SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG–Proyek pembangunan drainase di Pasar Badak Pandeglang, yang dikerjakan CV. Cahaya Pandeglang Abadi, membuat geram ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan disekitar lokasi pembangunan.
Proyek yang didanai APBD Kabupaten Pandeglang sebesar Rp 5.561.863.399 itu, pelaksanaannya diduga molor dari waktu yang ditargetkan, yang seharusnya selesai 12 Maret 2022 lalu.
Seorang pedagang, H. Enjat mengatakan, pengerjaannya terlihat tidak benar. “Kerjaannya saya lihat tidak benar, dan hanya merugikan para pedagang saja,” kata Enjat, Senin (14/3/2022).
Enjat menduga, pelaksana proyek pembangunan itu tidak profesional dan besar kemungkinan baru belajar dan kurang modal. “Pengerjaannya tidak tepat waktu, janjinya selesai dalam 19 hari terhitung dari tanggal 23 Februari sampai 12 Maret 2022. Tapi nyatanya, sampai hari ini belum selesai karena memang ditinggalkan begitu saja,” tambahnya.
Sepengetahuannya, setiap pengerjaan drainase ketika selesai penggalian tanah, dilanjutkan pemasangan beton penutupnya. Namun pemandangan berbeda di pengerjaan di pasar tersebut.
“Begitu sudah digali, malah ditinggal begitu saja. Mending satu, dua hari, ini sudah lebih dari 14 hari,” ungkapnya.
Di lokasi proyek, nampak tidak ada pekerja bangunan. Kemudian juga tidak terlihat adanya beton sudah jadi, untuk menutup saluran drainase.
“Tidak adanya beton, ini diduga kontraktor atau pemborong kekurangan modal. Karena bahan materialnya tidak siap, setelah saluran drainase digali, sementara lapak jualan para pedagang sudah terlanjur dibongkar,” katanya lagi.
Enjat juga mengaku, ia bersama pedagang lain sudah melayangkan protes kepada pihak UPT Pasar Badak Pandeglang, agar pekerjaan pembangunan saluran drainase segera diselesaikan. Para pedagang berharap, sebelum bulan puasa Ramadan sudah selesai.
“Protes sudah, eh enggak taunya ini bukan pekerjaan UPT Pasar tapi pihak kontraktor. Katanya sih tidak ada koordinasi atau pemberitahuan waktu pelaksanan pengerjaan proyek saluran drainase kepada UPT Pasar,” ujarnya.
Enjat menyayangkan, kontraktor pelaksana yang lalai terhadap pekerjaannya. Semestinya mereka sudah memperhitungkan, pembongkaran saluran drainase akan berimbas kepada penghasilan pedagang.
“Pendapatan sehari-hari kami kan dari jualan, kalau kondisinya berantakan begini kan membuat nggak nyaman. Pembeli juga enggan masuk karena jalanannya becek dan kotor,” tandasnya.
“Omset kami turun sampai 40 persen. Melihat kondisi ini membuat saya tidak untuk bayar retribusi pasar karena ya gimana kondisi usahanya juga begini,” sambungnya.
Sementara, Kepala UPT Pasar Badak Pandeglang, Darminto membenarkan, kalau para pedagang memprotes pengerjaan proyek drainase. “Mereka protes bukan menolak adanya pembangunan drainase. Tapi pada kinerja kontraktornya yang dinilai lambat,” ungkap Darminto.
Jumlah PKL terkena imbas proyek tersebut, kurang lebih sebanyak 200 pedagang. Mereka mendesak agar pengerjaan proyek drainase segera diselesaikan.
“Terkait hal ini sudah kami sampaikan kepada pihak terkait. Karena memang dari pihak kontraktor juga sebelumnya tidak ada komunikasi maupun koordinasi kepada UPT Pasar, sehingga kami tahunya saluran drainase di area dalam pasar sudah dibongkarin dan kami yang kena marah mereka,” imbuhnya. (nipal)