SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG–Koordinator Relawan Banten, Lulu Jamaludin menegaskan, selain mitigasi bencana. Penting juga ditekankan asesmen (identifikasi), saat terjadi bencana. Sehingga, dapat dibedakan mana korban dan mana yang hanya terdampak.
Kata Lulu, setiap bencana alam yang terjadi di wilayah Banten, baik banjir, tsunami, gempa dan sebagainya. Sedikit sekali lembaga yang menekankan pada proses asesmen, sehingga bantuan yang diberikan-pun terkesan serampangan.
“Beberapa hari setelah bencana terjadi, misalnya gempa (seperti di Pandeglang beberapa waktu lalu). Seharusnya, baik relawan, pemerintah, serta lembaga lainnya, memperkuat asesmen. Sehingga, dapat teridentifikasi secara jelas dan pasti mana yang benar – benar korban, mana yang hanya terdampak atau ikut-ikutan panik saat bencana terjadi,” kata Lulu, saat ditemui di Pandeglang, Rabu (16/2/2022).
Ia juga menyontohkan, saat tsunami akhir tahun 2018 silam, banjir bandang Lebak beberapa tahun lalu dan gempa magnutudo 6,6 Pandeglang awal Januari lalu. Ia bersama tim relawan Banten, melakukan asesmen ke lapangan paling lambat 2 minggu sampai 1 bulan.
Terkait penanggulangan atau penanganan korban bencana, ujar Lulu, dilakukan biasanya sampai 4 bulan sampai situasi benar – benar normal, serta masyarakat beraktivitas seperti biasa lagi.
“Sampai sekarang, kami masih membantu penanganan pembangunan musola di wilayah selatan Pandeglang, yang ambruk akibat getaran gempa magnitudo 6,6,” tambahnya.
Ia berharap, ada kesamaan persepsi antara mitigasi bencana, penanganan bencana dan penanggulangannya, serta langkah – langkah lainnya. Sehingga, penyelesaian di lapangan dilakukan secara bersama – sama, dan tak lagi ada ego sektoral.
Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, Agus Suryana menyatakan, pihaknya kerap berkoordinasi secara intens dengan seluruh pihak terkait dalam menanggulangi bencana.
“Baik dengan TNI/Polri, Basarnas, aparatur kecamatan dan desa, serta pihak terkait lainnya. Sehingga, apapun yang menjadi kesepakatan bersama, ditanggulangi bersama,” ujar Agus.
Menyinggung soal asesmen, ia menegaskan, pihaknya-pun melakukan hal itu. Bahkan tandasnya, ada tim khusus untuk melakukan asesmen tersebut.
Diberitakan sebelumnya, bencana tak dapat diprediksi. Oleh karenanya, kenali tandanya dan perkuat mitigasinya. Sehingga, risiko dan dampak dari bencana yang terjadi, dapat diminimalisir.
Demikian diungkapkan Devy Kamil Syahban, perwakilan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), saat menghadiri acara NGOPI (Ngolah Pikir) yang digagas Boedak Saung, di Panggung Budaya Disparbud Kabupaten Pandeglang, Selasa (15/2/2022).
Katanya, tidak setiap gunung meletus atau erupsi disebut bencana. Dengan demikian, harus dikenali peringatan dininya. “Kita perlu menyamakan persepsi. Sehingga, penanganannya juga bersama-sama,” kata Devy, Selasa (15/2).
Menurutnya, pemerintah harus mempersiapkan mitigasinya, salah satunya dengan membiasakan pelatihan. “Semakin sering latihan, akan memudahkan kita dalam menghadapi bencana,” ujarnya. (mardiana)