SATELITNEWS.ID, LEBAK—Sedikitnya 38 rumah di Kampung Cihuni, Desa Curugpanjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak rusak berat. Bahkan satu di antaranya rata dengan tanah. Insiden akibat bencana pergerakan tanah tersebut membuat pemilik rumah harus mengungsi di tenda pengungsian yang disediakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak.
Informasi yang dihimpun, bencana pergerakan tanah yang melanda wilayah setempat itu sudah terjadi beberapa beberapa minggu terakhir. Sedikit demi sedikit bencana itu membuat rumah warga retak. Terparahnya Sabtu 19 Februari 2022 lalu, rumah warga mengalami retak yang cukup parah, bahkan satu diantaranya roboh rata dengan tanah.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan Pemkab Lebak pun mendirikan posko pengungsian untuk menampung warga yang terdampak.
“Ada 38 rumah dari 76 jiwa yang terdampak bencana pergerakan tanah itu. Mereka sudah diungsikan ke posko pengungsian agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan sebab melihat dari kondisi kerusakan cukup parah,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak Febby Rizki Pratama saat meninjau lokasi, Kamis (24/02/2022).
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Febby Rizki Prtama mengatakan, dampak bencana pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cihuni saat ini dalam penangannya serta Dinas Sosial.
“Hasil monev tadi lokasi ini cukup berbahaya jika kembali ditempati, oleh karenanya ia akan segera bersurat ke badan geologi untuk mengecek kontur tanah. Jika melihat kondisi seperti ini (rusak berat) relokasi bisa jadi alternatif utama,” ujar Febby. “Untuk kebutuhan logistik sudah kita didistribusikan sebagai langkah pemenuhan kebutuhan pokoknya. Kita berharap masyarakat yang terdampak bisa tenang dan tidak panik,” timpalnya.
Susilawati salah satu warga yang terdampak di kampung setempat mengatakan, kejadian tersebut sudah terjadi sekitar dua minggu. Akibat bencana dirinya juga mengungsi ke rumah saudaranya. “Awal retakannya sedikit, karena setiap malam gerakan tanah itu ada lagi sehingga membuat rumah mengalami retakan cukup parah,” ujar Susilawati.
Dampak kejadian itu, Susilawati dan keluarganya tidak bisa tidur nyaman akibat adanya getaran seperti gempa itu sering terjadi pada malam hari. Saat ini kondisi rumah semi permanen miliknya itu nyaris roboh karena pondasinya amblas. “Takut (jika masih menempati rumahnya yang nyaris roboh), makanya saya memilih mengungsi di posko pengungsian,” ujar Susilawati.
Hal yang sama juga dialami oleh Rasidi, rumahnya mengalami kerusakan pada bagian tembok dan lantai. “Tembok rumah retak-retak, ini lantai rumah juga ambles ke dalam,” katanya saat berada di rumahnya. “Tiap malam jaga terus, antisipasi rumahnya roboh. Keluarga juga sudah diungsikan. Jadi hanya saya yang bermalam di sini jaga,” timpal Rusdi lainnya yang terdampak pergerakan tanah.(mulyana)