SETIAP orang punya rancangan strategi sendiri untuk menghadapi sesauatu, mendapatkan sesuatu, atau menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Ada yang mempersiapkannya jauh-jauh hari, atau dengan waktu yang sangat panjang, dan ada juga yang mempersiapkannya dengan waktu singkat namun dengan persiapan yang matang.
Maka, kita sering kali mendapatkan analogi sederhana ini; “Persiapan yang matang adalah setengah dari kemenangan,” itu memang benar adanya. Sebab, tidak semua persiapan yang panjang itu akan menghasilkan persiapan yang matang.
Kontestasi politik menuju 2024 mendatang, entah itu kontestasi pemilihan legislatif (Pileg), pemilihan presiden (Pilpres), atau bahkan pemilihan kepala daerah (Pilkada), menjadi ajang adu strategi bagi setiap kontestannya. Dan diyakini bahwa, panjangnya waktu pesiapan itu tidak selalu membuahkan strategi yang matang.
Melihat peta politik Pileg misalnya, banyak partai yang notabene sudah mulai ancang-ancang Menyusun strategi memenangkan Pemilu. Persiapannya juga begitu panjang. Ada yang memulainya sejak tahun 2020 lalu, dan ada yang mulai menggeliat mulai penghujung tahun 2021 ini.
Kebanyakan startegi yang dituangkan oleh banyak partai politik dalam mendulang suara untuk kontetasi pileg ini adalah dengan mendorong setiap ketua parpolnya untuk maju dalam kontetasi Pilpres. Itu nyata dan fakta. Strategi itu nyatanya memang dilakukan oleh semua partai, mulai dari PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PKB, PKS, Demokrat, PPP, PAN, hingga PSI mendorang masing-masing ketuanya untuk maju sebagai calon presiden.
Strategi ini boleh jadi benar. Atau bisa jadi sudah dihitung secara matang oleh masing-masing parpol di atas. Tapi bisa jadi, sebagian parpol yang mengusung strategi ini hanya melihat panjangnya masa persiapan Pileg yang berbarengan dengan Pilpres namun tidak mempersiapkannya secara matang. Dan saya prediksikan, parpol yang siap dengan strategi ini secara matang akan mendulang hasil maksimal, ketimbang hanya mempersiapkannya dalam waktu yang panjang.
Panjangnya Persiapan PDI Perjuangan yang Belum Matang
Memiliki waktu yang sangat panjang, yakni sejak tahun 2014, dimana menjadi pemenang Pemilu di dua edisi terakhir (2014 dan 2019), PDI Perjuangan jelas menjadi parpol yang memiliki waktu paling panjang untuk merengkuh hasil maksimal pada perhelatan Pemilu 2024 mendatang.
Sayangnya, persiapan yang panjang ini akhirnya terlihat belum matang karena terlihat sekali bahwa PDI Perjuangan tidak mempersiapkan penerus Joko Widodo. Akhirnya bermunculan dua poros di internal PDI Perjuangan untuk mendongkrak suara Pileg dengan munculnya dua figur calon presiden (Capres) dari partai moncong putih ini.
Munculnya Puan dan Ganjar sepengamatar penulis adalah pemborosan waktu yang panjang bagi PDI Perjuangan karena pada penghujung periapan memuculkan suara tidak bulat dalam proses penghimpunan suraa untuk memenangkan Pileg akibat dampak dari munculnya dua kandidat Capres, yakni Puan dan Ganjar.
Celakanya lagi, jika nantinya PDI Perjuangan memilih 1 dari 2 kandidat Capres ini, maka secara otomatis akan membelah keberpihakan pilihan untuk parpol itu sendiri. Apalagi, sudah ada beberapa parpol yang coba mendulang untung dari munculnya dua kekuatan besar Capres pada tubuh PDI Perjuangan. Mislanya, ada Nasdem, Golkar, maupun PKS yang siap menampung Ganjar seadainya tidak diusung oleh PDI Perjuangan.
Melihat ini, tentu Analisa sederhanya menyatakan bahwa PDI Perjuangan ternyata tidak memanfaatkan persiapan panjang menjadi persiapan matang menjelang perhelatan Pemilu 2024 mendatang. Ini yang dapat dikatakan strategi mengusung kandidat Capres untuk mendulang suara maksimal pada Pileg akan kandas ketika dua kandidat Capres ini ternyata berseberangan dalam kontestasi Pilpres mendatang.
Siap-siap saja, jika salah satu dari keduanya gagal mentas, maka parpol lain yang akan mendulang limpahan sudara dari konflik yang terus meruncing ini. Itu mengapa dapat dikatakan panjangnya pesiapan PDI Perjuangan tidak serta-merta menggaransi menjadi persiapan yang matang untuk parpol memilik kemenangan di perhelatan Pemilu 2014 dan 2019 lalu ini.
Golkar Terus Mematangkan Persiapan
Berbeda dengan PDI Perjuangan, yang akan menemui jalan kemunduran akibat munculnya dua kandidat, Golkar justru sebaliknya. Parpol besutan Airlangga ini, meskipun dinyatakan belum memiliki persiapan matang, namun lebih siap mematangkan persiapan strateginya dari hari ke hari.
Munculnya sosok tunggal, Airlangga Hartarto justru bentuk kesiapan Golkar lebih matang dibandingkan partai lainnya. Lebih-lebih, jaringan internal Golkar sepakat dan sekata untuk mengusung ketua umum mereka untuk menjadi satu-satunya Capres pada 2024 mendatang.
Kendati masih banyak kekurangan di sana-sini, Golkar nyatanya terus mematangkan kesiapan untuk mendulang kemenangan dalam Pemilu 2024 nanti. Bahkan, melihat konflik di tubuh PDI Perjuangan tidak menutup kemungkinan Golkar tidak akan berhenti terus merayu Ganjar untuk berdampingan dengan Airlangga dalam pasangan siap menuju 2024.
Jika mencapai komposisi Capres ini, Golkar dianggap mampu untuk mematangkan kesiapannya menuju kemenangan pada Pemilu 2024. Bahkan, suara partai ini juga akan membengkak karena mendapat limpahan suara loyalis Ganjar yang hijrah dari suara PDI Perjaungan menuju suara Golkar.
Matang tidaknya kesiapan Golkar ini hanya bisa ditentukan jika Golkar mendapatkan komposisi koalisi yang sama dengan parpol yang juga ingin “menculik” Ganjar menjadi kandidat Capres mereka. Dalam hal ini, Golkar tinggal mematangkan kesiapan ini dengan meyakinkan Nasdem atau PKS untuk sama-sama meminang Ganjar dan mau menduetkan degan ketua umum Golkar menjadi pasangan Airlangga-Ganjar.
Nasdem yang Santai Namun Matang
Menilik parpol Nasdem, dapat dikatakan parpol besutan Surya Paloh ini memang terlihat santai. Namun, nampaknya Nasdem ini memiliki strategi yang matang dibandingkan PDI Perjuangan atau Golkar. Kenapa? Jelas-jelas Nassdem hanya akan mengusung calon hasik Konvensi yang akan mereka gelar kelak dan kemungkinan nama-nama itu tak akan jauh dari nama sosok kepala daerah yang Namanya terus moncer belakangan ini dan bukan sosok Surya Paloh yang merupakan Ketum mereka.
Matangnya kesiapan Nasdem ini patut diwaspadai oleh PDI Perjuangan dan Golkar sekalipun. Sebab, siapapun yang diusung Nasdem dalam kontestasi Pilpres guna menguatkan suara saat kontestasi Pileg ini menjadi penentu melimpahnya suara untuk partai Nasdem. Terlebih, bidikan Nasdem ini tidak pernah lepas dari 3 sosok nama kepala daerah, Ganjar, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil.
Jika Nasdem berhasil menggandeng Ganjar dan melepaskannya dari PDI Perjuangan, lalu menduetkannya dengan Ketua Umum Golkar, maka Nasdem akan mendulang hasil suara yang tidak sedikit. Pecahan suara milik Ganjar ini akan tercurah untuk Nasdem khususya dan sedikitnya untuk Golkar pada akhirnya. Itu jika pilihan Nasdem adalah mengusung Ganjar dan menduertkannya dengan Airlangga. Dengan komposisi koalisi Golkar-Nasdem.
Beda lagi hasilnya, jika pada akhirnya Nasdem berhasil menggandeng Anies dan tetap menduetkannya dengan Ketum Golkar. Nasdem tetap akan untung karena akan mendulang suara dari loyalis Anies. Bahkan sekalipun akhirnya Nasdem akan memilih Ridwan Kamil dan menyatakan koalisi dengan Demokrat, atau menduetkan Anies dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), maka Nasdem akan tetap untung karena mendapatkan suara dari loyalis Ridwan Kamil.
Artinya, dari strategi yang dijalankan oleh Nasdem ini Nampak memiliki kesiapan yang lebih matang dibandingkan dengan PDI Perjuangan atau Golkar yang sejak awal selalu ada dalam komposisi pemerintahan atau selalu mendapatkan kesempatan yang panjang untuk mempersiapkan diri menuju kontetasi Pemilu 2024 nanti. Ya, Nasdem santai namun matang persiapannya.
Sikap Nasdem ini bukan tidak ada masalah, santainya Nasdem dalam mengambil keputusan apakah akan memilik Ganjar, Anies, atau Ridwan Kamil ini justru menjadi kewaspadaan parpol lain untuk cepat-cepat mengikat koalisi. Karena Nasdem bisa dianggap mencari keuntungan di akhir tikungan.
Mereka yang Siap Namun Tidak Matang
Mengulas peta politik menjelang Pemilu 2024 tidak sah rasanya jika tidak mengulas juga parpol PKB, Demokrat, PKS, PAN, dan PSI. Kelima parpol ini nampaknya sangat-sangat siap menghadapi Pileg dan Pilpres 2024 mendatang. Terlebi Demokrat dan PKS yang memilih jalan tidak bergabung dalam koalisi besar pemerintahan. Mereka Nampak sangat siap untuk mendulang suara Pileg dengan gerbongnya sendiri.
Kedua parpol ini juga terus menyurakan AHY (Ketum Demokrat) dan Ahmad Syaikhu (Presiden PKS), atau pimpinan parpol mereka masing-masing sebagai Capres internal mereka. Ini bukti bahwa meraka sangat amat siap menghadapi Pilpres maupun Pileg. Hanya saja, pengamatan sederhana kedua parpol ini Nampak siap namun tidak matang mempersiapkan strateginya.
Kedua parpol ini masih terus digerogoti oleh ganguan eksternal mereka masing-masing. Demokrat yang terus diganggu dengan KSP Moeldoko, dan PKS yang diganggu dengan kemunculan Parpol Gelora, menjadi bukti shahih bahwa kedua parpol ini masih memiliki titik lemah untuk menghasilkan suara Pileg yang maksimal. Yang juga berdampak pada ketidak tertarikan parpol lain untuk bersama-sama menjalin koalisi dengan keduanya, karena tidak ingin kena dampak dari ganguan eksternal yang sedang keduanya hadapi.
Kondisi PKS ini sama dengan PAN. Meski terus mendorong Ketum Zulkifli Hasan menjadi poros Capres mereka sendiri, nampaknya PAN masih memiliki masalah eksternal dengan munculnya Partai Ummat besutan pendiri mereka Amien Rais. Berdampak langsung ataupun tidak langsung, kemuculan Partai Ummat ini jelas akan mempengaruhi kesiapan matang PAN sehingga Nampak PAN tidak siap menghadapi Pileg dan Pilpres mendatang.
Bagaimana dengan PKB dan PSI. Jika diamati, keduanya jelas juga memiliki kesiapan yang sangat baik. Giring Nidji (Ketum PSI) sudah jauh-jauh hari dideklarasikan sebagai Capres PSI sebagai upaya mengais suara yang lebih maksimal lagi untuk 2024. Demikian dengan PKB yang mengusung Muhaimin Iskandar (Ketum PKB) untuk mendongkrak tinggi-tinggi suara PKB dengan sosok yang kerap gonta-ganti panggilan di publik ini.
PSI Nampak sangat siap, namun tidak matang. Ketidakmatangannya ini disebabkan akan banyak bermunculan pihak-pihak yang mempertanyakan sosok Giring yang lebih dikenal sebagai penyanyi ketimbang aktor politik. Demikian dengan Muhaimin, orang masih bingung harus memanggil beliau dengan sebutan apa? Cak Imin, Gus Ami, atau bisa jadi berubah lagi nama panggilannya. Itu jelas membuat orang bingung dengan konsistensi PKB. Dari pengamatan ini, jelas baik Demokrat, PKB, PKS, PAN atau PSI ini dinyatakan siap namun sama sekali tidak matang.
Kesiapan Matang Gerindra yang Terganggu
Melihat sepak terjang Gerindra menuju Pilpres dan Pileg 2024, menjadi pengamatan yang menarik. Kesimpulan sederhananya, Gerindra menjadi satu-satunya Parpol yang memiliki Kesiapan Matang namun memiliki waktu yang sempit untuk memutuskan.
Kenapa demikian, Gerindra dengan sosok ketum Prabowo Subianto jelas paling siap menghadapi Pileg dan Pilpres. Sosok Prabowo adalah sosok tunggal yang akan mewakili Capres dari partai ini, dan tidak banyak konflik internal maupun eksternal. Namun, Prabowo memiliki waktu yang sempit karena harus menunggu PDI Perjuangan untuk memutuskan Capres/Cawapres mereka, apakah Puan, ataupun Ganjar.
Waktu yang sempit ini justru akan membuat kesiapan matang Gerindra bisa berantakan saat penghujung pertarungan. Sebab, dengan masalah PDI Perjuangan yang memiliki dua kandidat ini, bisa saja Gerindra akan kembali menuai kekalahan mana kala, Puan yang didorong mendampingi Prabowo dan Ganjar lari ke parpol yang lain.
Wajar jika Analisa ini demikian. Sebab, Prabowo sudah jelas siap dan matang, Gerindra pun demikian. Namun dengan belum matangnya komposisi dalam PDI Perjuangan akan banyak perdampak pada hasil akhir suara Gerindra dalam Pileg yang juga berimbas pada suara Prabowo dalam Pilpres. Jika didorong duet Prabowo-Puan, maka kontestasi Pilpres Prabowo akan terganggu besar karena akan kehilangan suara loyalis Ganjar.
Bahkan, Gerindra bisa jadi akan mendapatkan nasib buruk menjadi musuh bersama dan dikepung oleh banyak parpol untuk menggalkan upaya Prabowo-Puan (Gerindra-PDI Perjuangan) menjadi pemenang baik dalam Pileg maupun Pilpres 2024 mendatang. Saran untuk Gerindra, jangan sampai persiapan matang mereka terganggu karena konflik dua poros Capres PDI Perjuangan. (*)
*(Direktur Tangerang Leadership Management, Mantan Ketua KPU Kota Tangerang)
Diskusi tentang ini post