satelitnews.com, SERANG —Sebanyak 2.158 petani rumput laut, budidaya tambak dan nelayan di Kabupaten Serang menjadi korban terdampak tumpahan minyak dari Karawang, Jawa Barat, Juli 2019 lalu. Ribuan petani dan nelayan itu akan mendapatkan kompensasi sebesar 900 ribu per bulan yang akan diberikan selama dua bulan pada Desember 2019. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang, Suhardjo mengatakan tumpahan minyak menyebabkan para nelayan tak dapat melaut.
Sementara petani rumput laut serta budidaya tambak ikan pun tidak bisa memanen. Suhardjo mengaku belum mengetahui total kerugian para petani dan nelayan tersebut. Sebab, kata Suhardjo, penghitungan kerugian dilakukan pihak Institut Pertanian Bogor yang ditunjuk Pertamina.
“Jadi pendataan ada dua tahap. Tahap pertama itu ada sebanyak 902 orang, kemudian tahap dua ada 1.256. Jadi totalnya itu ada 2.158 yang terdampak tumpahan minyak itu,” ujar Suhardjo, Rabu (17/12).
Ia mengungkapkan, paling banyak yang terdampak adalah budidaya rumput laut dan budidaya tambak ikan. Semuanya tersebar di Kecamatan Pontang, Tirtayasa, Tanara, Kramatwatu, Bojonegara dan Pulo Ampel. “Tapi paling banyak adalah Tirtayasa karena di sana banyak budidaya rumput laut,” ujarnya. Disinggung mengenai ganti rugi bagi korban tumpahan minyak, ia memastikan pihak Pertamina akan memberikan kompensasi berupa uang sebesar Rp900 ribu perbulan dan benih. Kompensasi tersebut akan diberikan pada Bulan Desember ini melalui rekening masing – masing penerima untuk dua bulan.
“Sebenarnya tahap pertama sudah bisa dikasihkan, tapi berdasarkan rapat kemarin terakhir permintaan dari kecamatan mohon dibarengin, takutnya terjadi kericuhan di lapangan, maka keputusannya ya sudah kita berikan bareng. Yang pasti di bulan Desember ini, langsung dibikinkan rekening,” ujarnya. Ia memastikan pada saat pendataan pihaknya telah melibatkan dari kementerian, Koramil, dan divalidasi oleh Pertamina. Sehingga dipastikan data penerima sudah benar benar valid. “Silahkan dicek ke lapangan,”katanya.
Terkait kondisi saat ini, limbah minyak sudah tidak ada. Sehingga para petani rumput laut, budidaya tambak dan nelayan sudah bisa kembali beraktifitas seperti biasanya. “Kilang minyak yang bocor sudah ditutup, jadi sudah mulai pulih,” ujarnya.
Diketahui sebelumnya bahwa perairan di wilayah Serang utara dan sekitarnya pada juli lalu terdapat banyak gumpalan minyak. Keberadaan gumpalan minyak yang terbawa arus laut Karawang itu muncul ke permukaan dan sempat menghebohkan para petani dan nelayan.
Kepala Seksi Trantib Kecamatan Pontang, Imaduddin mengatakan, akibat kejadian ini, ikan dan rumput laut mati sehingga tidak bisa panen. Namun terkait kondisi tumpahan minyak, ia menegaskan bahwa gumpalan minyak sudah berkurang karena sudah dibersihkan oleh TNI, Polisi dan semua pihak pun ikut turun langsung. (sidik/gatot)
Diskusi tentang ini post