SATELITNEWS,ID, LEBAK—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak melakukan pemetaan terhadap daerah yang rawan terjadi kekeringan dan krisis air bersih tahun 2022 ini. Hasilnya dari 28 ada 15 kecamatan masuk ketegori tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Lebak, Febby Rizki Pratama mengatakan, Kabupaten Lebak salah satu kabupaten yang kerap dilanda kekeringan dan air bersih saat musim kemarau. Oleh karenanya, harus diketahui mana saja yang masuk kategori tersebut. Pemetaan diperlukan agar nanti saat ditanggulangi bisa berjalan sesuai harapan.
“Betul, sudah dipetakan mana saja daerah rawan terjadi kekeringan dan berpotensi mengalami krisis air bersih tahun ini. Ya ada 15 dari 28 kecamatan di Lebak masuk dalam kategori daerah rawan kekeringan dan krisis air bersih,” kata Febby, Minggu (20/02/2022).
Kecamatan Cimarga, Kalanganyar, Cibadak, Warunggunung, Sajira, Muncang, Maja, Cirinten, Cileles, Banjarsari, Wanasalam, Cihara, Bayah, Cilograng dan Wanasalam. Ada 31 desa, dan paling banyak desa di Warunggunung dan Cileles, kata Febby masuk kategori rawan kekeringan dan krisis air bersih.
“Walaupun Lebak ini daerahnya dikelilingi perbukitan serta sungai, bukan berarti kekeringan itu tidak terjadi. Untuk menanggulanginya kita perkuat koordinasi baik dengan relawan BPBD yang tersebar di 28 kecamatan maupun dengan pemerintah kecamatan hingga tingkat desa,” ungkap Febby.
Sementara, kebutuhan rata-rata air bersih di 31 desa tersebut 4.000 sampai 15.000 liter per hari. Meski prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak ada potensi kemarau berkepanjangan, namun distribusi air bersih sudah dipersiapkan mengantisipasi terjadinya kekeringan ekstrem.
“Tidak hanya kita (BPBD) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis juga sedang didorong untuk membuat sarana MCK dan air bersih, termasuk Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) tahun ini akan membangun 7 embung untuk menampung air mengantisipasi kekeringan.” kata Febby.
Terpisah, Kepala Dinas PUPR Lebak Irvan Suyatuvika mengatakan, tujuh embung akan dibangun di Kecamatan Rangkasbitung, Maja, Muncang, dan Lebakgedong. “Embung ini untuk penyediaan air baku guna pemenuhan kebutuhan air bagi warga masyarakat,” kata Irvan.
Air hujan yang ditampung kemudian bisa dimanfaatkan untuk memenuhi air baku masyarakat dan kepentingan irigasi. “Di musim hujan, embung berfungsi menampung air hujan, dan kemudian di saat musim kemarau, air tampungannya dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk. Yakni untuk pemenuhan air baku demi kepentingan hidup sehari-hari, atau dimanfaatkan untuk irigasi tanaman,” papar Irvan.
Irvan mengatakan, penanganan kekeringan dan krisis air bersih yang dihadapi masyarakat saat musim kemarau tidak bisa jika hanya dilakukan secara parsial. “Ibu Bupati menginginkan penanganan kekeringan yang selalu terjadi di saat musim kemarau harus ditangani melalui langkah permanen, bukan hanya mengandalkan droping air dari mobil tangki saja,” imbuhnya.(mulyana)