SATELITNEWS.ID, MALANG—Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Malang bersama Pusat Kajian Perdamaian dan Konflik (PKPK) menggelar Brawijaya Virtual Peace Camp (BVPC) jilid 2 pada 7-9 Oktober 2021. Kegiatan dilakukan dalam rangka membantu generasi muda agar mampu mengelola konflik dan bisa mentransformasikannya menjadi perubahan yang lebih baik sehingga perdamaian bisa tercipta.
Acara yang merupakan kolaborasi program pengabdian kepada masyarakat dari tiga dosen FISIP UB, Mely Noviryani, Ika Widyarini dan Muhammad Riza Hanafi, ini diikuti oleh puluhan peserta dari beberapa kota di Indonesia secara daring dengan mengusung tema “Let’s Talk About Peace.” Kegiatan ini merupakan kegiatan yang secara rutin diadakan dosen FISIP UB dan PKPK setiap tahun sebagai bentuk komitmen mereka terhadap Pendidikan Perdamaian bagi generasi muda Indonesia.
Kegiatan ini terbagi menjadi tiga sesi dengan topik tiap sesi adalah dialog, mediasi dan negosiasi. Sesi pertama dibawakan oleh Ika Widyarini, dosen pada Program Studi Psikologi FISIP UB. Dalam presentasinya, Ika menyitir pemikiran William Isaacs dan Peter Senge yang mendefinisikan dialog sebagai metode untuk identifikasi dan pemecahan masalah secara kreatif. “Kemampuan dalam berdialog akan mendorong orang untuk berpartisipasi dalam kumpulan makna bersama, yang mengarah pada tindakan yang selaras untuk memecahkan masalah bersama,” katanya.
Menurut Ika, dengan dialog, maka konflik akan lebih bisa dikelola sehingga tidak tereskalasi menjadi kekerasan.
Sementara pada sesi kedua, Muhammad Riza Hanafi menyajikan tentang mediasi salah satu proses dalam pengelolaan konflik. Dengan merujuk pada pemikiran Louis Kriesberg dan Bruce W. Dayton, mediasi diartikan sebagai proses di mana pihak luar dilibatkan untuk membantu pihak yang bertikai menegosiasikan kesepakatan diantara mereka. “Kemampuan mediasi diperlukan untuk membantu pihak-pihak mengelola konflik diantara mereka sehingga mampu membuat kesepakatan tanpa harus melalui jalan kekerasan,” jelas Muhammad Riza.
Di dalam sesi ketiga peserta diajak untuk mempelajari teori dan praktik negosiasi sebagai upaya resolusi konflik yang damai. Negosiasi adalah sebuah proses bagaimana kompromi atau kesepakatan diperoleh tanpa melibatkan perselisihan.
Pelatihan ini tidak ditujukan untuk meberikan kemampuan peserta untuk memenangkan argumen atau perselisihan dalam negosiasi, namun memberi pemahaman dan kemampuan bahwa negosiasi yang baik adalah negosiasi yang menghasilkan win-win solution. Dalam pelatihan ini, peserta akan diberi materi mengenaikonsep dan ketrampilan negosiasi dalam berbagai konteks. Peserta juga akan belajar berbagai macam tipe dan gaya negosiasi.
Di dalam acara ini peserta tidak hanya diajak untuk mempelajari skill dan pengetahuan tenang manajemen konflik dan perdamaian, namun juga diajak mempraktikkannya dalam simulasi. Setiap materi diikuti dengan simulasi permainan peran (role play) dimana peserta akan dihadapkan pada situasi tertentu dan kemudian berlatih untuk menggunakan yang mereka pelajari untuk mengatasinya. Harapan dari simulasi ini adalah agar peserta memiliki gambaran bagaimana pengetahuan dan skill yang mereka dapatkan digunakana dalam situasi sehari-hari. (rls/dm)
Diskusi tentang ini post