SATELITNEWS.ID, PAMULANG— Sebanyak 87 orang terserang penyakit demam berdarah (DBD) pascabanjir yang terjadi pada awal Januari 2020, lalu. Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menegaskan bahwa penakit tersebut menjangkit warga lantaran kondisi lingkungan yang tidak bersih.
“Ini karena kondisi lingkungan. Ini sekali lagi yang sampaikan ke masyarakat pascabanjir yang terjadi awal Januari lalu waspadai penyakit yang ditimbulkan oleh binatang termasuk nyamuk antara lain adalah DBD,” kata Benyamin saat mengunjungi RSU Tangsel, Selasa (10/3/2020).
Banjir yang merendam beberapa titik wilayah Tangerang Selatan bukan hanya menimbulkan penyakit DBD. Beberapa bulan lalu, sejumlah warga yang bermukim di wilayah Jombang, Ciputat, dan Lamtoro, Pamulang Timur mengidap penyakit Chikungunya. Dia berharap dengan musim yang dinilai kian berubah dapat meminimalisir penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti itu.
“Mudah-mudahan dengan musim ini, sudah kemarau kondisinya terus stabil,” harapnya.
Sebelumnya, Pasien penderita DBD yang menjalani perawatan di RSU Tangsel mengalami peningkatan sejak awal tahun 2020. Terhitung bulan Januari 2020, pasien penderita DBD mencapai 29 orang. Sedangkan untuk bulan Februari 2020, mencapai 41 orang. Sementara untuk 10 hari pada bulan Maret 2020, sudah masuk 17 pasien penderita DBD juga menjalani perawatan intensif. Sedangkan empat diantaranya dipulangkan setelah dinyatakan sembuh.
Selama dalam periode Januari-Maret 2020, sudah ada dua pasien DBD yang meninggal dunia. “Tapi meninggal karena penyakit penyerta. Satu anak, satu dewasa, semuanya dari Tangsel,” kata Benyamin.
Benyamin menyebut rata-rata usia pasien DBD itu masih tergolong muda. Rata-rata usia pasien pada Januari 2020 adalah 18 tahun, sementara Februari rata-rata usia 25 tahun. “Dan Maret itu (rata-rata) 28,5 tahun,” ungkapnya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Tangerang Selatan Deden Deni juga membantah adanya dua orang meninggal dunia karena penyakit demam berdarah di Tangerang Selatan. “Enggak, kematian (dua orang) bukan karena DBD, tapi karena penyakit penyerta,” kata Deden saat ditemui di RSU Tangsel.
Deden tak menjelaskan secara merinci kapan dua orang yang terjangkit DBD tersebut meninggal dunia. Namun, saat ini yang menjadi fokus utama pihaknya adalah pencegahan agar tidak ada penambahan kasus DBD. “Saat ini penting penanganan kedepan pencegahannya. Emang lagi tinggi curah hujan awal bulan Maret ini,” ucapnya.
Menurut Deden, pencegahan yang dilakukan pihaknya melalui program Jumantik. Petugas Jumantik tersebar di tujuh kecamatan di wilayah Tangsel. “Semua kecamatan Jumantik sudah dibentuk seluruh kecamatan. Cuma saat ini leading center-nya di kecamatan yang kita masih dampingi dan sudah berjalan sebenarnya,” ungkapnya. (jarkasih)
Diskusi tentang ini post