SATELITNEWS.ID, TANGERANG – Korea Selatan membuat Inovasi baru dalam mencegah penularan Covid-19, yaitu pemakaian masker hidung atau disebut Masker Kosk. Namun, penggunaan masker tersebut menuai kontropersi, pasalnya,pemakaian masker hidung ini menjadi aneh.
Hingga Profesor epidemiologi asal Australia Catherine Bennett menanggapi hal tersebut, menurutnya, adanya masker hidung memang aneh. Namun, hal itu jauh lebih baik, daripada tidak memakai masker sama sekali.
Lain halnya, Profesor Catherine Bennet, pakar epidemiologi dari Deakin University’s Institute for Health Transformation di Australia mengatakan, bahwa masker hidung memang terkesan konyol. Akan tetapi, hal itu lebih baik daripada hidung tak memiliki proteksi ketika kita makan dan minum.
“Mungkin saja itu akan memberikan perbedaan secara marginal,” ujar Catherine, dikutip dari nine news. Selasa (8/2/2022).
Sementara itu, Media Inggris The Guardian juga berkomentar bahwa mungkin efektivitas masker hidung ini nggak begitu gede. Tapi nggak ada salahnya juga memakai masker hanya di hidung, karena penelitian menemukan bahwa hidung merupakan jalan masuk virus yang paling rentan.
Dilansir dari Koreaboo, adanya tren baru penggunaan masker hidung di Korea Selatan, diciptakaan untuk menyantap makanan.
Berbeda dengan sebelumnya, biasanya masker menutup bagian hidung hingga dagu, namun, kali ini Terlihat masker hidung hanya menutup bagian hidung.
Dengan inovasi masker Kosk diklaim untuk market penggunaan di restoran jadi pengunjung restoran bisa menikmati makanan dengan nyaman tetapi sambil bisa menutupi hidung mereka sambil makan. Karena biasanya ketika akan makan masker harus dibua terlebih dahulu.
Tidak hanya itu, Korea Selatan membagi antara masker untuk hidung dan untuk mulut. Sehingga, ketika dalam kondisi normal, keduanya harus dipakai. Yang sisi bawah bisa dilepas pas mau makan. Yang sisi atas dilepas ketika mau colok hidung buat tes antigen atau PCR.
Diketahui Saat ini, Korea Selatan masih dihadapkan dengan wabah Corona. Rekor COVID-19 di Korea Selatan menyentuh 22,907 kasus pada Kamis (3/2/2022) lalu setelah menyentuh angka 20 ribu pada hari Rabu. Kecepatan penyebaran wabah ini tak luput dari varian Omicron yang lebih mudah menular.