“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat” (QS. Al Israa 17:1)
ISRA Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah di kalangan umat Islam. Karena itu, setiap tanggal 27 Rajab umat Islam di Indonesia selalu memperingati peristiwa luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW. Pada tahun ini, umat Islam masih memperingati Isra Miraj di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Moment Isra dan Miraj di tengah pandemi sangat istimewa.
Jika kita melihat kembali sejarah moment tersebut, bahwa Allah SWT memberikan karunia istimewa kepada Nabi Muhammad SAW, ketika beliau sedang dalam keadaan sedih yang mendalam. Di tahun ke-10 kenabian adalah sesi Nabi Muhammad diberikan cobaan berat, ditinggal oleh dua orang yang senantiasa mendukung perjalanan dakwahnya. Istri tercinta Sayyidatul Khadijatul Kubra meningal dunia, setelahnya disusul oleh Paman tercinta Abu Thalib.
Khadijah lah yang selalu menemani Rasulullah dalam menjalankan dakwahnya dan istrinya ini selalu mendampingi beliau. Sementara, Abu Thalib selama hidupnya selalu juga membela Rasulullah SAW. beliau sangat sedih ketika ditinggalkan dua orang yang dicintainya itu. Ketika dalam keadaan sedih seperti itu, maka Rasulullah SAW diberikan kesempatan perjalanan Isra dan Miraj, dan di situlah Allah SWT memberikan ketenangan kepada hati Nabi.
Dalam perjalanan istimewa tersebut ada pesen luar biasa bagi ummatnya. Pertama, adalah risalah kewajiban Sholat. Perjalan mi’raj Rasululloh SAW awalnya diwajibakn untuk melaksanakan sholat sebanyak 50 kali dalam sehari, namun hal tersebut sulit untuk disanggupi oleh Ummatnya, sampai akhirnya dititik terakhir Allah SWT memberikan kewajiban kepada ummat Nabi Muhammad SAW hanya lima kali dalam sehari.
Shalat merupakan kewajiban bagi seorang muslim. Bahkan menjadi tolok ukur pembeda dengan orang di luar Islam. Muslim yang mendirikan sholat maka sejatinya mereka telah mengokohkan agama Islam, begitu sebaliknya jika tidak melaksanakan sholat, maka mereka termasuk kelompok yang merobohkan agama Islam. Risalah Sholat memang mempunyai keistimewaan tersendiri dibanding syariat lain, baik dari waktu melaksanakannya, syarat-rukunnya, bahkan ada hal yang perlu dilakukan sebelum sholat dilaksanakan, yaitu dikumandangkannya adzan. Adzan sejatinya adalah panggilan Allah SWT untuk ummat Islam melaksanakan kewajiban Sholat lima waktu. Kumandang Adzan tidak pantas dibandingkan dengan suara lain, apalagi suara hewan tertentu. Menganalogikan suara adzan dengan suara hewan adalah sebuah pemikiran yang sangat keliru.
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At Taubah 9:65)
Maka, di saat pandemi yang seperti ini, cara paling efektif memperoleh perlindungan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan senantiasa mendirikan sholat. Dengan sholat maka seorang muslim akan beruntung dan mencapai kemenangan.
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya,” (QS. Al Mu’minun 23:1-2)
Hikmah kedua, adalah ketangguhan dalam menyikapi cobaan.
Sebelum peristiwa Isra Miraj, saat Nabi Muhammad berdakwah di Kota Mekah, beliau diuji oleh Allah SWT dengan kehilangan orang – orang tercintanya serta mendapat penindasan dari kaum Quraisy. Hal itu merupakan takdir dari Allah SWT agar Nabi Muhammad menjadi sosok yang tangguh, karena tantangan dakwah nabi Muhammad SAW ke depan akan sangat berat dan penuh tantangan dalam menyebarkan agama Islam.
Setelah peristiwa Isra Miraj, tepatnya setelah hijrah ke Madinah tantangan Nabi Muhammad semakin berat. Peristiwa perang badar, perang uhud dan perang lainnya menjadi sejarah bahwa perjuangan dakwah Nabi Muhammad di Madinah penuh tantangan dan berliku. Nabi Muhammad SAW pada peristiwa sebelum dan sesudah Isra Miraj tidak menyerah dan putus asa bahkan beliau menjadi tangguh, kuat dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam menyebarkan Agama Islam yang penuh tantangan yang berliku.
Kita sebagai umat nabi Muhammad dapat mengambil pelajaran untuk tidak mudah menyerah dan mendekatkan diri kepada Allah atas cobaan yang silih berganti dalam hidup, terutama ditengah pandemi Covid-19 ini. Fitnah akan silih berganti, boleh jadi risalah kenabian yang benar akan dilecehkan, justru yang bertentangan dengan syariat didukung. Memutarbalikan logika hanya untuk kepentingan kekuasaan, duniawi semata.
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah 9 : 67)
Maka hal yang perlu kita pegang adalah keistiqomahan dalam menjalankan risalah kenabian sesuai yang beliau sampaikan, contohkan. Tidak dengan mengatasnamakan untuk menyesuikan situasi dan kondisi lokal justru menomorsekiankan risalah kenabian.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah 2 : 170)
Hikmah Ketiga, keberanian dan Istiqomah dalam menyampaikan kebenaran.
Setelah peristiwa Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW menyampaikan perjalanan Isra Miraj kepada rakyat Mekkah. Namun banyak di antara mereka tidak mempercayai Nabi Muhammad.Bahkan ada yang awalnya beriman setelah mendengar cerita nabi Muhammad SAW mengenai Isra Miraj, mereka keluar dari Islam. Bahkan menuding dengan kata-kata nyiyir.
Nabi Muhammad juga menceritakan bukti–bukti untuk memperkuat tentang peristiwa Isra Miraj.Walau mendapat cacian dan ejekan dari orang musyrik yang tidak mempercayai kisah beliau, Nabi Muhammad SAW tetap menyampaikan kebenaran walau pahit meskipun banyak orang yang tidak mempercayainya. Sahabat pertama yang meyakini kebenaran peritiswa Isra Miraj adalah Abu Bakar, yang kemudian karena keberanianya meyakini beliau diberikan gelar Ashshidiq.
Menyampaikan kebenaran terkadang tidak mudah, kebenaran juga terkadang justru akan mengusik kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Maka keistiqomahan dalam menyampaikan risalah kebenaran sangat perlu dipunyai seorang muslim. Risalah dakwah bukan jalan lurus tanpa rintangan. Menyikapi kritikan terhadap risalah Kenabian harus dilakukan dengan cara yang santun, mengajak dialog dan hikmah.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS Ali Imran 3 : 159)
Kebenaran akan selalu hadir dan menang, walau ada pihak yang nyinyir dan tidak suka. Hanya dengan keistiqomahan yang akan menghadirkan kemenangan terhadap ketidakbenaran. Wallahu ‘alam. (*)
*(Staff Pengajar SMA GIS 2 Serpong/Owner Syahmi Ceter)