Setiap generasi memegang peran dan andil yang besar dalam upaya meraih bonus demografi. Karena itu, agar bonus demografi benar-benar dapat diraih melalui optimalisasi industri kreatif dan agromaritim, diperlukan strategi khusus.
HASIL Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap data dan fakta yang sangat menarik terkait kategorisasi usia penduduk Indonesia saat ini. Setidaknya terdapat enam kategori usia penduduk Indonesia yaitu Pre-Boomer, Baby Boomer, Generasi X (Gen X), Milenial, Generasi Z (Gen Z), dan Post Generasi Z.
Dari total 270 juta jiwa lebih penduduk Indonesia, sebanyak 69,38 juta jiwa (25,87%) termasuk ke dalam kategori Milenial. Generasi yang lahir pada rentang waktu tahun 1981 – 1996 tersebut, saat ini berusia antara 24 – 39 tahun.
Generasi X berjumlah sekitar 58,65 juta jiwa (21,88%). Generasi kategori ini lahir antara tahun 1965 – 1980 dan kini berusia antara 40 – 55 tahun. Sedangkan Generasi Z yang lahir pada rentang tahun 1997 – 2012 dan sekarang berusia antara 8 – 23 tahun, diperkirakan sebanyak 74,93 juta jiwa (27,94%).
Komposisi penduduk tersebut menunjukkan saat ini Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Yakni suatu keadaan di mana jumlah penduduk usia produktif (usia 15 hingga 64 tahun) lebih banyak dari jumlah penduduk usia tidak produktif.
Bonus demografi harus dikonversi menjadi nilai ekonomis yang dapat dinikmati. Salah satu upayanya adalah dengan mengoptimalkan potensi dan peluang yang dimiliki industri kreatif dan agromaritim.
Industri kreatif adalah industri yang berbasis kreativitas, keterampilan, serta bakat individu atau sekelompok orang. Industri kreatif banyak mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu atau sekelompok orang tersebut.
Terdapat 17 jenis industri kreatif yang potensial untuk dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Yakni pengembang games, arsitektur, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner, film; animasi dan video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya, periklanan, serta seni pertunjukan.
Industri agromaritim adalah industri yang berbasis bahan baku yang dihasilkan dari bidang pertanian (perkebunan, peternakan, kehutanan) dan kelautan (perikanan). Industri minyak goreng, tepung, susu, kopi, teh, obat-obatan herbal, jus buah, furnitur, industri pengalengan ikan, industri pengolahan daging, adalah contoh beberapa industri agromaritim yang akrab dengan masyarakat.
Industri kreatif dan agromaritim terbukti memiliki resiliensi sangat baik terhadap badai pandemi Covid-19 selama ini. Keduanya telah membuktikan kelayakannya menjadi backbone perekonomian Indonesia pasca pandemi.
BPS mencatat kontribusi bidang agromaritim terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada triwulan kedua tahun 2021 sebesar Rp. 596,01 triliun. Industri kreatif, memberikan total kontribusi sebesar Rp. 1.100 triliun pada tahun 2020.
Kedua industri ini memiliki peluang yang sangat besar. Kebutuhan produk-produk agromaritim khususnya pangan, akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk Indonesia maupun dunia.
Sementara itu, eksistensi industri kreatif akan semakin kuat, tumbuh dan berkembang dengan adanya dukungan yang kuat dari pemerintah. Selain itu, Perserikatan Bangsa-bangsa juga mengeluarkan resolusi nomor A/RES/74/198 yang menetapkan tahun 2021 sebagai Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Banyak negara yang telah berhasil dengan mengembangkan industri kreatif. Sebut saja misalnya Korea Selatan. K-Pop dan drakor ada sebagian industri kreatif negeri itu yang diimpor oleh Indonesia. Penggemarnya lintas usia, mulai anak baru gede hingga emak-emak.
Lain lagi dengan Amerika Serikat yang sudah terlebih dahulu merajai industri kreatif. Sebut saja film Hollywood dan aneka pertunjukan musik hingga hiburan lainnya. Negeri juga merupakan eksportir produk-produk pertanian terbesar di dunia, disusul oleh China, Brasil, dan Australia.
Di Asia Tenggara, Thailand adalah pesaing Indonesia dalam berebut pangsa pasar. Sementara itu di sektor maritim, pesaing Indonesia adalah China, India, Peru, dan Amerika.
Setiap generasi memegang peran dan andil yang besar dalam upaya meraih bonus demografi. Karena itu, agar bonus demografi benar-benar dapat diraih melalui optimalisasi industri kreatif dan agromaritim, diperlukan strategi khusus.
Adalah fakta bahwa pelaku industri kreatif adalah Gen X yang berkolaborasi dengan generasi Milenial. Namun, kecenderungan yang terjadi adalah ide kreatif dan inovatif dari generasi Milenial lah yang memegang peranan penting dan memicu perkembangan industri kreatif tumbuh begitu cepat.
Fakta menarik lainnya adalah bahwa industri kreatif tidak hanya dipegang oleh Gen X dan generasi Milenial. Sebagian dari Gen Z juga sudah mulai menggeluti bisnis di industri kreatif.
Sebagian Gen Z saat ini adalah usia pelajar dan mahasiswa. Banyak industri kreatif yang mulai dirintis oleh Gen Z dari bangku sekolah atau kuliah. Dengan adanya kurikulum entrepreneurship di sekolah dan kampus, membuat sebagian Gen Z tertarik untuk menggeluti industri kreatif di sela-sela kesibukannya sebagai pelajar atau mahasiswa.
Bagaimana dengan industri agromaritim? Sedikit berbeda dengan industri kreatif, tantangan dirasakan lebih berat untuk mengembangkan industri agromaritim bagi generasi Milenial dan Gen Z.
Mengapa demikian? Karena pengembangan industri agromaritim tidak bisa lepas dari pengembangan di sektor hulunya. Saat ini kedua sektor hulu tersebut lebih banyak didominasi oleh Gen X dan Baby Boomer.
Generasi Milenial kurang menyukai profesi sebagai petani atau nelayan. Karena itulah, peranan pemerintah dan pemangku kepentingan agromaritim lainnya sangat dinantikan agar bonus demografi dapat diraih melalui sektor ini.
Generasi Milenial dan Gen Z wajib menyadari potensi dan peluang yang ada di sektor agromaritim. Sebagai contoh, strategi yang menarik dan tepat adalah yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian yaitu menciptakan petani milenial dengan target sebanyak 2,5 juta petani milenial pada tahun 2024.
Pengukuhan Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan yang dilakukan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, merupakan upaya nyata untuk meningkatkan minat dan keterlibatan generasi Milenial dalam berbagai aktivitas sektor pertanian.
Sejatinya keterlibatan generasi Milenial di sektor agromaritim saat ini sudah mulai tampak, terutama dalam pengembangan e-commerce produk-produk pertanian. Hal ini dapat dilihat dari mulai tumbuh dan berkembangnya berbagai market place khusus produk-produk agromaritim.
Dengan demikian maka pemerintah dan pemangku kepentingan agromaritim lainnya wajib melakukan akselerasi berbagai program terkait agromaritim yang melibatkan generasi Milenial dan Gen Z.
Strategi-strategi di atas, semestinya menjadi perhatian lintas generasi. Kita tentu tidak ingin bonus demografi justru berubah menjadi bencana demografi. (*)
*(Doktor Bidang Ilmu Teknik Sistem dan Industri – IPB. Ketua Program Studi Teknik Industri – Universitas Buddhi Dharma Tangerang)
Diskusi tentang ini post