SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG–Di era kemajuan teknologi, pemerintah cukup kewalahan dalam menangkal hoaks dan disinformasi. Dalam dua tahun terakhir, hoaks terus menyebar secara luas. Oleh karenanya, dibutuhkan peran serta seluruh elemen untuk menangkalnya.
Demikian ditegaskan Asisten Daerah (Asda) I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Setda Kabupaten Pandeglang, Ramadani, saat menghadiri acara Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pentingnya Peran Masyarakat dalam Menangkal Hoaks dan Disinformasi Vaksinasi Covid-19,” yang digelar di salah satu hotel di Pandeglang, Selasa (23/11/2021).
“Kita sulit mencegah hoaks di era kemajuan teknologi. Oleh karena itu, kami mengapresiasi acara ini untuk memberi kontribusi positif, pentingnya vaksinasi dan risiko paparan Covid-19,” kata Ramadhani.
Ia memastikan, vaksinasi menjadi salah satu jalan keluar terhindar dari paparan Covid-19. Apalagi bila sudah divaksin, risiko terjangkit lebih kecil, karena kekebalan tubuh kian menguat.
“Yang terjangkit Covid-19, 75 persen karena belum divaksin. Kalau sudah divaksin, tingkat kesembuhannya juga tinggi. Jadi, hal ini cukup membuktikan bahwa vaksin sangat penting,” tambahnya.
Ia juga membeberkan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai dampak vaksin. Sebab sudah dilakukan uji klinis. Terlebih, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah mengeluarkan fatwa, mengenai kehalalan dan keamanan vaksin.
“Kami mendorong masyarakat yang belum divaksin, agar mau divaksin, demi mewujudkan herd immunity. Dengan begitu, bukan hanya menekan risiko paparan Covid-19, tapi juga bisa segera mengembalikan aktivitas masyarakat,” tandasnya.
Ketua panitia pelaksana FGD Kelompok Kerja Wartawan (Porwan) Pandeglang, Rifat Alhamidi menyatakan, demi meningkatkan edukasi serta peran aktif media komunikasi agar masyarakat dapat menerima informasi yang benar dan akurat tentang vaksinasi Covid-19, menjadi salah satu landasan digelarnya kegiatan ini.
Terlebih, maraknya kekeliruan informasi bahkan hoaks, mengenai vaksinasi. Akibatnya, capaian vaksin di Pandeglang tercatat masih rendah dibanding daerah lain di Provinsi Banten.
“Dari catatan kami, awal target vaksinasi sekitar 900 ribu jiwa. Tapi sampai saat ini perlu didorong, karena belum sesuai target. Sampai November, realisasinya masih di bawah 25 persen. Padahal target Pemkab sampai akhir tahun bisa 50 persen,” ujar Rifat.
Salah satu faktor rendahnya vaksinasi tambahnya, karena maraknya informasi hoaks dan disinforimasi perihal vaksin Covid-19. Sehingga, masyarakat enggan divaksin, karena berbagai ketakutan maupun kekhawatiran.
“Padahal dengan mempercepat vaksin, akan menciptakan kekebalan tubuh komunal. Jika itu sudah tercapai, maka aktivitas masyarakat akan segera kembali normal,” sambungnya. (nipal)
Diskusi tentang ini post