke oksigen farmasi,” tegasnya dikutip dari jawapos.com, Minggu (4/7/2021).
Luhut juga mengatakan, selama masa pandemi ini terjadi lonjakan kebutuhan tabung oksigen pada sektor medis. Kebutuhan setiap harinya mencapai 800 ton per hari.
Jubir Menko Marves Jodi Mahardi menambahkan, pihaknya meminta Kemenkes untuk membantu tim Satgas Covid-19 dalam hal pemenuhan suplai farmasi dan alat kesehatan untuk tiap provinsi.
“Serta Kejaksaan RI dan BPKP agar ikut juga mengawasi program percepatan pengadaan produk farmasi dan alat kesehatan pada masa PPKM Darurat,” jelasnya.
Dalam hal ini, perlu koordinasi dengan Kementerian Perindustrian, LKPP, dan BPOM untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan nasional melalui industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri pada masa PPKM darurat. Kemenperin juga diminta mengatur produsen oksigen untuk mengalokasikan 90 persen produksi oksigennya untuk kebutuhan medis di Pulau Jawa dan Bali.
“Arahan-arahan yang disampaikan oleh Pak Menko Luhut ini semua dalam rangka memastikan pemenuhan kebutuhan produk farmasi dan alat kesehatan selama pandemi Covid-19, dan kemandirian nasional khususnya pada produk-produk dengan jumlah permintaan yang tinggi,” tutup Jodi.
Di kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pun menyadari bahwa percepatan perlu segera dilakukan. Pertama adalah RS Lapangan di Wisma Haji Pondok Gede yang kedelapan gedungnya akan difungsikan untuk perawatan intensif, gejala sedang dan asrama perawat. Pemanfaatan dari ruangan nantinya memperhatikan zona risiko, sirkulasi udara, akses dan jalur lalu-lintas petugas, pasien, logistik dan barang bersih atau kotor.
“Satu gedung nanti untuk perawatan intensif, kemudian 5 gedung untuk gejala sedang, dan dua gedung untuk asrama perawat. Setiap gedung, punya kamar yang dimanfaatkan sebagai ruang tindakan, ruang farmasi, laundry, dan ruang petugas. Total, kita punya 785 tempat tidur,” terangnya.
Untuk Wisma Haji Pondok Gede ditargetkan mampu menerima 600 hingga 700 pasien komorbid yang nantinya bisa ditindak di sini dan dimulai hari ini. Dengan kapasitas seperti ini, tenaga kesehatan nantinya juga akan didatangkan dari luar Pulau Jawa untuk membantu menangani pasien yang ada di sini.
“Tenaga kesehatan yang datang dari luar Pulau Jawa ini nantinya akan membantu di RS Lapangan Wisma Haji. Kami sudah koordinasi dengan MenPUPR agar disediakan tempat tinggal bagi mereka,” papar dia.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa sudah menyiapkan Rumah PU di kawasan Pasar Jumat yang mampu menampung para tenaga kesehatan yang dikirim dari luar Pulau Jawa.
Sementara itu, untuk beberapa tempat yang juga dijadikan RS Lapangan seperti Rusun Nagrak, Pasar Rumput, dan Wisma Atlet yang dijadikan tempat isolasi. Rusun Nagrak dan Pasar Rumput sudah mulai terisi dan beberapa tower juga sudah mulai penuh. Mereka yang masuk adalah pasien dengan kriteria OTG atau ada gejala ringan, tetapi tidak memenuhi 3 syarat, tidak memiliki komorbid, memiliki saturasi diatas 95 persen dan tidak sesak nafas. (jpc/gatot)
Diskusi tentang ini post