PERINGATAN Hari Pangan Sedunia tahun 2021 ini terasa lebih spesial karena diperingati dalam suasana adanya ancaman kekurangan pangan di Indonesia maupun dunia secara global. Hal ini terjadi karena adanya pertambahan jumlah penduduk yang tidak diikuti oleh pertambahan lahan untuk pertanian sebagai produsen utama bahan pangan.
Hari Pangan Sedunia atau World Food Day diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Momen itu dipilih dengan alasan karena pada tanggal tersebutlah Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) terbentuk sebagai badan resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Adalah Menteri Pertanian dan Pangan Hongaria, Dr. Pal Romany sebagai orang yang pertama kali mengusulkan peringatan Hari Pangan Sedunia yang disampaikannya pada konferensi umum FAO ke-20 tahun 1979. Peringatan Hari Pangan Sedunia memiliki tujuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah kemiskinan dan kelaparan yang dialami oleh sebagian penduduk dunia.
Tema-tema yang diangkat setiap peringatan Hari Pangan Sedunia selalu terkait dengan tujuan awal diadakannya peringatan momen itu sendiri. Namun, tema-tema tersebut sepertinya belum mampu mengubah kebiasaan sebagian dari penduduk dunia khususnya di Indonesia, yang masih gemar menyisakan makanan kemudian membuangnya menjadi sampah sisa makanan.
Sampah sisa makanan adalah sampah yang dihasilkan dari proses pembuatan makanan maupun setelah kegiatan makan yang berhubungan dengan kebiasaan atau perilaku masyarakat. Dengan alasan sudah kenyang, tidak suka, tidak enak, atau alasan-alasan klise lainnya, sejumlah makanan yang masih layak makan kemudian dibuang menjadi sampah sisa makanan.
Jumlah sampah sisa makanan di kota-kota besar di Indonesia jumlahnya cukup fantastis. Misalkan saja di Jakarta, sekitar 55% dari seluruh sampah yang dihasilkan setiap harinya adalah sampah sisa makanan. Demikian pula dengan di Surabaya, persentase jumlah sampah sisa makanan yang dihasilkannya tidak jauh berbeda dengan Jakarta, yaitu 54%.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2018 mencatat persentase jumlah sampah sisa makanan di Indonesia sebesar 40% dari total sampah yang dihasilkan. Indonesia bahkan pernah menduduki peringkat kedua dunia sebagai negara penghasil sampah sisa makanan terbesar dengan jumlah sampah yang dihasilkan rata-rata 300 kg/orang/tahun.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian mencatat bahwa jika seluruh sampah sisa makanan di Indonesia dikumpulkan, maka jumlahnya akan mencapai sekitar 1,3 juta ton. Adapun jenis sampah sisa makanan yang dihasilkan oleh setiap orang per tahun diantaranya adalah sayuran 7,3 kg, buah-buahan 5 kg, dan beras 2,7 kg.
Sampai Maret 2021 jumlah penduduk miskin di Indonesia telah mencapai 27,54 juta jiwa atau 10,14% dari total penduduk Indonesia. Potensi pertambahan penduduk miskin di Indonesia juga semakin tinggi seiring dengan pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.
Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di Pulau Jawa dan Bali, pemerintah telah menyalurkan bantuan berupa beras sebanyak 11.000 ton untuk penduduk miskin. Angka ini akan kembali bertambah karena menurut data dari Kementerian Sosial masih terdapat 24,7 juta keluarga yang ditargetkan oleh pemerintah hingga tahun 2022 untuk mendapatkan bantuan program sembako atau bantuan pangan non tunai.
Kondisi ini tentu menjadi ironi dengan kebiasaan penduduk khususnya di perkotaan yang cenderung berperilaku boros dengan membuang makanan yang masih layak makan. Sementara masih banyak penduduk Indonesia yang mengalami kelaparan karena kemiskinan.
Bayangkan saja, jika satu orang penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa menyisakan satu butir nasi untuk sekali makan, dengan asumsi bahwa 1 gram beras berisi 50 butir beras, maka dalam sekali makan, penduduk Indonesia membuang beras sebanyak 5,4 ton.
Dalam satu hari kita makan tiga kali. Total beras yang terbuang adalah 16,2 ton/hari. Dalam satu minggu, maka akan terbuang beras sebanyak 113,4 ton. Dengan demikian, dalam satu tahun beras yang terbuang sebanyak 5.443,2 ton. Itu artinya beras yang terbuang setara dengan hampir 50% kebutuhan beras untuk bantuan selama PPKM level 4.
Berapa banyak orang yang bisa dipenuhi kebutuhan pokoknya?
Jika rata-rata konsumsi beras per orang adalah 0,54 kg/hari, maka jumlah beras yang menjadi sampah sisa makanan setiap hari dapat memenuhi kebutuhan makanan pokok sebanyak 30.000 jiwa/hari. Faktanya, apakah sisa nasi yang terbuang dari setiap kali makan jumlahnya hanya satu butir setiap orang?
Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2021 ini, kita perlu melakukan evaluasi terhadap pola makan atau gaya hidup kita yang sering membuang makanan. Gaya hidup boros ini harus diubah menjadi gaya hidup hemat.
Biasakan berbagi makanan dengan sesama, atau simpan dan bekukan makanan sisa di lemari pendingin. Selain itu, cermatlah dalam memilih dan belanja produk-produk makanan. Pilih produk makanan yang lebih tahan lama, sehingga jika terdapat sisa makanan bisa disimpan untuk kemudian dimakan kembali di waktu berikutnya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah jangan membeli makanan karena lapar mata. Jangan pula membeli makanan karena merasa banyak uang, terlebih lagi karena adanya potongan harga. Belilah makanan sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan atau kemauan semata.
Sampah sisa makanan juga memiliki dampak negatif yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Sampah sisa makanan akan menghasilkan gas metana di dalam tanah yang berbahaya bagi atmosfer bumi. Selain itu, akan dihasilkan pula karbon dioksida yang menyebabkan timbulnya efek rumah kaca.
Sampah sisa makanan juga akan menimbulkan efek bau yang ditimbulkan oleh proses pembusukan. Belum lagi air lindi (leachate) yang dihasilkan. Ini adalah cairan beracun yang mengandung polutan sangat tinggi yang berasal dari proses pembusukan sampah termasuk sampah sisa makanan. Air lindi berpotensi mencemari sumber air dalam tanah dan lingkungan sekitar jika tidak ditangani dengan baik.
Dengan pengurangan sampah sisa makanan, maka kita berkontribusi terhadap penghematan cadangan makanan. Selain itu, akan terhindar dari ancaman kekurangan pangan, membatu saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Sekaligus ikut menjaga kebersihan, kesehatan, keindahan dan kelestarian alam.
Langkah kecil kita, berdampak besar untuk masa depan Indonesia.
Selamat memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2021. Mari kita maknai kembali peringatan Hari Pangan Sedunia dengan meningkatkan kepedulian kita terhadap masalah kemiskinan dan kelaparan. (*)
*(Doktor Bidang Teknik Sistem dan Industri IPB. Ketua Program Studi Teknik Industri – Universitas Buddhi Dharma Tangerang)
Diskusi tentang ini post