SATELITNEWS.ID, SERANG–Virus corona atau Covid-19 memukul ekspor impor di Banten, terutama untuk komoditas agro. Terpuruknya kegiatan tersebut, setelah pemerintah menutup penerbangan dari dan menuju China.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banten Babar Suharso usai menggelar rapat Forum Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kantor Disperindag, KP3B, Curug, Kota Serang, Kamis (5/3) mengatakan, selain dari sisi medis mewabahnya virus corona juga berdampak pada perekonomian.
“Itu ekspor manggis itu salah satu contoh, termasuk juga banyak di ekspor sarang burung walet itu tertunda,” katanya.
Ia menjelaskan, kurang bergairahnya ekspor komoditas agro dikarenakan ditutupnya jalur penerbangan dari dan ke China. Negeri tirai bambu itu memang menjadi salah satu negara tujuan eksportir Banten. Keperluan impor juga ikut terhambat karena sebagian industri mendatangkan bahan bakunya melalui metode tersebut.
“Sebetulnya kalau barang-barang itu bisa diangkut dari kapal itu tidak ada gangguan, itu bisa. Tetapi kalau produknya agro enggak bisa, harus cepat kayak barang yang enggak bisa awet harus sampai cepat,” ujarnya.
Babar mengaku, pihaknya belum bisa memprediksi sampai kapan kondisi itu akan berlangsung. Sebab, pihaknya belum menerima kepastian kebijakan penutupan jalur penerbangan itu diberlakukan. “Kalau keadaan virus corona belum ada kepastian jadi kita masih sifat antisipatif,” ungkapnya.
Meski demikian ia menegaskan, tak terlalu khawatir akan kondisi tersebut. Pasalnya, awal tahun biasanya posisi ekspor Banten memang defisit. Hal itu terjadi karena sebagian pelaku ekspor baru berproduksi dan produknya belum dipasarkan.
“Kalau produk industri awal tahun memang baru masuk libur Natal dan tahun baru jadi pelaku industri baru mulai produksi dan ekspor. Jadi kita harapannya tidak terjadi defisit ekspor impor ini,” tambah Babar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Adhi Wiriana mengatakan, nilai ekspor Banten pada Januari 2020 turun 12,42 persen menjadi USD 837,00 juta dibanding Desember 2019 senilai USD 955,68 juta. Sementara nilai impor Banten Januari 2020 turun 7,15 persen menjadi USD 843,73 juta dibanding Desember 2019 menjadi USD 908,73 juta.
“Penurunan nilai ekspor tertinggi terjadi pada Korea Selatan yang turun USD 168,54 juta atau 24,74 persen dan terendah berasal dari Tiongkok dengan penurunan USD 28,79 juta atau 1,92 persen. Pangsa ekspor nonmigas terbesar Januari 2020 masih berasal dari Amerika Serikat, yaitu mencapai 20,38 persen. Disusul oleh Tiongkok dan Jepang yang secara berturut-turut memberikan peran 16,32 persen dan 7,95 persen,” ujarnya.
Sementara untuk impor, enam dari dua belas negara pemasok utama mengalami penurunan impor nonmigas pada Januari 2020. Penurunan nilai impor tertinggi terjadi pada Thailand yang turun sebesar USD 63,84 juta dan terendah berasal dari Singapura dengan penurunan USD 2,96 juta.
“Nilai impor nonmigas selama 2019 untuk dua belas negara asal barang impor tercatat USD 6.203,10 juta, turun 14,12 persen dibanding tahun sebelumnya. Pangsa impor nonmigas terbesar pada Januari 2020 berasal dari Malaysia yaitu 14,69 persen. Diikuti oleh Singapura yang memberikan andil 14,07 persen dan India dengan andil 11,63 persen, dimana pangsa impor gabungan ketiga negara tersebut sebesar 40,39 persen,” paparnya. (rus/bnn/gatot)
Diskusi tentang ini post